Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Asal-usul Cokelat dan Perkembangannya di Indonesia

"Walaupun cokelat berkembang pesat dari abad 19 sampai 20, sebenarnya budidaya kakao di Indonesia sudah ada dari tahun 1560. Spanyol membawa ke Filipina, negeri koloninya, kemudian dari Filipina menyebar sampai ke Minahasa (Sulawesi Utara)," jelas sejarawan kuliner sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran, Fadly Rahman, di acara Diskusi Media ‘Serba Serbi Cokelat’ dari Mondelez International di Jakarta, Kamis (2/08/2018).

Jenis kakao yang masuk pertama kali ke Indonesia adalah Kakao Criollo dari Venezuela. Saat itu Venezuela yang juga menjadi koloni Spanyol menjadi penghasil kakao terbesar di dunia. Venezuela memasok setengah biji kakao di dunia.

"Saat itu Belanda masih fokus ke tanaman kopi dan teh," jelas Fadly.

Baru ketika tanaman kopi dan teh rusak akibat penyakit, Belanda mulai beralih fokus untuk membudidayakan kakao pada 1880. Belanda membudidayakan jenis kakao Forastero yang juga berasal dari Venezuela.

Sampai 1938 ada 29 perkebunan kakao di Hindia Belanda, yang pada akhirnya setelah merdeka perkebunan kakao dinasionalisasi menjadi milik negara Indonesia.

Perkembangan cokelat di Indonesia

Masifnya budidaya kakao di Hindia Belanda membawa efek konsumsi cokelat di masyarakat. Pada abad ke-20, Fadly menjelaskan ada kepercayaan di Hindia Belanda bahwa minum cokelat dapat meningkatkan kesehatan.

"Kalau dilihat dari iklan-iklan zaman dulu, cokelat lebih identik sebagai minuman daripada camilan seperti sekarang. Cokelat juga menjadi simbol dari status sosial," jelas Fadly.

Ia memperlihatkan iklan dari merek cokelat produksi Amsterdam 'Tjoklat'. Tampak seorang perempuan Melayu berkemben dan bersanggul duduk bersimpuh mempersembahkan sebakul buah kakao.

Iklan tersebut disebutkan Faldy membuktikkan bahwa cokelat menjadi simbol status sosial.

Pada masa kolonial juga, Indonesia pernah menjadi salah pemasok kakao terbesar di dunia. Dari merek Tjoklat saja, ada 63 juta cokelat batangan diproduksi per tahun. Nama merek 'Tjoklat' juga diambil dari Bahasa Melayu, asal dari kakao Hindia Belanda.

Pasca kemerdekaan, aneka merek cokelat lokal berkembang di Tanah Air. Cokelat lantas tak hanya dapat dinikmati kaum elit, tetapi semua kalangan masyarakat hingga saat ini. Tentunya dengan berbagai varian harga yang sesuai dengan komposisi cokelat.

Selera cokelat juga berganti bentuk sejak era tersebut, dari yang tadinya cairan diminum kini menjadi camilan yang dikunyah.

Sampai saat ini Indonesia menjadi pemasok biji kakao ke tiga terbesar di dunia. Namun konsumsi cokelat masyarakat Indonesia terbilang rendah, hanya 500 gram per kapita, setiap satu tahun.

https://travel.kompas.com/read/2018/08/06/200700327/asal-usul-cokelat-dan-perkembangannya-di-indonesia

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+