Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mitos Asal Usul Tradisi Guti Nale di Mingar Lembata

Masyarakat Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata masih sangat menjaga kental dengan tradisi Guti Nale yang diwariskan nenek moyang mereka. Tradisi itu diwariskan secara turun temurun.

Menurut tua adat Atakabelen, Paulus Pati Kabelen, saat diwawancara Kompas.com menuturkan bahwa nale berasal dari Duli, laut di Alor tepatnya di Selat Merica. Adalah Srona dan Srani, dua pendatang yang membawa nale hingga ke kampung Mingar.

Kisahnya demikian; Belake dan Geroda, dua bersaudara dari Suku Ketupapa pergi melaut. Mereka juga mengajak Ama Belawa dari Suku Atakabelen untuk menyusul mereka sambil membawa tuak. Ketika sampai di pantai, keduanya melihat dua orang menerjang gelombang dan berenang ke arah pantai di mana mereka berdiri.

Masing-masing mereka membawa batu yang merupakan jelmaan istri mereka yakni Srupu dan Srepe. Dua istri ini berasal dari dunia lain, dunia gaib.

Asal mereka dari Duli. Mereka datang ke Mingar untuk mengikuti nale yang sudah lama meninggalkan kampung mereka. Kemudian,  Belake dan Geroda meminta Srona dan Srani agar bersembunyi di atas pohon pandan karena mereka masih hendak melaut. Keduanya pun menyanggupinya.

Tak lama, Ama Belawa datang membawa tuak bersama anjingnya. Rupanya penciuman anjing Ama Belawa mampu mengetahui persembunyian Srona dan Srani.

Keduanya pun keluar dari persembunyiannya dan turun dari pohon pandan. Ama Belawa dan dua orang asing tersebut menunggu Belake dan Geroda yang pergi mencari ikan. Belake dan Geroda pun muncul sambil membawa ikan dengan perahu kecil.

Srona dan Srani diajak ke kampung, kemudian diperkenalkan kepada warga kampung. Mereka diterima dan menetap di Mingar. Kepada warga kampung, keduanya pun memperkenalkan tata cara mengambil nale dan ritual-ritual yang mendahuluinya.

Di Duang Waitobi inilah Srona dan Srani memasukkan dua batu yang mereka bawa dari Duli. Dua batu ini merupakan jelmaan dari istri mereka yakni Srupu dan Srepe.

Kedua batu ini dikenal dengan sebutan batu ikan nale. Srona dan Srani juga menunjukkan cara memberikan makan kepada kedua batu ini dan hanya diberi makan sebelum mengambil nale.

Saat meninggal, tengkorak kepala Srona dan Srani ditempatkan di lokasi yang disebut Duli Ulu (di bagian timur lapangan sepak bola Mingar). Tubuhnya, kata Paulus Pati Kabelen, dikuburkan di  Klete, dekat kampung adat Mingar.

https://travel.kompas.com/read/2019/03/11/220500727/mitos-asal-usul-tradisi-guti-nale-di-mingar-lembata-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke