Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Legenda Raja Terakhir Majapahit di Pantai Ngobaran, Gunungkidul

GUNUNGKIDUL, KOMPAS.com – Pantai Ngobaran saat ini merupakan  salah satu obyek wisata instagramable di Yogyakarta. Hal itu karena nuansa Pulau Bali yang begitu kental di sana dengan adanya pura dan arca.

Pada akhir pekan, pantai ini hampir selalu dikunjungi banyak wisatawan. Kebanyakan di antara mereka ingin berfoto dengan latar belakang arsitektur khas Pulau Dewata itu.

Tidak hanya wisatawan biasa, Pantai Ngobaran pun merupakan spot favorit para fotografer untuk hunting foto. Dengan komposisi yang pas, hasil jepretan di pantai ini akan begitu unik dan indah.

Namun Pantai Ngobaran ternyata tidak hanya menyimpan keindahan dan keunikan semata. Ada legenda yang menjadi latar belakang penamaan Ngobaran pada pantai ini. Konon legenda Pantai Ngobaran ini berhubungan dengan Raja Terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V.

Legenda Bakar Diri Prabu Brawijaya V di Pantai Ngobaran

Dahulu kisah legenda Prabu Brawijaya V dituliskan di sebuah papan yang ada di Pantai Ngobaran. Namun saat Kompas.com berkunjung kembali Hari Sabtu (02/02/2019) silam, papan legenda itu sudah tidak ada.

Akan tetapi legenda tentang Pantai Ngobaran masih bisa didapatkan dari masyarakat sekitar yang sudah lama tinggal di sana.

Dikisahkan Prabu Brawijaya V adakah keturunan terakhir Raja Majapahit (1464-1478 masehi) yang melarikan diri dari istana bersama kedua istrinya bernama Bondan Surati (istri pertama) dan Dewi Lowati (istri kedua).

Konon kepergian Sang Prabu adalah untuk menghindari konflik dengan putranya sendiri yang merupakan raja pertama Demak, Raden Patah. Prabu Brawijaya V dan dua istrinya mengembara di daerah pedalaman dan pesisir.

Sebelum masuk ke dalam kobaran api yang sudah disiapkan, terlebih dahulu Prabu Brawijaya V menanyakan sesuatu kepada kedua istrinya.

“Wahai para istriku. Siapa di antara kalian yang paling besar cintanya padaku,” tanya Sang Prabu.

Dewi Lowati pun menjawab jika cintanya kepada Sang Prabu adalah sebesar gunung. Sementara itu, Bondan Surati memberikan jawaban yang berbeda.

“Cinta saya kepada Tuan Prabu Brawijaya V sama seperti kuku hitam. Setiap selesai dipotong pasti akan tumbuh kembali,” Jawab Bondan Surati kepada suaminya. Jawaban itu bermakna, jika cinta itu hilang, maka akan tumbuh lagi.

Prabu Brawijaya V memilih Dewi Lowati karena menganggap cinta istri keduanya itu lebih kecil dibandingkan istri pertamanya. Peristiwa bakar dirir inilah yang menjadi asal penamaan Ngobaran dari kata kobaran.

Itulah legenda penamaan Ngobaran di pantai ini. Meski demikian, kebenaran kisah legenda ini masih diragukan karena diyakini Prabu Brawijaya V mokswa (meninggal dengan jasad yang turut menghilang) di Gunung Lawu.

https://travel.kompas.com/read/2019/03/21/181100227/legenda-raja-terakhir-majapahit-di-pantai-ngobaran-gunungkidul

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke