Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Petani yang Baru Minum Cokelat Setelah Lebih dari 30 Tahun Merawat Kebun Cokelat

Ia kemudian menunjukkan biji kakao jenis edel yang sedang dijemur kepada Kompas.com Sabtu (12/5/2018).

"Ini jenis yang terbaik yang ada disini. Jenis Edel. Warna dalamnya putih dan harganya sangat mahal. Satu biji kakao kering jenis edel ini bisa dihargai 100 rupiah. Selain rasanya yang berbeda, cokelat yang dibuat dari kakao jenis ini tidak mudah meleleh," jelas laki-laki yang sudah bekerja selama 35 tahun di pabrik kakao itu.

Dia kemudian beralih menujukkan biji kakao lain yaitu jenis bulk. Ukuran lebih kecil dibandingkan jenis edel. Selain itu bagian dalam biji kakao jenis bulk berwarna keunguan.

"Jumlah pohon kakao jenis edel lebih sedikit dibandingkan bulk dan pohon kakao jenis edel juga rentan dengan penyakit sehingga butuh perawatan ekstra. Bulan Mei ini sudah masuk puncak panen dan biasanya akan berlangsung selama enam bulan ke depan bahkan bisa lebih lama lagi," jelas Mulyadi.

Kemudian biji-biji tersebut didiamkan atau difermentasikan selama beberapa hari sebelum dijemur dengan panas matahari selama 12 jam hingga kering.

Namun, jika kondisi cuaca hujan, maka biji-biji kakao tersebut akan dikeringkan dengan cara digoreng selama 12 jam secara manual. Lalu kemudian disortir untuk didapatlan biji kakao terbaik sebelum dikirim ke luar negeri.

"Jadi kita kirim bahan baku bukan diproses disini. Saya yang kerja 30 tahun lebih, baru sekarang saat ada festival cokelat, minum cokelat dari pohon yang saya rawat setiap hari. Rasanya menyenangkan dan bangga sekali," kata Mulyadi sambil tersenyum.

Dia juga mengatakan jika masyarakat ingin mendapatkan bubuk minuman cokelat hasil dari Glenmore bisa membelinya di kafe yang telah dibuka di tengah perkebunan.

"Kalau dulu nggak ada. Nggak dijual bebas," kata Mulyadi.

Di wilayah tersebut juga disediakan kafe untuk para pengunjung menikmati berbagai jenis makanan yang berbahan dasar cokelat.

"Di sini pengujung juga bisa mendapatkan edukasi tentang kakao mulai dari pembibitan, pengolahan biji hingga menjadi bubuk. Jadi bisa mendaftar dulu pada jam kerja nanti akan dipandu untuk wisata edukasi keliling kebun," jelas Titon Tantular, manajer kebun Kendeng Lembu kepada Kompas.com, Sabtu (12/5/2018).

Kebun Kendenglembu sendiri memiliki luas sekitar 1.200 hektar sedangkan untuk wilayah Kecamatan Glenmore ada 4 ribu hektar lahan yang ditanami pohon kakao yaitu di perkebunan Kalitlepak, Kalikempit dan Terbasalak.

"Di pabrik kakao ini saat musim panen bisa memproduksi hampir 12 ton per hari dan memang unggulannya kakao jenis edel. Harganya bisa 8 dolar per kilogram. Sedangkan yang jenis lain hanya 3,5 dolar perkilogram," jelasnya.

Saat ini 80 persen kakao produksi pabrik Kakao di Glenmore diekspor ke Eropa, Jepang, Amerika, Malaysia serta Singapura.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Cokelat Sabtu (12/5/2018) kali pertama. Pada festival tersebut disediakan 3.000 gelas minuman cokelat gratis serta seribu permen cokelat yang dibagikan kepada para pengunjung secara gratis.

Festival tersebut digelar di Doesoen Kakao Kecamatan Glenmore yang berjarak 60 kilometer dari pusat kota Banyuwangi.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas kepada Kompas.com mengatakan tidak semua festival harus diadakan di tengah kota Banyuwangi, tetapi festival yang digelar harus dilakukan di tempat cikal bakal tradisi tersebut.

"Walaupun sudah cukup lama tanaman cokelat ada di Glenmore tapi tidak semua orang daerah sini pernah minum cokelat terbaik ini. Jadi kita menggelar festival cokelat di sini. Jadi bukan hanya sekedar festival tapi juga ada unsur edukasi kepada masyarakat," jelas Anas.

Tidak hanya menikmati minuman cokelat, tetapi pengunjung juga bisa menikmati berbagai kudapan hasil olahan cokelat. Seperti, pisang crispy topping cokelat, sate cokelat, bolu cokelat, cokelat peluru, hingga cokelat batangan yang tersedia di sepanjang lokasi.

"Ini juga untuk mengungkit ekonomi lokal. Ibu-ibu di desa bisa belajar bagaimana mengolah cokelat," kata Anas.

Perkebunan Kendeng Lembu sudah ada sejak tahun 1914 dengan tanaman kopi dan karet. Pada tahun 1980-an, tanaman kakao ditanam menggantikan komiditi kopi hingga sekarang.

Satu hektar lahan perkebunan terdapat seribu pohon cokelat yang akan diganti setiap 25 tahun sekali. Rencananya, akan segera dibuat museum cokelat di lahan perkebunan yang berada di jalur lintas selatan tersebut. 

https://travel.kompas.com/read/2018/05/13/173000827/kisah-petani-yang-baru-minum-cokelat-setelah-lebih-dari-30-tahun-merawat

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke