Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Shelter Pendakian Gunung di Indonesia Belum Layak untuk Pendaki

Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Ronnie Ibrahim mengatakan shelter pendakian di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan pendaki. Ia menyebutkan fasilitas-fasilitas seperti toilet, sumber air, dan tempat beristirahat belum tersedia di gunung-gunung Indonesia.

“Saat ini (shelter pendakian) masih jauh dari baik. Misalnya di Gunung Gede, yang dekat dari Jakarta dan jadi gunung yang tamunya banyak. Shelternya masih jelek. Belum ada yang representatif,” kata Ronnie kepada KompasTravel di sela-sela acara Lomba Pesona Desain Shelter dan Pengukuhan DPP IATTA di Kementerian Pariwisata, Jumat malam.

Tak maksimalnya perawatan shelter pendakian juga menjadi sorotan Ronnie. Ia menyebut perawatan menjadi salah satu upaya untuk menjaga kondisi shelter pendakian.

“Atau mungkin shelternya dibangun dengan spesifikasi yang tak memadai. Pemakaian materi yang suitable dengan alam,” jelasnya.

“Atau istirahat dalam waktu tertentu, misalnya sakit harus bermalam dulu. Jadi ada fungsi fasilitas itu yang membuat aman dan nyaman pendaki. Kalau bisa harapannya di setiap shelter pendakian itu ada semacam pos medis, komunikasi. Jadi kalau ada kejadian, bisa termonitor dari pos terdekat ke bawah,” kata Rahman kepada KompasTravel di kesempatan yang sama.

Ia menyebut shelter pendakian di Indonesia belum ada yang bisa memenuhi kebutuhan pendaki. Padahal, fasilitas shelter pendakian merupakan salah satu penilaian utama dari pendaki.

Pendaki umumnya duduk di sekitar jalur pendakian saat beristirahat bila tak ada shelter. Shelter pendakian terkadang juga digunakan sebagai tempat mendirikan tenda oleh pendaki.

Perwakilan tim yang meraih Juara 1 Lomba Pesona Desain Shelter Kementerian Pariwisata, Aditya mengatakan kolaborasi lintas sektoral menjadi kunci untuk mewujudkan shelter pendakian yang layak. Ia menyebut perlu adanya kerjasama antara arsitek, pendaki, dan pemangku kepentingan seperti pemerintah untuk membahas desain shelter pendakian.

“Kalau secara desain, masih banyak yang belum melibatkan arsitek. Karena saya sebagai desainer itu berdasarkan pengalaman empirisnya dari riset. Jadi perlu ada kolaborasi bersama pendaki,” ujar Aditya kepada KompasTravel.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizky Ratman mengatakan pemerintah telah mengadakan lomba desain shelter salah satunya yakni pendakian gunung. Dadang menyebut pasca-lomba desain shelter, pihaknya akan memperkenalkan pemenang lomba desain-desain shelter kepada industri wisata yang ingin membangun shelter pendakian.

Untuk kategori Shelter Arum Jeram yakni; Pangiyupan, Pusatan, Ombak Banyu, Dangau Saujana, dan Beauty Of Indonesia's Nature.

Sementara  kategori Shelter Penelusuran Gua yakni;  Sheltalagmit, SpeleoHub Shelter, Luweng Grubug, Watu Lindung, dan Giya Prabaswara. Di Kategori Shelter untuk Dirgantara ada Origami - Craft, Bali Flying Point, Siulakhosa - Shelter Di Atas Langit, Selayang Pandang, dan The Iconic Shelter.

Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata, sektor wisata petualangan di Indonesia memberikan kontribusi kunjungan wisatawan sekitar 25 persen dari total keseluruhan kontribusi wisata alam. Wisata petualangan sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu nusa, tirta, dan dirga.

Jumlah pendaki sepanjang tahun 2016 dari data statistik kunjungan pendaki Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tercatat sebanyak 91.412 orang. Dari jumlah tersebut, 30.847 orang adalah wisatawan mancanegara.

https://travel.kompas.com/read/2018/10/26/200600427/shelter-pendakian-gunung-di-indonesia-belum-layak-untuk-pendaki-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke