Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjajal Hotel Gantung Tertinggi Sedunia di Purwakarta, Seru Banget!

Dari ketinggian 500 meter melalui dinding hotel nan bening yang terbuat dari polycarbonate, terlihat pemandangan dari dalam kamar hotel. Betapa indahnya kerlap-kerlip lampu rumah-rumah penduduk sekitar. Suara-suara alami dari hewan terdengar seakan mereka ingin menemani.

Saya duduk di kasur angin yang telah siap di dalam kamar hotel. Waktu saya isi dengan bercanda ria bersama rekan-rekan perjalanan sambil menunggu malam. Tak sabar rasanya merasakan makan malam di hotel gantung yang ada di Tebing Gunung Parang.

Hotel gantung ini baru tersedia satu kamar. Luas kamar hotel 2,5 x 6 meter persegi dan tinggi sekitar 2,4 meter. Dhani Daelami selaku salah satu penggagas Skylogde Padjajaran Anyar sekaligus operator via ferrata, Badega Gunung Parang mengatakan saat ini dalam masa soft launching.

Hotel ini mulai beroperasi terhitung dari 28 Oktober. Sejak saat itu sudah ada dua pengunjung yang menginap di hotel gantung.

"Promo Padjajaran Anyar kita kan lewat Instagram, Google. Mereka banyak tanya di Instagram. Sejauh ini baru dua tamu yang menginap," kata Dhany di kaki Tebing Gunung Parang sebelum saya bersama rekan-rekan memanjat Tebing Gunung Parang.

Menurut Dhani, hingga saat ini untuk bisa menginap di hotel gantung ini sendiri bisa melakukan pemesanan melalui call centre yang ada.

Ia menjelaskan pula, pengunjung yang ingin bermalam di hotel tersebut harus menaiki tangga atau via ferrata terlebih dahulu.

"Nanti akan ada tempat istirahat di elevasi 200 (meter) dan 300 (meter). Begitu sampai (dekat dengan sky lodge), akan ada penyebrangan tyrolean panjangnya sekitar 60 meter sampai ke skylodge," kata Dhani.

Cerita-cerita Dhani membuat saya semakin penasaran bagaimana rasanya memanjat tebing dan menikmati malam hari di hotel gantung. Sekitar pukul 14.30 WIB, saya bersama rekan-rekan pun bersiap-siap untuk naik ke atas tebing.

Sebelumnya, saya harus menggunakan alat pengaman seperti halnya helm, harness, dan tali temali lainnya sebagai penunjang keamanan saat panjat tebing. Saat itu pula, saya diingatkan pemandu, agar selalu memasangkan pengaman ke tangga via ferrata dan sling berbahan baja yang telah disiapkan.

"Ini kita pakaikan dulu ya helm, harness, dan lanyard. Saya ingatkan aja ya untuk selalu mengikatkan kedua tali harness saat memanjat nanti demi keamanan. Yang satu ke via ferrata dan satu lagi ke sling baja, briefing-nya itu aja," kata pemandu pemanjatan Tebing Gunung Parang, Ebi.

Ebi bercerita hari-hari sebelumnya mulai pukul 14.00 WIB biasanya selalu turun hujan. Namun, lagi-lagi keberuntungan ini menjadi milik saya dan rekan-rekan Kompas.com. Cuaca cerah dan matahari semakin tergelincir menuju ufuk barat.

Sambil terus berjalan kaki sebelum sampai di titik awal pemanjatan, saya harus melewati medan yang menanjak dengan jalanan setapak dipenuhi bebatuan. Medan ini cukup menghabiskan energi. Saya belum mulai memanjat padahal.

Tetap mengatur napas dan dibekali semangat, saya sampai di titik awal pemanjatan sekitar pukul 15.00 WIB. Perjalanan kemudian saya mulai dari tangga pertama via ferrata.

"Hati-hati, Nggi," ucap Wahyu, rekan KompasTravel mengawali perjalanan.

Saya sempat berbincang dengan salah satu teman saya, Lulu, untuk berhenti dan sesaat menengok ke belakang.

"Nggi, kita udah sampai di titik 100 meter, liat di belakang pemandangannya bagus banget," kata Lulu. 

Saya pun segera membalikan badan dan melirik apa yang ada di belakang.

"Waahh Lu, bagus banget asli. Foto dulu doooooong," jawab saya. 

Walaupun terpapar terik matahari, saya pun terus melanjutkan perjalanan. Singkat cerita saya sampai di titik tinggi tebing 200 meter dan berhenti untuk beristirahat sejenak. Untuk sampai titik ini, saya menempuh selama sekitar 1,5 jam.

Perjuangan yang tak sia-sia, di tempat peristirahatan tersebut di ujungnya ada sebuah bongkahan batu. Dari tempat tersebut, saya bisa melihat dengan jelas pemandangan Waduk Jatiluhur yang begitu luas, dan beberapa gunung yang terlihat.

Hari sudah sore. Suara gemuruh pertanda hujan akan turun terdengar. Saya pun bergegas melanjutkan perjalanan.

Medan yang ditempuh pun bagi saya cukup sulit dilalui. Sebab, selain harus konsentrasi menjaga keselamatan diri, tebing pun mulai sulit untuk di panjat karena terlalu curam dan banyak kelokan.

Tak patah semangat, perlahan tapi pasti saya tetap memanjat sambil beberapa kali mengehela napas. Beristirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga sambil memandang keindahan alam Purwakarta dari Tebing Gunung Parang.

Sambil gemetar, karena ini memang pengalaman saya pertama kali berada di ketinggian tersebut. Jantung terasa berdebar. Sempat saya agak kesulitan untuk bergerak menuju hotel. Tak jarang kaki saya membentur tebing batu.

"Semangat, Nggi. Anggi pasti bisa," kata Lulu. 

Tidur di hotel gantung

Sesampainya di hotel, saya naik ke atas hotel dan masuk melalui pintu yang ada di atap hotel. Saya turun dari sisi atas hotel menggunakan tangga yang tersedia di dalam kamar.

"Wah, kok bisa ada fasilitas yang lengkap di hotel gantung seperti ini," pikir saya begitu masuk kamar.

Saya pun takjub melihat fasilitas dan keadaan hotel. Tak bisa membayangkan bagaimana caranya hotel tersebut bisa bediri kokoh. Bahkan saya bisa tidur di dalamnya. 

Kamar tersebut bisa diisi oleh enam orang. Namun, idealnya kamar hotel diisi oleh empat orang. Sebab, di dalam kamar hanya tersedia empat single bed lengkap dengan bantal dan selimut.

Untuk fasilitas WiFi sendiri memang belum ada di hotel ini. Sebab, menurut Dhani, masih khawatir akan adanya kilat. Sehingga, saya pun hanya mengandalkan sinyal dari ponsel saja. Memang terkadang sinyal ponsel kuat, dan kadang juga melemah.

Selain itu juga terdapat lampu, televisi, pendingin ruangan, meja makan, gelas, sendok, handy talkie untuk berkomunikasi ke basecamp, air mineral galon, wastafel, microwave (pemanas makanan), pemanas air listrik, toilet portable.

Tenang saja, di hotel ini terdapat toilet portable yang bisa digunakan saat buang air besar atau kecil. Nantinya apa yang ada di dalam toilet portable tersebut ditampung, kemudian dibuang oleh petugas ketika tamu yang menginap sudah pulang.

Namun, di hotel ini sepertinya tidak bisa mandi. Karena tidak disediakan air yang cukup untuk mandi, dan tidak ada ruang khusus untuk mandi.

Untuk segala aktivitas yang berhubungan dengan air, saya menggunakan air mineral galon yang tersedia, baik itu untuk minum atau sekedar mencuci muka.

Tak terasa, langit mulai menggelap dan hujan pun turun. Sambil ditemani suara-suara hewan dari luar kamar dan menikmati hangatnya malam, saya pun mulai tertidur.

Pagi harinya, kamar pun mulai terang. Saya terbangun, lagi-lagi disuguhi pemandangan yang indah. Tak mau kehabisan waktu, saya bersama teman-teman sekamar ingin mengabadikannya melalui foto dan video di dalam kamar dan di atas kamar.

Namun, waktu menunjukkan sudah pukul 11.00 WIB, tandanya saya harus kembali ke basecamp, sebab saya harus check out dari hotel gantung ini maksimal pukul 12.00 WIB.

Oleh Ebi, saya bersama ketiga teman lainnya dibantu untuk kembali turun dari hotel gantung di Tebing Parang. Sama seperti saat datang, saya harus melalui tyrolean dan turun melalui via ferrata.

Dari perjalanan bersama rekan-rekan Kompas.com, saya merasa bangga karena kini Indonesia memiliki hotel gantung yang cukup tinggi. Bahkan, hotel ini diklaim menyaingi dan lebih tinggi dari hotel gantung di Peru. 

Perjalanan ini juga memberikan banyak pengalaman sekaligus menyadarkan saya akan keindahan alam di Indonesia. Tak melulu mencoba hotel berbintang, tetapi mencoba hotel gantung yang memiliki suasana menyatu dengan alam.

Simak foto-foto perjalanan menuju hotel gantung sedunia di Tebing Gunung Parang, Purwakata, Jawa Barat di sini.

********************

Mau paket wisata gratis ke Thailand bersama 1 (satu) orang teman? Ikuti kuis kerja sama Omega Hotel Management dan Kompas.com dalam CORDELA VACATION pada link INI. Hadiah sudah termasuk tiket pesawat (PP), penginapan, dan paket tur di Bangkok.

https://travel.kompas.com/read/2017/11/19/204316227/menjajal-hotel-gantung-tertinggi-sedunia-di-purwakarta-seru-banget

Terkini Lainnya

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Travel Update
Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

Travel Update
Lokasi dan Jam Buka Terbaru Kebun Binatang Bandung

Lokasi dan Jam Buka Terbaru Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke