Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jembatan Gantung di Kulon Progo Ajak Wisatawan Uji Nyali, Berani?

Kenapa memilih sore hari? Alasannya setelah tengah hari, wisatawan akan tetap fit jalan-jalan sambil menikmati pemandangan sepanjang jembatan itu karena sinar matahari tidak lagi membakar kulit.

Namanya Mangrove Jembatan Api-api (MJAA), diambil dari nama mangrove jenis api-api (Avicennia) yang tumbuh subur di sana. Destinasi ini berada di Desa Jangkaran, desa terluar dari Kulon Progo dan berbatasan dengan Purworejo, Jawa Tengah.

Ikuti petunjuk itu, lantas melintasi sawah-sawah, dan sampailah di pintu wisata. Di sana ada dua pilihan, yakni: mangrove Pasir Mendit (MJAA) atau Kadilangu. Keduanya, sama-sama indah.

Jembatan pun dibuat berliku, dibentuk pola hati (love), menerobos rimbun bakau, membentuk labirin mini, maupun 4 jembatan besar untuk menyeberangi sungai yang lebarnya sekitar 80 meter itu.

Jembatan dilengkapi menara pantau di beberapa titik, jembatan gantung, gazebo-gazebo untuk pasangan muda-mudi yang ingin mojok, hingga aula terbuka bentuk joglo di antara bakau untuk istirahat rombogan keluarga.

Kombinasi jembatan dan keasrian alam membuat semuanya jadi indah dan bagus sebagai latar belakang foto. Warga yang membangun kawasan itu rupanya cukup kreatif. Mereka juga menambahkan belasan spot foto yang mengesankan romantisme, seperti bentuk hati, dilorong mangrove, gembok cinta, gitar, dibikin tulisan cinta-cintaan, dll.

Berkendara roda dua, empat, hingga bus ukuran sedang pun bisa sampai ke lokasi ini. Hanya saja, mereka yang datang dengan bus besar harus turun di dekat jalan raya bersar, kemudian ikut mobil bak terbuka mangkal di sana dan bisa disewa.

Masuk ke sana, wisatawan cukup membayar parkir Rp 2.000 untuk sepeda motor, Rp 5.000 untuk mobil, atau 10.000 untuk bus ukuran sedang. Bayarlah tiket masuk Rp 3.000 per orang maka siapa pun boleh jalan-jalan di sini sampai lelah. Jangan lupa jajan di sana karena harganya murah dan pedagang tidak main getok harga.

Menantang Nyali

Salah seorang pengunjung mengaku selalu takjub dengan destinasi ini. Denys Chichi asal Bantul mengaku sudah 3 kali ke MJAA. Ia selalu mencoba hal yang menantang ketika berkunjung ke sini.

Chichi menunjuk jembatan untuk menyeberang sungai yang pijakan kayunya terikat tali tambang. “Dulu ke sini belum ada jembatan gantung ini. Yang ada ya jembatan lain. Ini menarik dan bikin teman saya takut. Menguji nyali,” kata Chichi.

Pemandangan sepanjang jembatan adalah sungai dengan kedalaman yang tidak bisa diperkirakan. Pengunjung anak-anak mesti hati-hati di jembatan agar tidak terpeleset jatuh.

Menurut mahasiswi farmasi ini, menyeberangi jembatan gantung ini saja sudah menguji nyali. Belum lagi jembatan satunya yang tidak kalah menguji nyali, yakni jembatan di mana ada menara kembar setinggi 22 meter berdiri di tengahnya.

Namun demikian, semua terbayar oleh panorama dari sudut ketinggian, mulai dari pantai di arah selatan, tambak, sungai, kapal yang lalu lalang sungai, hutan mangrove mini. “Memang menakutkan. Tapi ini menambah pengalaman,” kata Chichi.

Sebelum berkembang menjadi destinasi seperti ini, jembatan hanyalah jalan untuk para petambak. Kemudian, jembatan mulai banyak didatangi orang yang ingin memancing.

Semakin ramai orang datang, warga pun menerapkan tarif masuk jembatan. Lama kelamaan jumlahnya semakin banyak. Bukan hanya memancing, tetapi juga swafoto. Media sosial pun kemudian meramaikan perkembangannya.

Destinasi jembatan Wana Tirta yang sudah lebih dulu ada, tak jauh dari sana, dijadikan contoh. Bedanya, kali ini warga membuat jembatan yang lebih menarik, menjadikan mangrove sebagai potensi utamanya. “Ide bentuk jembatan diperoleh dari internet kemudian dimodifikasi,” kata Suprianto, Bendahara I Kelompok Sadar Wisata MJAA.

“Lama-lama berkembang seperti ini, termasuk ada tower dan jembatan gantung itu. Masih akan terus berkembang ke yang lain,” kata Suprianto.

Mereka mendatangkan bambu dan kayu dari sekitaran Purworejo, Jawa Tengah. Mendatangkan tukang pembuat jembatan. Semua dibangun dengan swadaya masyarakat. “Masih akan terus berkembang. Satu kali setiap satu bulan, 15 orang ini selalu kumpul untuk diskusi pengembangan tempat ini. Biar tidak terasa membosankan,” kata Suprianto.

Wisatawan rupanya cukup terkesan. Medsos semakin membuat tenar keberadaan destinasi ini. Sebanyak 150-200 tiket terjual tiap hari di hari biasa. Sedangkan pada akhir pekan maupun libur panjang, sebanyak 1.500-2.000 tiket terjual dalam sehari.

https://travel.kompas.com/read/2018/03/01/084000027/jembatan-gantung-di-kulon-progo-ajak-wisatawan-uji-nyali-berani-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke