Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mampir ke Kulon Progo, Wajib Borong Batik Khasnya

KULON PROGO, KOMPAS.com - Kain batik kerap jadi oleh-oleh khas setelah berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Banyak galeri batik yang sebenarnya bisa jadi rujukan di sana.

Terutama di Kecamatan Lendah. Beberapa desa bahkan dinobatkan sebagai desa wisata batik. Termasuk Desa Gulurejo di mana banyak produsen sekaligus pemilik galeri.

Musim libur Lebaran 2018, banyak wisatawan mencari batik. Salah satu yang dituju adalah Galeri Banyu Sabrang Batik di Dusun Sembungan, Gulurejo.

Kebetulan, Banyu Sabrang ini membuka galerinya sepanjang musim Lebaran 2018. Sementara, sebagian besar galeri merk lain tutup.

Banyu Sabrang spesialis batik tulis dan cap dengan corak abstrak dan kreatif. Mayoritas pajangannya berupa batik abstrak, sebagian kecil adalah motif lurik.

Banyu Sabrang juga memiliki motif Geblek Renteng yang merupakan corak khas Kulon Progo.

Pasangan suami istri bernama Hanang, 33 tahun, dan Upi Minarti, 26 tahun, mengelola Banyu Sabran sejak 2014.

Upi mengaku banyak rezeki di musim Lebaran 2018. Terlebih karena banyak galeri batik tutup semasa Lebaran, sedangkan Banyu Sabrang saja yang buka. Oleh karena itu cukup banyak pengunjung membeli batik di galerinya.

Dan puncak penjualan tertinggi terjadi di hari Minggu (17/6/2018). Pembeli belanja tidak tanggung-tanggung. Ada yang belanja sampai Rp 1,5 juta sekali datang.

"Menurut mereka ini untuk oleh-oleh saat kembali. Banyak yang (datang) dari Jakarta. Mereka suka yang unik-unik. Misal, orang dari luar kan tidak tahu yang khas dari Kulon Progo. Kita kasih tahu tentang geblek renteng. Mereka beli," kata Upi, Senin (18/6/2018).

Upi menuturkan para wisatawan itu membeli batik harga Rp 150.000 per potong kain batik cap, sampai Rp 550.000 per potong kain batik tulis.

Hanang mengatakan kebanyakan pembeli adalah warga Kulon Progo sendiri. Mereka ini para pekerja mudik atau membeli untuk sanak famili yang datang. Mereka beralasan mesti membawa buah tangan saat kembali ke kota asal.

"Karena lebaran ini penjualan kami bisa meningkat 100 persen penjualan sehari," kata Hanang.

Penghasilan ini cukup realistis. Hanang menuturkan sepanjang musim Lebaran 2018, Banyu Sabrang selalu buka. Berbeda dengan galeri lain yang memilih tutup di musim lebaran ini.

Banyu Sabrang berdiri tahun 2014. Mereka paling muda dibanding pengusaha batik yang tumbuh di Lendah.

Banyu Sabrang sebenarnya berkembang pesat di jualan batik secara online. Mereka sering mengirim produknya ke Jakarta, Kalimantan, maupun Sulawesi. Beberapa pernah ke Malaysia.

Pemudik membeli batik sebagai buah tangan juga terjadi di Galeri Sembung Batik. Tri Wahyuni menjaga galeri ini sejak Senin pagi.

Tri mengatakan galerinya sempat tutup dari Kamis-Minggu. Itulah mengapa, kata Tri, galerinya tidak merasakan panen wisatawan membeli oleh-oleh batik di hari Minggu.

Galeri Sembung libur dari hari Kamis lantas kembali buka sejak Senin pagi. Saat membuka galeri, rombongan asal Batam dan Jakarta datang. Mereka menghabiskan Rp 500.000-850.000 untuk membeli batik Sembung.

"Menurut mereka ya untuk oleh-oleh," kata Tri.

Menurut Tri, orang belanja batik di galerinya untuk oleh-oleh juga sudah berlangsung sejak beberapa hari sebelum hari Lebaran.

Wisatawan memang sengaja menghabiskan waktu di awal untuk berbelanja. Selanjutnya, mereka menghabiskan waktu untuk jalan-jalan dan wisata. Dengan demikian mereka merasa tidak buru-buru untuk pulang.

Tri mengatakan, dua hari sebelum Sembung Batik tutup selama Lebaran, mereka melayani banyak pembeli luar kota.

"Mereka bisa belanja antara dua sampai tiga juta rupiah," kata Tri.

Banyu Sabrang dan Sembung Batik adalah dua dari beberapa galeri yang tumbuh di Desa Wisata Batik di Lendah. Desa ini sejatinya sudah terkenal sejak lama. Lendah berkembang sangat cepat karena batik ini.

Semua berawal dari warga Lendah yang jadi buruh batik bagi para juragan di Yogyakarta. Warga Lendah bersepeda ke Yogyakarta setiap hari. Rupanya, ini jadi bekal untuk berdikari suatu hari nanti.

Situasi berubah beberapa tahun setelah krisis moneter 1998. Warga memilih usaha mandiri di kampung sendiri, memproduksi batik sendiri, lantas menjualnya.

Pertumbuhan batik mulai pesat di era kepemimpinan Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo. Pemerintah mendorong warga bangga menghasilkan dan membeli produk sendiri. Termasuk urusan batik. Lahirlah batik corak Geblek Renteng khas Kulon Progo.

Batik pun kemudian berkembang sangat pesat di Lendah. Batik mereka bahkan dipesan sampai ke luar Pulau Jawa.

Kampung-kampung di Lendah itu sekarang bahkan dihuni ribuan pembatik. Lendah bahkan kini jadi rujukan bagi wisata batik di Kulon Progo.

https://travel.kompas.com/read/2018/06/20/102600527/mampir-ke-kulon-progo-wajib-borong-batik-khasnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke