Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tradisi Gerep Rugha Manuk, Warisan Leluhur Orang Kolang di Flores

Tradisi Gerep Rugha Manuk merupakan warisan yang terus dilaksanakan oleh keturunan dari Uku (Suku) tersebut hingga di era digital ini. Tradisi ini berkaitan adat istiadat dalam sistem perkawinan patrilineal orang Manggarai Barat khususnya dan Manggarai Raya umumnya.

Apa sesungguhnya arti dari Tradisi Gerep Rugha Manuk? "Gerep" berarti menginjak, "Rugha" berarti telur dan "Manuk" berarti ayam. Gerep Rugha Manuk jika diterjemahkan berarti tradisi menginjak telur ayam kampung yang dilakukan oleh seorang istri saat memasuki rumah adat suaminya.

Ini pertanda bahwa istri sah masuk dalam lingkaran keluarga dari sang suami. Jika istri belum melaksanakan ritual Gerep Rugha Manuk, itu berarti istri belum dinyatakan sah masuk dalam adat istiadat dari suaminya walaupun sudah sah di dalam perkawinan secara agama.

Laksanakan Gerep Rugha Manuk

Kamis pagi (11/7/2019),  saat matahari menyinari alam semesta di wilayah Barat dari Flores Barat, kami sekeluarga bergegas mempersiapkan diri untuk melaksanakan ritual Gerep Rugha Manuk sebagaimana diwariskan leluhur Suku Besi di Beo Wajur, Kolang. Semua keluarga sudah berkumpul dan mempersiapkan diri dengan memakai pakaian adat khas orang Manggarai Barat.

Pihak anakrona (pemberi gadis) sudah menyiapkan berbagai bahan-bahan adat seperti moke, kain lipa songke serta sebuah payung. Sementara itu warga Paang Olo Ngaong Muhi (warga seluruh Kampung Beo Wajur-Hawe-Bealait) sudah memadati perkampungan Beo Wajur untuk sama-sama menyambut sang istri yang melakukan ritual Gerep Rugha Manuk.

Tepat jam 09.00 Wita, istri saya, Maria Daflora Echo diantar oleh tetua adat dari Suku Saghe, Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur bersama dengan saudaranya memakai pakaian adat khas orang Manggarai Timur untuk melaksanakan tradisi Gerep Rugha Manuk di rumah adat Suku Besi Beo Wajur-Kolang.


Uku Saghe adalah nama Uku (suku) dari istri saya sedangkan Uku Besi adalah nama uku (suku) dari suaminya. Saat itu istri saya diantar dengan kendaraan umum, Bemo Cahaya Surya yang dikemudikan oleh Om Nobi dari Beo Hawe menuju ke Paang Beo Wajur (pintu gerbang di perkampungan Wajur).

Kini istri saya sudah sah bergabung dalam keluarga besar Uku (Suku) Besi di Beo Wajur- Kolang. Istri saya menaati berbagai sistem adat istiadat yang di warisakan leluhur Uku Besi bersama dengan segala pantangan yang dilarang makan sesuai dengan kebiasaan keluarga Uku (Suku) Besi.

Tabuh Gong dan Gendang

Kaum perempuan Kampung Wajur yang mahir menabuh gong dan gendang membunyikan gong dan gendang agar suasana Gerep Rugha Manuk memiliki gaungnya di seluruh kampung serta alam.

Tabuhan gong dan gendang menandakan bahwa warga Paang Olo Ngaung Muhi di perkampungan Wajur mengetahui bahwa salah seorang warga dari Uku (Suku) lain bergabung dalam lingkaran keluarga suaminya dalam sistem patrilineal.

Tetua adat Paang Olo Ngaong Muhi (seluruh warga perkampungan Wajur-Hawe dan Bealait) di perkampungan (Beo) Wajur-Hawe dan Bealait sudah menunggu di ujung halaman (natah) Kampung Wajur. Tetua adat itu berjejeran untuk melaksanakan ritual podo istri saya menuju ke rumah adat Uku Besi Wajur-Kolang.


Tetua adat itu memakai kain lipa songke. Mereka memakainya dengan cara tengge (ikat kain songke di pinggang) lipa songke.

Setiba di pintu masuk (pa’ra), sebuah telur ayam kampung dibungkus dengan dedaunan adat diletakkan di tanah.

Tetua adat Uku Besi, Nobertus Manggut meletakkan telur itu untuk diinjak oleh istri saya dengan kaki kirinya. Itu pertanda bahwa istri saya sah masuk dalam lingkaran keluarga Uku Besi dengan berbagai pantangan yang dianut oleh keluarga Uku Besi tersebut.

Selanjutnya, saya juga menginjak telur itu dengan kaki kiri diikuti dua anak kami, Andreas Mariano Makur dan Yohanes Jubilian Dahu Ndolu.

Ritual Tempang Pitak

Setelah masuk di dalam rumah adat Uku Besi, istri dan saya duduk di tange (tempat duduk dari anyaman daun pandan) yang sudah disiapkan oleh keluarga Uku Besi.

Puncak dari ritual Gerep Rugha Manuk adalah ritual tempang pitak. Tempang berarti membersihkan sedangkan pitak berarti kotoran yang melekat dalam sistem adat istiadat.


Jadi ritual tempang pitak adalah ritual membersihkan segala kotoran yang masih melekat dalam diri keluarga baru di dalam sistem adat istiadat Uku (Suku) Besi Wajur-Kolang maupun Uku (Suku) dari pihak sang istri.

Tua adat Kampung Wajur, Desa Wajur, Kecamatan Kuwus Barat, Daniel Juhu meritualkan tempang pitak sambil memegang seekor ayam. Tempang Pitak merupakan puncak dari tradisi Gerep Rugha Manuk di rumah adat Uku Besi dan Uku (suku) lainnya di kawasan hamente Kolang.

Saat ritual dilangsungkan, Juhu memohon kepada leluhur Uku Besi dan Uku Saghe bersatu untuk menjaga keluarga ini dalam kehidupan selanjutnya. Saat itu juga disebutkan pantangan-pantangan yang tak boleh dimakan oleh sang istri sesuai dengan adat istiadat Uku (Suku) Besi Wajur.

Benediktus Nehe dan Nobertus Manggut kepada Kompas.com, Kamis (11/7/2019) menjelaskan, sebelum seorang istri melaksanakan Gerep Rugha Manuk (injak telur), pertama-tama, seorang istri bersama suaminya disambut di Paang, pintu gerbang kampung.

Kedua, tua-tua adat bersama dengan kaum perempuan mengantar pengantin adat memasuki Natah (halaman) kampung. Ketiga, pengantin adat berdiri di depan Pa’ra, pintu rumah adat untuk dilangsungkan Gerep Rugha Manuk, injak telur ayam kampung.


Keempat, pengantin adat itu masuk di dalam lutur, ruang tamu. Tangge, bantal dari anyaman daun pandan sudah disediakan secara khusus. Kelima, ritual kepok bagi anakrona, minta permisi kepada pihak pemberi anak perempuan.

Keenam, ritual tempang pitak, bersihkan secara kotoran yang masih melekat dalam diri pengantin adat.

Ketujuh, Tudak manuk, ritual adat untuk memohon berkat dari Sang Pencipta dan leluhur untuk kelangsungan hidup serta meminta berkat dari seluruh warga kampung untuk kehidupan keluarga itu di masa akan datang.

Ritual Pra Gerep Rugha Manuk

Sebagaimana biasanya dalam sistem adat istiadat perkawinan orang Manggarai Raya di Flores Barat, ada ritual pra gerep rugha manuk yang dilangsungkan di keluarga istri. Warisan leluhur Uku (Suku) Saghe di Desa Ranakolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.

Pihak anakrona menyerahkan kain lipa songke kepada anak perempuan dan suaminya bersama dengan topi songke agar dikenakan saat ritual Gerep Rugha Manuk di kampung suaminya berasal.

https://travel.kompas.com/read/2019/07/20/203000227/tradisi-gerep-rugha-manuk-warisan-leluhur-orang-kolang-di-flores-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke