Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berencana Mendaki Gunung? Ketahui Ini Biar Tak Salah Mengerti tentang Hipotermia

KOMPAS.com – Mendaki gunung adalah salah satu aktivitas berwisata yang digemari banyak orang. Panorama alam yang luar biasa sepanjang perjalanan, pertemuan dengan beragam manusia yang kerap kali memberi cerita baru, serta kepuasan tersendiri ketika berhasil melalui beragam rintangannya, menjadi alasan beberapa orang untuk tak bosan mencicipi asyiknya pendakian.

Namun segala kenikmatan pendakian seyogyanya dibarengi oleh kesadaran setiap pendaki, bahwa gunung adalah alam yang memerlukan kesiapan ekstra untuk menikmatinya. Tak layak disepelekan hanya dengan pandangan, sekedar sebagai lokasi ajang untuk menambah keelokan feed Instagram.

Gunung menyimpan banyak hal tak terduga, beragam risiko, yang bisa saja membuat para pendakinya kembali hanya tinggal nama.

Di antara sekian banyak resiko, salah satu resiko berbahaya yang bisa saja dialami siapapun yang mendaki gunung adalah hipotermia. Sebuah kondisi di mana suhu tubuh seseorang menurun drastis hingga di bawah 35 derajat Celcius.

Guna menghindari resiko ini, sudah selayaknya pendaki membekali diri dengan beragam ilmu, persiapkan fisik, serta peralatan memadai.

Berikit ini beberapa hal yang perlu kamu tahu seputar hipotermia biar Kamu tak salah mengerti tentang hipotermia:

1. Kenali Gejala

Adi Seno selaku senior Mapala Universitas Indonesia saat dihubungi KompasTravel menyebut beberapa gejala hipotermia. Pertama adalah kedinginan yang lama, kemudian menggigil sebagai usaha tubuh menaikan suhu dirinya sendiri yang artinya suhu inti menurun. Mulai mengigau, tidak fokus, hingga pingsan.

Adi menghimbau, jika berada diluar lama dalam suhu rendah/ basah/ angin kencang, sesama pendaki harus saling mengecek kondisi rekannya.

“Sesama pendaki harus mencurigai kondisi hipotermia ke masing-masing rekan dan diri sendiri. Jika ujung ujung tubuh kita (tangan, kaki, telinga, hidung) terasa beku maka bisa jadi awal hipotermia atau dalam lingkungan es salju sengatan beku (frost bite),” ujarnya.

2. Lakukan Pertolongan

Beberapa tahapan pertolongan hipotermia di antaranya adalah dengan membawa korban ke tempat yang lebih hangat dan terhindar dari paparan udara dingin.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh dokter Instalasi Gawat Darurat RSCM dr. Hadiki Habib, SpPD,

“Hipotermia saat pendakian diatasi dengan segera mengevakuasi korban ke lokasi yang lebih hangat (dibawa turun), meletakkan korban di tempat tertutup yang terhindar dari angin dan hujan," tuturnya.

Pertolongan selanjutnya adalah dengan membuat korban tersadar jika pingsan, mengganti pakaiannya dengan pakaian kering, masuk sleeping bag atau selimut thermal, serta diberi asupan makanan minuman hangat saat korban sadar dan kondisi sudah stabil.

4. Lakukan Beberapa Hal Untuk Mencegah

Adi Seno memberikan beberapa saran supaya terhindar dari hipotermia saat mendaki gunung:

  • Menghindari cuaca ekstrim dengan berlindung dalam tenda atau bivak
  • mengenakan pakaian dan perlengkapan yang sesuai
  • meninggalkan catatan rencana perjalanan pada yg bertanggung jawab (jika ada perubahan cuaca pihak luar -misalnya ranger- bisa mengirimkan bantuan);
  • Memperhatikan asupan kalori, kalori yang cukup 2000-4000 kalori.
  • Menghitung kemampuan orientasi dan daya tahan tubuh.
  • Jika badai di ketinggian (lebih dr 5.000m) dimana angin bisa 100km/jam, pilihannya hanya berlindung hingga reda.

5. Berusaha untuk Terus Bergerak

Adi juga menyarankan untuk terus bergerak ketika tahu tujuan dan yakin di tujuan nantinya ada perlindungan.

Bergerak menghasilkan panas. Dan sebaiknya menggunakan pakaian yang memadai karena panas akan tersimpan dalam pakaian pelindung yang memadai seperti jaket sarung tangan dan sebagainya.

Memang saat bergerak cadangan enerji tersalur/depleated tapi bisa ditambah dengan memakan camilan. Bergerak akan mempercepat ke tempat terlindung hingga berkurang waktu terekspos cuaca.

4. Skin to Skin, Bukan Disetubuhi

Yang seharusnya dipahami oleh siapapun yang akan mendaki gunung bahwa skin to skin sebagai upaya pertolongan saat hipotermia berbeda dengan bersetubuh.

Skin to skin juga merupakan cara terakhir yang dipilih jika hipotermia sudah parah. Itupun dilakukan dengan cara masuk ke dalam sleeping bag, dan berpelukan.

“Cukup berpelukan dalam kantung tidur/selimut agar panas tubuh penyelamat berpindah ke penyitas/penderita," tutur Adi.

https://travel.kompas.com/read/2019/07/24/210700727/berencana-mendaki-gunung-ketahui-ini-biar-tak-salah-mengerti-tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke