Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kemenpar Gencarkan Nomadic Tourism pada 2018, Apa Itu?

Pada penutupan Rakornas di Nusa Dua, Bali, Jumat (23/3/2018), forum tersebut merekomendasikan percepatan deregulasi terkait operasional caravan sebagai amenitas nomadic tourism, sea-plane, dan live a board sebagai aksesnya nomadic tourism, berkolaborasi dengan Kementerian Perhubungan.

”Nomadic tourism itu mudah dan murah. Hanya perlu ada atraksi pariwisata yang menarik, maka pengadaan akses dan amenitas bisa dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang bisa dipindah. Misalnya pembangunan glamp camp atau dengan live on board," ujar Menteri Pariwisata Arif Yahya, dalam siaran tertulisnya, Sabtu (24/3/2018).

KompasTravel coba merangkum beberapa penjelasan Menpar Arief Yahya dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, ia sempat menyinggung nomadic tourism pada rekan media.

Luas wilayah Indonesia yang dipenuhi kepulauan menjadi tonggak awal tercetusnya ide ini. Industri pariwisata kerap pengalami kesulitan untuk menghubungkan wisatawan ke pulau-pulau kecil yang ternyata menyimpan keindahan "surga dunia".

"Jika harus membuat sesuatu yang fix, di semua tempat saya terus terang tidak mampu memberikan. Maka saya tawarkan agar membangun nomadic tourism," ujar Arief Yahya saat membuka launching Calendar of Event Maluku Utara di Jakarta, Selasa (13/3/2018) lalu.

Ia menjelaskan, yang dimaksud nomadic tourism ialah wisata yang bersifat temporer, entah itu aksesnya ataupun amenitasnya. Hal ini yang bisa diterapkan untuk menjangkau destinasi alam potensial di kepulauan yang sulit dijangkau, seperti Maluku dan sekitarnya.

Untuk mengakali pembangunan bandara yang membutuhkan waktu lama, terlebih lokasinya di kepulauan, konsep nomadic tourism ini menggunakan sea-plane, atau pesawat yang bisa mendarat di air.

"Aksesibilitas kita lemah, bangun bandara akan susah, nah sekarang ada sea-plane, bisa mendarat di mana saja (air), di pulau-pulau di Maluku Utara," ujar Menpar masih dalam forum yang sama.

Kemudian bagaimana terkait amenitasnya? Menpar sempat menyinggung untuk pembangunan hotel di destinasi seperti itu, akan diganti dengan caravan, glamp camp, juga bisa home pod. Ia menilai ketiganya bersifat temporer dan mudah dibongkar pasang.

"Misal bangun hotel-hotel di Jailolo (Halmahera Barat), kita harus menunggu waktu lima tahun. Tetapi kalau mobil (caravan) ini cepat, kapan pun kita minta bisa saja, kalau tidak cocok tinggal pindahkan lokasinya, cari spot terindah," ujar Arief Yahya.

Ternyata konsep semacam ini bukan barang baru di pariwisata dunia. Sebelumnya negara kepulauan lain seperti Maldives sudah menggunakan sea-plane dan hotel temporer.

"Di Maldives itu sea-plane seperti taksi, bisa mendarat di mana aja di laut," pungkasnya.

https://travel.kompas.com/read/2018/03/26/063200627/kemenpar-gencarkan-nomadic-tourism-pada-2018-apa-itu-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke