Layaknya daerah lainnya, akhir pekan menjadi pusat keramaian di pusat kota. Sebagian pengendara menggunakan roda empat dan roda dua melintas di jalan masuk kota tersebut.
Sepanjang jalan itu sebelah kiri berjejer pedagang durian. Durian ditumpuk-tumpuk. Satu tumpuk sekitar enam atau tujuh buah. Tergantung besar buah durian tersebut. Sangat mudah menemukan pedagang durian di lokasi itu.
Biasanya mereka langsung menyapa dengan bahasa Aceh “piyoh piyoh.." atau singgah-singgah. Sebagian pengendara menepi. Memilih beberapa buah durian. Menawar harga.
“Silakan pilih, jika tawar, atau busuk kami ganti,” kata Ibrahim, seorang pedagang yang puluhan tahun berdagang di lokasi itu.
Kali ini, durian yang dijual Ibrahim dari Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.
“Jika tak musim di Aceh, kami cari durian di Sidikalang, Sumatera Utara,” kata Ibrahim.
Sehingga, wajar saja, di lokasi itu durian tersedia. Tanpa musim. Saban malam tersedia. Kali ini, harga durian dijual Rp 15.000 per butir. Ukuran kecil. Sedangkan ukuran besar Rp 35.000 per butir. Per tumpuk dibanderol Rp 75.000.
“Bisa jual murah sedikit karena sumber durian di Aceh Tengah. Jadi tidak terlalu mahal ongkos angkut,” katanya.
Di lokasi itu tersedia dua kursi untuk pembeli yang langsung membelah durian, mengonsumsi dengan ketan panggang yang dijual di sana. Ketan panggang per bungkus hanya Rp 1.000. “Dalam semalam bisa laku 200 bungkus,” kata Khatijah, pedagang ketan bakar di lokasi itu.
Sedangkan seorang pembeli, Maimun Ismail, menyebutkan untuk mendapatkan durian dengan kualitas bagus harus dibelah di lokasi. “Bisa beli langsung belah, jadi kita tahu tawar atau manis, busuk atau tidak,” katanya.
Nah, jika Anda singgah ke kota yang dulu dijuluki petro dollar itu, maka singgahlah ke Jalan Perdagangan, belilah durian di sana. Walau saat ini bukan musim durian.
https://travel.kompas.com/read/2019/03/13/103600727/nikmati-durian-tanpa-musim-di-lhokseumawe