Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wajah Lain Maldives, Tak Melulu "Luxury"

Tetapi, resor-resor itu hanya sebagian wajah dari Maldives. Ada kesederhanaan di sisi lainnya.

Maldives merupakan negara kepulauan. Jumlah pulaunya berkisar seribuan. Ada pulau-pulau yang dihuni penduduk lokal. Selain bekerja di bidang pariwisata, sebagian juga menjadi nelayan, atau pedagang. Hal ini bisa terlihat salah satunya di Pulau Maafushi, atau di ibu kota Maldives, Male.

Saat berlibur di Maldives selama 4 hari 3 malam awal November lalu, saya menginap di salah satu hotel bintang 4 di Pulau Maafushi. Pada masa itu, saya sempat berkunjung ke salah satu resor, Olhuveli, juga ke Male.

Suasana ketiga tempat ini sungguh berbeda. Di Olhuveli, yang ada adalah pemandangan kemewahan. Resor dengan pelayanan dan fasilitas kelas satu.

Wisatawan rileks berjemur, atau juga menikmati massage dan spa. Atau hanya duduk-duduk bercengkrama dalam kamar yang waah. Jika ingin berenang di laut atau kolam, cukup buka pintu kamar dan tinggal byuurr...

Sementara di Pulau Maafushi, yang sudah terbuka dengan kehadiran turis, warganya sibuk dengan kegiatan pagi layaknya di daerah lain. Anak-anak bersekolah, nelayan menjajakan hasil tangkapannya, yang membuka warung makanan menyiapkan makanannya, yang berjualan membuka tokonya, dan sebagainya. Pemandangan yang tidak didapat jika menginap di resor.

Di depan hotel tempat saya menginap, pukul 06.00 pagi tampak karyawan merapikan pasir yang berada di halaman. Sementara juru masak menyiapkan makanan untuk para tamu. Waktu sarapan pagi mulai pukul 07.00 hingga pukul 10.00.

Sementara sejumlah minimarket terlihat masih tutup. Ya, minimarket di sini berbeda dengan di Jakarta yang buka 24 jam. Di sini, minimarket buka pada pukul 13.00-15.00, pukul 16.00-18.00, dan pukul 20.00-22.00.

Buat wisatawan yang berkunjung ke pulau ini, harus stock snack dan minuman. Karena apa? Karena minimarket tidak buka 24 jam.

Oh iya, jika ke Maldives, cukup bawa dollar USA saja, tidak perlu ditukar dengan mata uang lokal, Rufiyaa. 1 dollar USA setara dengan 15 rufiyaa.

Sore hari, saya "blusukan" lagi hingga ke dalam pulau tersebut. Bisa terlihat ibu-ibu dan bapak-bapak duduk bercengkrama, sementara pemuda-pemuda bermain bola di lapangan.

Sepanjang menyusuri pulau ini, saya merasakan suasana yang santai, tanpa banyak kerumunan orang. Lengang. Ada sih motor dan mobil lalu lalang, tetapi jumlahnya pun bisa dihitung dengan jari.

Sedikit gambaran, berdasarkan sensus 2014, jumlah penduduk pulau ini memang hanya sekitar 2.600-an. Pulau ini berbentuk memanjang dengan ukuran 1.275 km dan lebar 0,260 Km. Di pulau ini juga terdapat penjara.

Sama seperti di Jakarta atau di kawasan Kuta Bali, di sini orang juga memarkirkan motornya di pinggir jalan. Tentu saja pemandangan yang kurang sedap dipandang.

Di sini, saya juga mengalami hal yang sama saat di Maafushi, yakni minimarket dan supermarket tutup saat waktu shalat. Sehingga, orang yang hendak belanja, harus sabar menunggu hingga supermarket itu buka.

Male ini merupakan kota pemerintahan. Kantor dan tempat tinggal presiden juga ada di sini. Sayang saya tidak sempat menyusuri kota ini lebih dalam. Saya hanya singgah sekitar 3 jam.

Selain itu, berdasarkan obrolan dengan beberapa orang lokal, kebanyakan turis enggan tinggal di sini. Mereka lebih suka tinggal di pulau, atau langsung menginap di resor untuk menikmati pantai dan laut. "Termasuk saya," ucap saya dalam hati...

https://travel.kompas.com/read/2018/11/25/221248627/wajah-lain-maldives-tak-melulu-luxury

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke