Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Watu Krus, Jejak Pertama Bangsa Portugis di Sikka Flores

Hal itu ditandai dengan adanya Watu Krus (Batu Salib) yang berada tepat di Bola, Pantai Selatan Maumere. Hingga kini, Watu Krus itu masih berdiri kokoh meski selalu diterjang ombak.

Masyarakat Desa Bola pun menjaga dan merawat Watu Krus dengan baik. Watu Krus tersebut dipercaya merupakan jejak dan peninggalan suci dari Bangsa Portugis di tempat.

Sabtu (15/6/2019), saya bersama tiga rekan jurnalis memilih berwisata di Pantai Bola yang berada di bagian selatan kota Maumere.

Tujuan kami ke arah selatan Maumere itu adalah hendak mengeksplor keindahan Pantai Bola dan Watu Krus jadi target utama.

Setelah melewati jalan yang berkelok-kelok di antara perbukitan, tibalah kami di bibir pantai Bola, tepatnya Kampung Bola, Desa Bola, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka itu.

Di bibir Pantai Bola kami langsung menyaksikan pesona Watu Krus (Batu Salib). Letaknya sekitar 100 meter dari bibir pinggir pantai. Batu itu berdiri kokoh di atas batu karang.

Di sekitar Watu Krus itu tampak warga sedang asyik mencari ikan dan kerang di genangan air di pantai yang dipenuhi batu karang. Kami pun mengabadikan Watu Krus itu.

Setelah mengambil gambar, kami mendekati dua orang warga Bola yang tengah menikmati suasana siang di pinggir pantai. Kami berbincang tanya seputar keberadaan dan sejarah Watu Krus itu. Tetapi mereka mengaku kurang terlalu paham dengan sejarahnya.

Salah seorang tokoh muda Bola, Martinus pun berinisiatif memanggil tokoh sesepuh di Desa Bola yang paham sejarah Watu Krus itu. Ia adalah mama Maria Adolorata. Kebetulan juga, rumahnya tidak jauh dari pantai Bola.

Lima menit berselang, Martinus pun muncul bersama seorang ibu yang tak lain adalah Maria Adolorota. Kami menyalaminya sambil menyatakan maksud kunjungan ke Desa Bola. Maria juga menyalami dan menyapa kami dengan tegur sapa yang ramah penuh lembut.


Maria pun langsung menuturkan sejarah adanya Watu Krus (Batu Salib) di Pantai Bola itu.

"Dulu, bangsa Portugis datang ke Bola. Sekitar tahun 1600-an. Mereka datang dari Konga Larantuka ke pesisir pantai Selatan. Mereka mendarat di Doreng, tetapi karena di sana banyak nyamuk, mereka lanjut berlayar ke pantai Bola dengan perahu," tutur Maria mengawali sejarah Watu Krus, Sabtu (15/6/2019).

Ia memaparkan, pada saat itu, orang dari bangsa Portugis melepas sauh di Pantai Bola. "Mereka lihat pantainya sangat bagus dan dan berada di teluk. Mereka pun memutuskan untuk turun dari perahu," katanya.

Kala itu, lanjut Maria, ada seorang bapak tua dari kampung Bola bernama Moan Baluk yang sedang mencari ikan di pantai kala air laut surut.

"Orang dari bangsa Portugis menanyakan, apakah mara air untuk diminum? Moan Baluk menjawab, tidak ada mata air bahkan air sumur pun tidak ada. Masyarakat hanya minum air hujan dan kalau musim kemarau minum air dari batang pisang," kata Maria.

Setelah mendapat jawaban tersebut, orang Portugis pun kembali ke Konga Larantuka. Mereka berpesan, esok akan datang lagi dengan jumlah yang banyak. Mereka ingin mencari sumber air untuk membuat sumur.


Saat itu, ungkap mama Maria, orang-orang kampung Bola dan sekitarnya takut melihat orang asing apalagi berkulit putih karena takut diculik. Tetapi, Moan Baluk menjelaskan kepada masyarakat, rombongan bangsa Portugis adalah orang baik.

Mendengar penjelasan itu, masyarakat dari pegunungan pun beramai-ramai turun ke pantai membawa hasil panen seperti pisang dan singkong untuk disantap bersama.

Setelah makan, masyarakat bersama bangsa Portugis menancapkan salib dari pohon lontar berukuran besar di atas batu karang yang selanjutnya disebut Watu Krus (Batu Salib).

"Tujuannya agar diketahui di daerah ini dulu pernah dimasuki bangsa Portugis. Di sini mereka menyebarkan agama dan membaptis orang-orang di sekitar Bola dan bagian Timur Sikka. Mereka pun membangun gereja Katolik di sini," kata Maria.

Dulu, menurut Maria, di atas Batu Salib itu ada jejak telapak kaki berukuran besar. Tetapi, jejak kaki tersebut telah diambil orang luar negeri dan dibawa ke negerinya. Selain itu juga, di atas Batu Salib itu ditemukan Alkitab, piring, dan periuk.

Maria menuturkan, dari dulu, di saat musim kemarau berkepanjangan, masyarakat di Bola ramai-ramai datang berdoa di Batu Salib meminta hujan.

"Ada juga warga yang datang berdoa secara pribadi di situ. Menyampaikan intensi khusus. Dan pasti terkabulkan. Itu sudah terbukti," sambung Maria.


Maria menambahkan, hingga saat ini, masyarakat Bola terus merawat dan menjaga keberadaan Watu Krus (Batu Salib) itu.

Kalau kamu tertarik dan ingin melihat langsung keberadaan Watu Krus (Batu Salib), silahkan datang langsung di Pantai Bola tepatnya di Desa Bola, Kecamatan Bola.

Dari Maumere menuju Watu Krus jaraknya sekitar 26 kilometer. Perjalanan ke tempat itu hanya membutuhkan waktu 30 menit.

Karena letaknya di pantai Selatan, berkunjung di tempat itu, tidak hanya menyaksikan Watu Krus, kamu juga akan menikmati keindahan pantai yang sungguh memanjakan mata.

Yuk ke Maumere...

https://travel.kompas.com/read/2019/06/21/090600427/mengenal-watu-krus-jejak-pertama-bangsa-portugis-di-sikka-flores

Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke