Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjelajahi Pulau Sumba nan Eksotis

Tidaklah mengalami kekecewaan ketika kita membeli paket perjalanan wisata ke Pulau Sumba. KompasTravel sudah sering mempublikasikan keunikan alam yang berada dalam kawasan Taman Nasional MataLawa.

Taman Nasional MataLawa merupakan gabungan dari dua kawasan Taman Nasional di Pulau Sumba yakni Manupeus Tanah Daru dan Laiwanggi Wanggameti.

Dulu dua kawasan itu terpisah, namun kini digabung menjadi satu Taman Nasional MataLawa. Taman Nasional MataLawa berada dalam tiga wilayah administrasi pemerintah di Pulau Sumba.

Kawasan Taman Nasional MataLawa berada di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sumba Barat.

Rasa penasaran meliputi pikiran untuk menjelajahi keeksotisan Pulau Sumba akhirnya mulai terlaksana Jumat (3/8/2018).

KompasTravel berangkat dari Kota Waelengga, ibu kota Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur menuju ke arah timur jam 09.00 Wita. Kami menyewa kendaraan umum Cahaya Surya yang dikendarai oleh Albertus Nandul, yang biasa disapa Om Nobi Cahaya Surya.

Dari Kota Bajawa, kami menuju ke Bandara Soa. Hari itu KompasTravel terbang dengan pesawat Wings Air jam 11.45 Wita. Cuaca di seputar Kota Bajawa hujan dan berkabut.
Kekhawatiran muncul dalam hati kalau pesawat tidak bisa mendarat di Bandara Soa.

Bersyukur bahwa pesawat bisa mendarat dengan baik di Bandara Soa. Rute pesawat hari itu adalah Kupang-Soa-Labuan Bajo, lalu balik ke Kupang dengan rute Labuan Bajo-Soa-Kupang.

Penerbangan ke Kupang berjalan aman sehingga pesawat mendarat di Bandara Eltari Kupang. Di bandara kami dijemput oleh saudara Benediktus Adeni bersama dengan Arif.

Dari Bandara Eltari, Kompas Travel menuju rumah Frans Sarong, pensiunan wartawan Kompas untuk menginap. Malamnya, kami menikmati suasana kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT.

Sabtu (4/8/2018), KompasTravel melanjutkan penerbangan dari Bandara Eltari menuju Bandara Umbu Mehang Kunda, Kabupaten Sumba Timur dengan pesawat Transnusa.

Setiba di Bandara Umbu Mehang Kunda, KompasTravel dijemput oleh pegawai Taman Nasional MataLawa, Mas Dwi Putro Notonegoro, Mas Agus, Mbak Yeni dan Om Man.

Perut pun dalam keadaan lapar. Akhirnya kami memutuskan makan siang di warung pinggir jalan di Kota Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur.

Kami sempat mampir di Kantor Balai Taman Nasional MataLawa Waingapu untuk mengambil berbagai keperluan untuk dibawa ke Kantor seksi TN MataLawa di Waikabubak untuk persiapan lomba foto burung dan birdrace di lokasi Taman Nasional MataLawa.

Kami melewati jalan Negara Transsumba. Melintasi pemandangan alam, patung kuda Sumba di pintu masuk dan keluar dari Kabupaten Sumba Timur. Melewati padang savana di kiri kanan jalan Transumba serta melewati kawasan hutan di Taman Nasional MataLawa.

Hari itu kami sempat istirahat sebentar di Kantor Seksi Manupeu Tanah Daru di pinggir jalan Transumba untuk melepas lelah dalam perjalanan darat tersebut.

Selanjutnya kami melintasi kawasan hutan Manupeu Tanah Daru yang masih asli hingga kami tiba di Kota Waibakul, ibu kota Kabupaten Sumba Tengah. Jalan transsumba sangat mulus karena jalannya berhotmix.

Pegawai Taman Nasional MataLawa menginformasikan bahwa Sabtu malam seluruh peserta birdrace, tim juri dan lomba foto burung menginap di penginapan Puspas Sumba Tengah dan selanjutnya seluruh peserta, tim juri dan jurnalis tidur di tenda di kawasan Manurara.

Kawasan hutan dan savana Manurara merupakan pusat pengamatan dan penelitian burung endemik Pulau Sumba seperti Burung Julang Sumba (sumba hornbill-Rhityceros everetti) dan Kakatua Jambul Jingga (Citron-crested Cockkatoo-Cacatua sulphurea citrinocristala).

Perjalanan hari Sabtu berakhir di sebuah Hotel di Kota Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat.

Dalam perjalanan dari Sumba Timur sampai di Sumba Barat, mata kami melihat peristiwa-peristiwa unik di kiri kanan jalan Transsumba.

Kompas Travel yang baru dua kali menginjakkan kaki di Tanah Sandalwood itu melihat kebiasaan warga setempat yang memakai kain tenun sumba di pinggang bersama dengan sebuah parang yang menaruh dalam sarungnya.

Kain tenun sumba dililitkan di pinggang kaum laki-laki dengan sebuah parang khas Sumba. Berkali-kali diinformasikan bahwa ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Sumba.

Selain itu kami melihat seorang anak laki-laki menggembalakan belasan ekor kerbau yang melintasi jalan transsumba untuk dibawa ke kandangnya.

Perjalanan ke Pulau Sumba pada bulan Agustus ini bersamaan dengan persiapan perayaan HUT ke-73 RI. Suasana penuh keramaian menjelang perayaan HUT RI.

Pasukan Paskibraka sedang latihan di berbagai lapangan sepak bola maupun halaman sekolah-sekolah di seluruh Pulau Sumba, mulai dari Sumba Barat Daya sampai di Sumba Timur.

Dua hari perjalanan dari Pulau Flores menuju Pulau Sumba dengan menginap semalam di sebuah hotel di Kota Waikabubak, Sumba Barat. Selanjutnya menikmati makan malam dan suasana Kota Waikabubak yang memiliki kemajuan dan perubahan pembangunannya.

Pengembangan ekowisata melibatkan peran serta warga setempat yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional MataLawa.

Salah satu kegiatan yang mempromosikan keunikan burung-burung endemik Sumba dengan lomba foto burung dan birdrace dari berbagai perguruaan tinggi di Indonesia dan para fotograter serta pemandu wisata minat khusus burung khas Sumba.

“Kami terus mempublikasikan dan mempromosikan keunikan alam Pulau Sumba dan burung-burung endemik Pulau Sumba di kawasan Taman Nasional MataLawa Pulau Sumba,” kata Maman Surahman.

https://travel.kompas.com/read/2018/08/16/063900427/menjelajahi-pulau-sumba-nan-eksotis

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke