Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Saat Aroma Kopi Menyeruak dari Sudut Utara Danau Toba

Tao Silalahi adalah sudut Utara Danau Toba yang cantik dengan latar belakang gugusan perbukitan dan tebing yang indah.

Kalau kita memilih datang dari jalur Lae Pondom, jalan menurun yang curam dengan tikungan yang tajam sekira 10 kilometer akan memacu adrenalin, meski pemandangan di kanan kiri adalah perbukitan yang menghijau.

Kalau mau sedikit landai, pilih jalur dari Tongging di Kabupaten Karo. Kita akan berjalan di kaki-kaki perbukitan, perkampungan lalu tepian danau. Baiknya menggunakan sepeda motor saja supaya 'belanja mata' dengan pemandangan 'bak lukisan' terpuaskan.

Satu lagi, kondisi jalan yang sempit, berkelok dan berlubang, lebih mudah dihadapi dengan kendaraan roda dua.

Kamis (6/12/2018) pagi, aroma kopi yang menggairahkan akan menyeruak lewat Festival Kopi Sidikalang. Tepian danau terbesar di Asia Tenggara itu dan desa-desa di pinggirannya akan wangi 'si hitam' mulai 6 sampai 8 Desember 2018.

Acara yang akan dibuka Bupati Dairi ini berisi lomba green bean Arabika dan Robusta, cupping, barista show, dan diskusi kopi yang membahas persoalan kopi Sidikalang mulai situasi terkini, solusi, kendala dan pemasarannya.

Petani-petani kopi juga turut meramaikan daerah yang terkenal penghasil bawang tersebut.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Dairi, Rahmat Syah Munthe mengatakan, peluang pengembangan industri kopi di dalam negeri saat ini cukup terbuka lebar sebab potensi konsumsi kopi domestik dan permintaan kopi dunia terus menanjak.

Untuk merebut peluang pasar yang cukup besar itu, sudah seharusnya kopi sidikalang meningkatkan dayasaingnya mulai dari hulu (budidaya) sampai hilir (pengolahan dan pemasaran).

"Salah satunya dengan menyelenggarakan festival kopi. Ini adalah ruang berkumpul dan diskusi pelaku usaha dalam rantai nilai kopi untuk meningkatkan kualitas kopi dan pemasarannya," katanya kepada Kompas.com, Rabu (5/12/2018).


Rahmat menyakini bahwa festival tersebut akan memotivasi petani agar melakukan budidaya dan pengolahan terbaik. Menjadi sarana promosi membangun citra kopi Sidikalang dan mengedukasi masyarakat tentang cara mengkonsumsi kopi yang baik dengan barista class.

"Kita hadirkan pelaku usaha kopi se-Kabupaten Dairi, AEKI Sumut dan kabupaten sekawasan Danau Toba," ucap Rahmat.

Harapannya, citra kopi sidikalang dengan reputasi dan kekhasannya terbangun, para pelaku usaha berorientasi ekspor. Serta terjalin kemitraan antar pelaku usaha dengan pihak luar sehingga mempercepat peningkatan kualitas kopi Sidikalang yang berkelanjutan.

"Satu lagi yang pasti adalah meningkatkan kunjungan wisata kopi," ujar dia.

Veryanto Sitohang, salah seorang tokoh masyarakat dan pelaku bisnis menambahkan, Dairi dikenal sebagai penghasil kopi terbaik di Indonesia meski beberapa daerah lain di Sumut juga mengembangkan komoditas serupa.

Menurut dia, kopi dairi tetap dikenang para penikmat kopi dengan cita rasanya yang khas.


"Saat ini menikmati kopi menjadi gaya hidup generasi milenial dan orangtua. Peluang ini dimanfaatkan Pemkab Dairi untuk terus mengembangkan pemasaran kopi. Salah satu strateginya melalui festival kopi ini. Sebagai masyarakat Dairi, kita mendukung upaya promosi dan membuka pasar global pertanian kopi. Semoga petani semakin sejahtera dan kopi Dairi dikenal hingga mancanegara," kata Veryanto.

Kita Punya Kopi yang Bagus

Saat membuka Seminar Keragaman Jenis Kopi di Taman Siba Indah, Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, Senin (3/12/2018), Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengungkapkan, kekayaan alam sebagai penghasil kopi adalah bonus yang diberikan Allah kepada Sumut.

“Kita punya kopi yang bagus," katanya lalu menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Italia.

Saat itu Gubernur Sumut mencicipi satu loki kopi dengan harga cukup mahal. Dirinya sempat bangga saat mengetahui yang diminumnya adalah kopi mandailing dan lintong.

“Saya sempat bangga karena ternyata kopi kita terkenal. Tetapi pas saya tanya, orang Italia itu bilang kopinya dari Thailand. Saya jadi bingung, apa ada Mandailing di Thailand?” ucap Edy.

Jawaban dari pertanyaannya membuat Edy sedikit marah, pasalnya sampai 1998 kopi asal Sumut masih diekspor langsung dari Indonesia. Terjadi pencampuran, kopi diterima terlebih dahulu di Thailand baru dikirim ke Italia. Ini yang kemudian membuatnya kecewa dan marah.

“Intinya adalah mari kita jujur. Ini seperti persoalan akal mengakali karena yang mendapat keuntungan itu orang luar, orang asing. Tolong ini dibahas,” katanya.

Paling penting yang dilakukan saat ini adalah menggalakkan promosi kopi, produksi dan menjaga nama agar tidak dibajak negara lain.

“Kopi kita ini bukan soal enak tidak enak, tapi sudah kelas dunia, yang bikin kurang itu, ya kita sendiri. Mari manfaatkan sekarang, ajari kami untuk bisa memperbaiki. Saya mau aksi, kita galakkan ini,” tegas Edy.

Selain itu, dia bilang, kondisi warung kopi di beberapa tempat yang menyediakan kopi asal Sumut selalu ramai diminati masyarakat. Maka, diminta masyarakat mendapatkan manfaat dari besarnya nama kopi yang ditanam di beberapa tempat di Sumut itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Wan Hidayati mengungkapkan pentingya menjadikan kopi sebagai satu promosi untuk meningkatkan agrowisata.

Apalagi, tambah Hidayati, selain dataran tinggi, kawasan Pantai Timur juga berpotensi menjadi tujuan wisata sekaligus memperkenalkan beragam jenis kopi olahan.

https://travel.kompas.com/read/2018/12/06/095500427/saat-aroma-kopi-menyeruak-dari-sudut-utara-danau-toba

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke