Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Deko Ipung Le Sempe", Tradisi Ramah Lingkungan di Kolang Flores

Di kawasan Lembah Poco Kuwus, Gunung Kuwus terdapat sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terpanjang. Nama DAS itu adalah Wae Impor. Mengapa orang Kolang menyebut Sungai Wae Impor? Mungkinkah sungai itu diimpor? Saat ini masih ditelusuri asal mula nama Sungai Wae Impor tersebut.

DAS Wae Impor memiliki banyak kolam dan sejumlah air terjun kecil. Ada kolam berukuran besar, sedang dan kecil. Kolam, dalam dialek Kolang adalah "tiwu". Di Sungai Wae Impor hidup ikang, ipun, pake, katak, kuhe, udang, tuna, belut dan berbagai jenis binatang melata.

Biasanya saat musim kemarau dengan debit air kecil antara Juni-Agustus, warga dari kampung Ranggu, Tado, Suka dan warga yang tinggal tak jauh dari DAS Wae Impor selalu ke kolam-kolam di sungai itu untuk menangkap berbagai binatang melata yang biasa dimakan.

Salah satu warisan leluhur orang Kolang adalah tradisi “Deko Ipung Le Sempe”, tradisi yang ramah lingkungan. Mengapa ramah lingkungan? Karena tradisi ini menangkap binatang melata dengan peralatan-peralatan yang bersumber dari alam itu sendiri.

Kalau seandainya tidak ada bambu helung ini maka warga biasanya mengambil bambu berukuran sedang yang masih muda, lalu dianyam. Bambu helung dianyam dari beberapa buah bambu kecil lalu disatukan.

Tradisi “Deko Ipung Le Sempe” apabila diterjemahkan secara harafiah ke dalam bahasa Indonesia maka “deko” berarti tangkap, "ipung" berarti ipun, "le" berarti dengan.

Sedangkan "sempe" berarti sebuah alat tradisional yang terbuat dari bambu helung yang dianyam secara vertikal, dimana bagian atasnya bulat besar membentuk sebuah lingkaran dan bagian bawahnya berbentuk bulat kerucut atau bulat runcing.

Jadi “Deko Ipung Le Sempe" adalah cara menangkap binatang melata di sungai dengan peralatan bambu halus yang ramah lingkungan.

Kolang merupakan nama sebuah etnis di Kabupaten Manggarai Barat. Leluhur orang Kolang sangat menghormati dan menghargai alam semesta sebagai sumber kehidupan bagi kelangsungan hidup di dunia ini.

Orang Kolang sangat ramah dengan lingkungan sekitarnya dan ramah terhadap makhluk-makhluk lain dengan berbagai ritual yang diupacarakan.

Kehidupan orang Kolang tidak terlepas dari bercocok tanam, antara lain ladang dan persawahan.

“Deko Ipung Le Sempe” merupakan tradisi ramah terhadap makhluk-makhluk melata yang hidup di air maupun di lahan persawahan dan juga di DAS Wae Impor dan sungai-sungai lain di kawasan Kolang.

Tradisi ini ramah lingkungan karena warga yang menangkap binatang melata hanya menangkap binatang yang berukuran besar seperti ikang, ipung, kuhe, tuna, dan pake. Sementara telur, ikang, kuhe, tuna, pake dan ipung dengan ukuran sedang dan kecil tidak ditangkap dan apabila terjerat dalam wadah sempe maka warga wajib mengembalikan ke kolam, tiwu.

Cara Memasang Sempe di Tiwu

Biasanya warga memasang sempe di aliran sungai yang berarus deras, bahasa setempat menyebutnya wae ola. Kalau pergi menangkap secara perorangan maka sempe diletakkan di aliran arus deras pada pagi hari dan pada sorenya pergi untuk melihatnya.

Apabila secara berkelompok maka semua orang masuk di kolam dan mengarahkan binatang melata itu ke aliran arus air yang deras. Semua binatang melata itu berlari mengikuti aliran arus deras tersebut dan masuk dalam alat penangkap tersebut. Satu dan dua orang menjaga di sekitarnya.

Semua orang berada di kolam itu mengeruhkan airnya sehingga semua binatang melata yang berukuran besar lari menuju aliran arus air yang deras. Mereka biasanya seharian berada di Sungai Wae Impor untuk menangkap binatang melata yang bisa dimakan.

Biasanya dari satu kolam ke kolam lainnya sampai wadahnya digunakan penuh dan selanjutnya di bagi secara merata bagi setiap anggota kelompok. Ada keadilan dalam pembagian dari hasil tangkapan tersebut.

Anggota kelompok juga mengetahui bahwa kelangsungan hidup binatang melata harus terus berkembang di hari-hari mendatang dan juga menjaga agar binatang melata itu tidak punah.

Hal-hal yang lain yang harus dipatuhi oleh anggota kelompok adalah anggota kelompok dilarang membawa uang. Biasanya sebelum berangkat menuju ke kolam, anggota kelompok saling bertanya agar tidak membawa uang.

Jika ada uang di saku celana maka uang itu harus disimpan di rumah sebab ada kepercayaan orang Kolang bahwa apabila membawa uang maka apa yang dicari tidak membuahkan hasil. Jadi pergi menangkap binatang melata di kolam harus polos dengan tidak membawa uang di saku celana. Ada kejujuran sebelum berangkat bagi setiap anggota kelompok.

Tetapi kalau ada anggota kelompok yang sembunyi-sembunyi membawa uang di saku celana maka usaha untuk menangkap binatang melata yang bisa dimakan membutuhkan waktu lama dan kadang-kadang tidak membuahkan hasil.

Geliat Pariwisata Bangkitkan Keunikan di Kampung-kampung

Geliat pariwisata di Flores Barat pasca Sail Komodo membangkitan gairah-gairah generasi muda yang tersebar di kampung-kampung. Kunjungan wisatawan asing dan Nusantara ke Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat kini semakin meningkat.

Semakin dikenalnya binatang komodo ke seluruh dunia membuka mata generasi milenial untuk mengangkat dan mempublikasi keunikan-keunikan tradisi dan ritual yang terjaga baik dan masih asli yang ada di kampung-kampung.

Melalui media sosial, generasi milenial terus mengeksplore keunikan-keunikan tradisi dan ritual untuk menggaet wisatawan minat khusus baik mancanegara maupun Nusantara.

Generasi milenial dengan membaca berbagai berita tentang keunikan lain di seluruh Indonesia menginspirasi mereka untuk mengangkat dan mempublikasikan di ranah media sosial seperti facebook dan membagikan juga foto-foto melalui media lain seperti whatsapp dan instagram.

Ranah akun facebook Upenk Kurniawan dan Encyk Mandi selalu mengupload keunikan-keunikan di lembah tersebut seperti sawah lodok di belakang gedung Gereja Ranggu, keunikan matahari terbit dan terbenam dari lembah tersebut.

Selain itu mereka juga mengupload tradisi Deko Ipung Le Sempe di Sungai Wae Impor yang berlimpah kekayaan binatang melata untuk dikonsumsi.

Selain sawah lodok, ada juga legenda Watu Pengang, mendaki ke Poco Kuwus serta berbagai air terjun. Keunikan panorama di lereng-lereng bukit selain itu ada juga batu ajaib di tengah kampung lembah Ranggu.

Yuvenalis Aquino Kurniawan yang disering disapa Upeng dan memiliki akun facebook Upenk Kurniawan kepada KompasTravel, Sabtu (25/8/2018) menjelaskan, kawasan lembah Ranggu memiliki keunikan-keunikan alamnya serta tradisi dan ritual yang masih asli.

“Kadang-kadang hal ini biasa-biasa saja bagi warga setempat. Namun apabila dipublikasikan secara terus menerus akan menggaet wisatawan asing dan Nusantara untuk mengeksplor kekayaan alam tersebut. Bagi seorang petualang sangat cocok untuk mengeksplor lembah Ranggu dengan berbagai keunikan-keunikan yang dimiliki,” jelasnya.

Cara Menuju Lembah Ranggu

Bagi wisatawan yang ingin menjelajahi kekayaan alam dan budaya Lembah Ranggu serta mendaki gunung tertinggi di Flores Barat, Anda berangkat dari Labuan Bajo menggunakan sepeda motor atau kendaraan roda empat menuju ke Lembor.

Sebelum masuk Lembor, wisatawan asing dan Nusantara dipandu orang lokal belok kiri ke arah Orong. Dari Orong menuju arah Timur sambil menikmati panorama dan padang savana dengan berbagai hewan ternak, seperti kerbau dan sapi milik warga setempat.

Selanjutnya menuju ke Kampung Dadar dan belok kiri menuju ke Lembah Ranggu. Kiri kanan jalan penuh dengan hamparan persawahan milik warga setempat.

Saat tiba di Kota Golowelu, belok kiri menuju ke Kampung Hatarara, Suka dan menuju ke Kampung Dadar hingga terus ke Lembah Ranggu. Selanjutnya silakan menjelajahi sepuasnya kekayaan alam dan tradisi di Lembah Ranggu.

Mau jalan-jalan gratis ke Jerman bareng 1 (satu) teman kamu? Ikuti kuis kerja sama Kompas.com dengan Scoot lewat kuis JELAJAH BERLIN. Ada 2 (dua) tiket pesawat PP ke Jerman, voucher penginapan, Berlin WelcomeCards, dan masih banyak lagi. Ikuti kuisnya di sini. Selamat mencoba!

https://travel.kompas.com/read/2018/08/27/160200727/-deko-ipung-le-sempe-tradisi-ramah-lingkungan-di-kolang-flores

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke