Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Austria Menyimpan Endapan Amethyst Terbesar di Eropa

Tahun ini, tepat enam tahun setelah Thatcher wafat, cincin tersebut terjual melalui proses lelang senilai 27.500 Poundsterling atau setara Rp 511 juta.

Sejarah, dan ketokohan Thatcher sebagai Perdana Menteri Inggris perempuan yang pertama mendongkrak harga cincin antik itu. Namun nilai jual yang tinggi juga tak lepas dari sematan batu ungu bernama amethyst.

Kepopuleran amethyst sudah ada dalam sejarah kuno. Di era Yunani Kuno dan Kerajaan Romawi misalnya, banyak orang minum alkohol dengan gelas amethyst karena mereka percaya kebiasaan ini bisa mencegah intoksikasi. Bahkan dalam bahasa Yunani, amethystos memiliki arti tidak mabuk.

Di tempat ini terdapat beberapa jenis tur, dan juga kegiatan yang berkaitan dengan eksplorasi batu mineral.

Pameran yang paling menarik dan menjadi tujuan wajib jika bertandang ke Amethyst Welt Maissau adalah "Amethyststollen". Ini sebuah ruangan bawah tanah yang memamerkan dinding amethyst sepanjang 40 meter yang berusia 380 juta tahun.

Dinding ini merupakan salah satu endapan amethyst terbesar di benua Eropa.

Kondisi ruangan bawah tanah sangat bersih, dan rapi. Terlebih lagi penerangan yang sangat baik, sehingga pengunjung bisa mengambil foto sepuasnya dengan mudah.

Selain berfoto dan melihat langsung endapan amethyst, pengunjung juga belajar soal perbedaan kandungan kuarsa, serta proses penggalian yang berlangsung di lokasi ini.

Informasi lebih mendetail tersedia di dalam ruangan multimedia. Penyampaian informasi menggabungkan teknologi digital, dan instalasi pameran.

Dalam kondisi ruangan yang temaram, satu per satu instalasi yang sedang dijelaskan menyala terang. Cara seperti ini memudahkan pengunjung untuk fokus pada poin penjelasan yang sedang berlangsung.

Total ada 13 pos era sejarah batu amethyst yang berbeda, mulai dari era Mesir Kuno, Romawi, Kerajaan Austria, hingga modern.

Di sini pengunjung belajar sejarah penggunaan dan keyakinan akan manfaat amethyst di era yang berbeda.

Meskipun amethyst menjadi primadona di museum ini, pameran untuk batu mineral lain juga tersedia.

Di "Edelstein Haus" terdapat ratusan jenis batu mineral dari seluruh penjuru dunia. Ada juga meteorit asli yang bisa disentuh.

“Batu-batu ini memiliki beberapa kategori perbedaan, seperti warna, kandungan mineral, dan juga kelangkaan,” ujar pemandu wisata, Jasmina.

“Proses panjang terbentuknya sebuah batu mineral menjadikannya sangat unik,” tambah Jasmina.

Dengan membayar tiket ekstra seharga 11 Euro (Rp 178.000) untuk dewasa, atau 7 Euro (Rp 113.000) untuk anak, pengunjung bisa mencoba menggali sendiri batu mineral selama satu jam. Apa pun yang berhasil ditemukan boleh dibawa pulang.

Ada juga taman bermain, dan hutan kecil dimana anak-anak bisa berinteraksi dengan hewan-hewan ternak. Pada musim-musim tertentu, museum ini mengadakan kegiatan khusus untuk anak-anak.

Paket kunjungan dua museum (Amethyststollen & Edelstein Haus) hanya seharga 21 Euro (Rp 340.000) untuk dewasa, dan 12 Euro (Rp 195.000) untuk anak-anak umur 7-15 tahun. Tur di masing-masing tempat berdurasi sekitar satu jam.

Sehingga bagi pengunjung yang tidak berbahasa Jerman harus datang sebagai grup agar mendapatkan pemandu khusus yang berbahasa Inggris.

Tur berjalan pada jam-jam tertentu, maka pastikan untuk menanyakan kembali jadwal yang ada sebelum datang.

Bagi penggemar perhiasan batu permata, toko souvenir di Amethyst Welt Maissau menjual sederet perhiasan dengan harga yang sangat beragam.

Secara umum Amethyst Welt Maissau merupakan tujuan wisata dengan harga terjangkau dan edukatif. Lokasinya sangat mudah dijangkau dengan mobil, sekitar 68 kilometer dari ibu kota Wina. Perjalanan hanya memakan waktu maksimal satu jam. (AWIS MRANANI, tinggal di Wina, Austria)

https://travel.kompas.com/read/2019/05/19/113500827/austria-menyimpan-endapan-amethyst-terbesar-di-eropa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke