Mereka mendirikan Temmu Co Living di tempat strategis, yakni Jalan Abdul Rahman Saleh 68 A Kota Bandung, Jawa Barat atau 350 meter dari Bandara Husein Sastranegara.
Dari bandara, para traveler cukup berjalan kaki atau menggunakan taksi. Sedangkan bagi yang turun di Stasiun Bandung, cukup berkendara sekitar 15 menit.
Cukup mudah menemukan hostel ini. Sebab bangunan hostel tersebut menjadi salah satu yang tertinggi di sekitaran bandara.
Begitu sampai, pengunjung akan disuguhkan tempat nongkrong yang instagramable. Apalagi saat memasuki lobi. Terdapat beberapa spot yang asyik untuk berfoto.
Salah satunya tembok putih yang diberi hiasan sedemikian rupa, kemudian di bagian tengah terdapat deretan lampu bertuliskan “Everything is Connected”, yang menjadi tagline dari hostel tersebut.
Selain beberapa spot instagramable, pengunjung akan disuguhi perpaduan warna yang milenial banget. Mulai dari dinding hingga tangga.
Memasuki kamar, pengunjung akan melihat deretan “kamar” berkonsep bunkbeds ala Eropa. Di dalam bunkbeds itu pengunjung akan menemukan kasur empuk standar hotel dan penerangan yang bisa diatur, sehingga pengunjung bisa tidur nyenyak setelah lelah seharian berjalan-jalan.
Kelebihan lainnya dari hostel ini adalah rooftop. Di sana, pengunjung akan disuguhkan banyak spot instagramable. Mulai dari deretan kursi bersantai hingga pemandangan yang disuguhkan.
Dari rooftop tersebut, pengunjung bisa melihat pegunungan Kota Bandung, perkotaan, hingga landing dan take-off nya pesawat di Bandara Husein.
Head of Hostel Development, Luthi Hernowo mengatakan, pasar utama hostel ini adalah kaum milenial. Mereka akan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan. Biasanya, hanya 20-30 persen waktunya dihabiskan di penginapan untuk istirahat dan tidur.
“Itulah mengapa kami ingin memastikan mereka bisa menikmati jalan-jalan. Dengan biaya murah (hostel), kami berikan kualitas penginapan tidak murahan,” ujar Lutfi kepada Kompas.com akhir pekan lalu di Bandung.
Sesuai konsep dan target yang ingin dicapai, Temmu adalah hostel yang mengincar pelancong dengan jadwal wisata padat. Atau pekerja yang sekadar menghadiri meeting di Bandung untuk satu hari.
“Pengunjung kami beragam baik dari luar kota hingga pelancong luar negeri seperti Korea dan Amerika Serikat. Biasanya mereka menginap 1-4 malam,” ucapnya.
Kehangatan Temmu
Konsep lain yang ditawarkan Temmu adalah hangatnya sosialisasi antar penghuni. Lutfi mengatakan, sesuai namanya, Temmu yang berarti bertemu, tidak sekadar tempat menginap.
“Temmu diharapkan menjadi tempat bertemunya beberapa pelancong dengan beragam kesamaan seperti petualangan hingga sebagai ajang berbagi pengalaman dan cerita, sehingga suasana hangat dirasakan ketika tamu menginap di Temmu,” tuturnya.
Untuk membangun interaksi di antara tamu, pihaknya tidak menyediakan televisi di area terbuka hostel. Dengan cara itu ia berharap, tamu yang sedang menghabiskan waktu di lobby dan tempat makan dapat menjalin komunikasi sekaligus keakraban.
Hal itupun berlaku bagi petugas hostel. Pihaknya memilih pekerja lokal agar mengetahui seluk beluk Kota Bandung dan sekitarnya. Jadi, jika pengunjung ingin bertanya seputar hostel dan Kota Bandung, petugasnya akan dengan fasih menjelaskan.
Pengunjung juga bisa berselancar dari tab yang disiapkan di bawah pengumuman tersebut. Selain berisi daftar kuliner dan tempat wisata, pengunjung pun bebas menuliskan testimoninya terhadap Temmu.
“Kami juga memberikan jaringan internet yang kenceng, karena milenial pasti membutuhkannya untuk berselancar, posting di media sosial, dan lainnya,” pungkasnya.
https://travel.kompas.com/read/2019/05/20/112200827/temmu-hostel-instagramable-nan-hangat-di-bandung