Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Sanggar Budaya Bliran Sina Merawat Tradisi Tenun Ikat Sikka

Sejak berdiri pada tahun 1988 hingga saat ini, sanggar budaya Bliran Sina ini masih membuat kain tenun ikat secara tradisional. Mulai dari proses pembuatan kapas jadi benang, sampai pada pewarnaan yang serba alami yakni dari tumbuh-tumbuhan.

Karena itulah, sejak tahun 1992, sanggar ini selalu menjadi inacaran wisatawan, baik itu wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Wisatawan yang berkunjung bertujuan menyaksikan proses pembuatan kain tenun ikat secara tradisional. Wisatawan juga menyaksikan tarian dan musik tradisional masyarakat setempat.

Sejarah Berdirinya Sanggar Bliran Sina

Senin (29/4/2019), Kompas.com ditemani teman jurnalis berpelisir ke sanggar budaya Bliran Sina ini. Di sanggar ini saya bertemu dan berbincang dengan ketua sanggar, Yosef Gervasius perihal sejarah dan perjalanan sanggar budaya Bliran Sina.

Sebelum itu, Romanus bersama istri dan beberapa ibu-ibu asal Dusun Watublapi telah berjalan keliling Mailumere untuk menjual kain tenun ikat yang dibuatnya untuk membiayai kehidupan keluarga.

Permintaan pasar akan kain tenun ikat tradisional pun dari hari ke hari semakin melejit. Sejak saat itulah, ia berpikir bahwa untuk menjual kain-kain tenun itu harus melalui sebuah organisasi.

Maka dia memutuskan membentuk sanggar budaya Bliran Sina. Itulah cikal bakal awal berdirinya sanggar budaya ini.

Menurut Yosef, lebih dari itu ia tujuan pendirian kelompok sanggar untuk melestarikan tradisi menenun yang diwariskan dari nenek moyang.

Ia melanjutkan, lokasi awal kelompok tenun itu berada di puncak pegunungan Baomekot, tetapi karena masalah keamanan tidak menjamin, lokasinya pindah ke Dusun Watublapi, Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka.

Karena kelompok sanggar sudah mulai berkembang, sejak tahun 1988, sanggar budaya Bliran Sina bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka untuk menambah modal usaha. Apalagi usaha itu fokus di pengembangan wisata.

"Sejak tahun 1988 sampai 1991 lebih banyak kapal-kapal pesiar dan dinas pariwisata yang berkunjung. Itu satu bulan satu kapal pesiar yang datang bekunjung dengan jumlah banyak," kata Yosef.

Ia mengungkapkan, sejak Romanus meninggal pada tahun 1991, sanggar itu sempat 3 bulan vakum karena tidak ada yang memimpin. Akibatnya pengelolaan sanggar diserahkan ke desa. Desa mengelola sanggar selama 6 bulan.

Ia menegaskan bahwa konsep awal sanggar budaya Bliran Sina adalah sebagai salah obyek wisata hanya mempromosikan kain tenun ikat.

Namun Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka menyarankan agar selain mempromosikan kain tenun ikat, sanggar juga menyiapkan tarian dan musik tradisional agar lebih menarik para pengunjung.

Sanggar akhirnya pun mencoba dengan tarian dan musik tradisional. Sejak saat itu jumlah pengunjung dari tahun ke tahun pun mengalami peningkatan.

"Setelah kita lihat itu, akhirnya kita padukan. Tenun ikat sekalian dengan tarian dan musik adat. Itu yang dibuat sampai sekarang ini," ungkapnya.

Yosef menjelaskan, sejak berdiri hingga ramai dikunjungi para wisatawan, sanggar budaya Bliran Sina sungguh membawa dampak yang luar biasa bagi perekonomian masyarakat setempat khusunya anggota sanggar.

Menurut Yosef, kerja sama anggota telah berhasil melestarikan tradisi menenun sambil membuka peluang usaha dengan menjual hasil tenun.

"Hasil tenun dari semua anggota sanggar dipamerkan di sini setiap kali ada pengunjung datang. Ada pengunjung yang tidak hanya menyaksikan proses pembuatan kain tenun, tarian, dan musik tradisonal, tetapi juga membeli kain tenun milik anggota sanggar untuk oleh-oleh. Dari situlah nilai ekonomis yang dirasakan anggota sanggar," ungkap Yosef.

Ia menerangkan, semua kain tenun yang dijual di sanggar merupakan hasil olahan dari bahan alami. Mulai dari bahan dasar benang, pewarnaan, sampai pada proses tenun.

Kain ini terbuat dari benang dari kapas asli yang dipintal langsung dari kebunnya, bukan yang dibeli di toko. Pewarnaan juga sangat alami yakni terbuat dari tumbuhan yang ada di sekitar.

"Karena terbuat dari bahan yang serba alami, proses untuk menghasilkan sebuah kain tenun jadinya rumit dan cukup lama. Mulai dari pintal kapas, pewarnaan, bentuk motif, itu bisa memakan waktu berbulan-bulan. Jadi wajar kalau harga kainnya agak mahal. Tetapi, kualitas kain tenun yang dijual di sanggar sangat terjamin. Tidak ada sedikit pun campur dengan bahan kimia," jelas Yosef.

Dia memaparkan, berkat konsisten merawat tradisi menenun secara tradisional, sanggar budaya Bliran Sina kini pun sangat sering dikunjungi wisatawan.

Wisatawan yang berkunjung ke sanggar ini bertujuan menyaksikan proses pembuatan kain tenun ikat secara tradisional. Mulai dari proses pintal kapas, pewarnaan, bentuk motif dan proses menenun untuk menghasilkan sebuah kain. Ada pula wisatawan yang membeli kain tenun yang djual di sanggar sebagai oleh-oleh.

https://travel.kompas.com/read/2019/05/02/111000427/sejarah-sanggar-budaya-bliran-sina-merawat-tradisi-tenun-ikat-sikka

Terkini Lainnya

5 Wisata di Singkawang, Kalimantan Barat, Ada yang Gratis

5 Wisata di Singkawang, Kalimantan Barat, Ada yang Gratis

Jalan Jalan
Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Travel Update
3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

3 Rekomendasi Kafe Kucing di Bandung

Jalan Jalan
Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke