Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjelajahi Bukit Empo Sanga di Flores Barat

Empo Sanga terdiri dua kata yakni: Empo dan Sanga. Empo artinya burung elang raksasa yang dianggap sakral serta memiliki kekuatan yang sakral. Sanga dalam bahasa Manggarai yang artinya menerkam lalu mengangkat mangsa untuk dimakan (burung) dan dibawa lari ke tempat-tempat yang paling tinggi, baik perbukitan maupun pohon tinggi.

Buktinya ada tempat khusus di bukit itu sebagai tempat burung elang memakan mangsanya dan di bagian bawahnya terdapat banyak tulang binatang bekas makanan burung elang raksasa itu.

Dengan demikian bukit itu dinamakan Bukit Empo Sanga serta dua goa di sekitarnya disebut Goa Bukit Empo Sanga. Ada satu goa lagi di kaki bukit itu namanya Goa Wae Bombang yang memiliki sejarah yang berhubungan satu sama Lain.

Mata air Wae Bombang berada di dalam lubang dan penduduk nenimbanya di bawah lubang seperti sumur alam. Di sekitarnya ada Danau Sano Ndoeng. Budaya juga sangat asli ada rumah gendang kampung pongkal, Kampung Wontong, Kampung Lewat dan Kampung Baru.

Compang atau batu megalith juga sangat unik dari kampung lain karena di atas compang terdapat sebuah batu yg bergambarkan peta wilayah kedaluan Wontong serta sumber air minum adat yang tampak sakral (sumur) bernama gergente sebagai wae takung bagi gendang wontong dan gendang pongkal atau ngalo. Sanggar budaya sudah terbentuk dengan nama: Sanggar Budaya Empo Sanga.

Selain itu arti lain dari Empo Sanga dalam bahasa Manggarai adalah, Empo itu menyebut nama leluhur orang Manggarai Raya dan Sanga itu sebuah bukit berbentuk tanduk kerbau.

Demikian dijelaskan Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Cabang Manggarai Barat, Donatur Matur kepada Kompas.com, Kamis (24/1/2019).

Belum lama ini, lanjut Matur, pihaknya melakukan survei obyek-obyek wisata baru di kawasan utara Kabupaten Manggarai Barat yang terdapat di Kecamatan Macang Pacar, Kecamatan Pacar, Kecamatan Kuwus dan Kuwus Barat serta Kecamatan Ndoso. Ada begitu banyak obyek wisata yang masih tersembunyi di kawasan ini.


“Saya dari Asita Cabang Manggarai Barat didampingi tim survei serta Kepala Desa Wontong bersama-sama menjajaki kisah Bukit Empo Sanga yang jarang diketahui secara luas. Kisah-kisah mistis tentang bukit itu hanya diketahui oleh masyarakat sekitar Desa Wontong dan desa sekitarnya. Bahkan, bukit itu sangat ditakuti dengan berbagai kisah mistis yang dipercaya masyarakat setempat,” katanya.

Obyek Wisata Goa Alam di Kaki Bukit Empo Sanga

Matur menjelaskan, selama ini pelaku pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat hanya mempromosikan Goa Alam Watu atau Batu Cermin yang berada di Kota Labuan Bajo serta Goa Istana Ular di Kecamatan Welak.

Namun ada lagi goa alam di Kecamatan Macang Pacar. Selain bukit dengan batu cadas, ada juga goa alam Empo Sanga, Goa Wae Bombang, Mata Air Sakral, Gergente serta sumur alam sebagai tempat untuk menimba air oleh warga setempat.

Selain itu, lanjut Matur, bentuk goanya sangat berbeda dengan goa-goa lain yang selama ini dijadikan tempat wisata yang berada di seputar Kota Labuan Bajo. Goa alam Empo Sanga, Bukit Empo Sanga dan goa alam Wae Bombang memiliki kisah-kisah mistis yang dituturkan secara lisan oleh warga setempat.


“Pertama-tama, saya memperoleh informasi lisan terkait dengan bukit itu yang bisa di lihat dari Kampung Wajur, Kolang yang berbentuk tanduk kerbau. Kemudian, saya mengumpulkan informasi itu dan melakukan perjalanan wisata sambil survei bukit yang dikisahkan secara lisan tersebut. Saya benar-benar kagum dengan obyek wisata baru ini,” ujarnya.

Penjelajah Ditantang Mengunjungi Bukit Empo Sanga

Bagi para penjelajah ditantang untuk mengunjungi obyek wisata baru di kawasan utara dari kabupaten yang terkenal dengan binatang ajaib Komodo tersebut. Selama ini destinasi utama wisatawan asing dan Nusantara hanya ke Taman Nasional Komodo. Padahal di luar Taman Nasional Komodo ada begitu banyak obyek wisata yang sangat tersembunyi.

Selama ini pelaku pariwisata dan Pemkab Manggarai Barat yang gencar mempromosikan wilayah barat, sementara bagian utara belum tersentuh untuk dipromosikan.

Bukan hanya Goa Empo Sanga dan Bukit atau Golo Empo Sanga menjadi daya tarik ke kawasan ini melainkan pemandangan alam serta berbagai obyek wisata lain yang belum tersentuh dan masih tersembunyi.


Mengamati Burung Elang Flores

Matur menjelaskan, salah satu spot terbaik untuk mengamati burung raksasa elang flores ada di Bukit Empo Sanga. Burung itu bertengger di batu-batu di bukit itu sambil menikmati mangsa-mangsa yang sudah ditangkapnya.

Ada begitu banyak bukti, dimana banyak tulang-tulang binatang sisa makanan dari burung elang itu berserakan di bawah kaki bukit.

Pemandu burung di Pulau Flores sebaiknya menjelajahi kawasan ini ntuk mengamati burung endemik Flores. Salah satunya burung raksasa elang flores. Alam dan lingkungannya yang masih alamiah menarik dan memikat wisatawan minat khusus maupun pengamat burung internasional.

Kepala Desa Wontong, Albinus dan Staf Kehutanan Kecamatan Macang Macang Pacar, Stef Nali, kepada Donatur Matur mengungkapkan, Bukit Empo Sanga bersama dengan kekayaan obyek wisata lainnya akan dilindungi dan Pemerintah Desa akan melakukan surat keputusan untuk melindungi kawasan itu sebagai kawasan wisata minat khusus.

“Kami bersyukur Ketua Pelaksana Harian Asita Cabang Manggarai Barat melakukan survei obyek wisata baru di kawasan utara Kabupaten Manggarai Barat. Kehadirannya memberikan nilai tersendiri bagi Pemerintah Desa Wontong maupun masyarakat Desa Wontong tentang bukit Empo Sanga yang menjadi destinasi baru di kawasan ini,” kata Albinus.


Untuk mengunjungi obyek wisata di bagian utara Kabupaten Manggarai Barat dapat dijangkau dari berbagai arah.

Rute dari arah Timur melawati Jalan Transflores Utara menjadi pilihan yang tepat bagi seorang wisatawan apabila sedang berada di Kota Sikka Maumere. Rutenya: Maumere-Mbay-Riung-Pota-Reo-Kajong-Rego-Wontong-Noa.

Dari pertigaan Kampung Noa, wisatawan bisa memilih ke Labuan Bajo atau ke Ruteng.

Rute kedua, apabila sedang berada di Kota Labuan Bajo, diantaranya memilih jalur laut atau darat. Jikalau mengambil jalur darat maka rutenya: Labuan Bajo-Pertigaan Nggorang-Terang-Compang dan pertigaan Noa, lalu ke arah Timur menuju ke obyek-obyek wisata yang dikunjungi.

Jika memilih jalur laut maka rutenya, Labuan Bajo-Pulau Longos-Bari, ibu kota Kecamatan Macang Pacar-Kampung Raba-Kampung Pau dan pertigaan di Kampung Hita. Dari pertigaan itu bisa ke arah Timur atau barat tergantung obyek wisata yang dikunjungi.

Selanjutnya, jika wisatawan berada di Kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, rute yang dipilih antara lain: Ruteng-Cancar-Perempatan Golowelu-Kampung Dahang-Kampung Lambur-Kampung Nao-Kampung Wajur-Kampung Ndiuk-sampai berakhir di Pertigaan Noa.

Saat di pertigaan Kampung Noa, wisatawan memilih sesuai obyek wisata yang akan dikunjungi, entah ke barat atau ke timur, utara dan selatan. Kampung Pertigaan Noa sebagai sentral untuk seluruh kendaraan dari berbagai arah. 

https://travel.kompas.com/read/2019/01/26/081500727/menjelajahi-bukit-empo-sanga-di-flores-barat

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke