Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Gunung Panderman dari Kacamata Seorang Pendaki

Kondisi medan menjadi kendala tersendiri bagi tim dalam upaya pemadaman api. Dilaporkan Kompas.com, Rabu (24/7/2019), salah satu titik tersulit adalah di daerah Bon Tutup dimana api menyala pada kemiringan 90 derajat. Di tempat tersebut, semak belukar tumbuh, sehingga memudahkan api semakin menyala dan merembet.

Berdasarkan informasi yang diterima KompasTravel dari Oman Suherman, Kepala Divisi Regional Perum Perhutani Jatim, Rabu (24/7/2019), api sudah berhasil dipadamkan.

Untuk cakupan area kebakaran Hutan Lindung Panderman sendiri disebut Oman meningkat 10 hektare dibanding informasi yang dikeluarkan Senin (23/7/2019) lalu.

“Bertambah 10. Total jadi 70 hektare,” ujarnya.

Gunung Panderman merupakan gunung yang berlokasi di Kota Batu, Jawa Timur. Gunung dengan ketinggian 2.045 meter di atas permukaan laut ini mungkin namanya tidak terlalu bergaung dibanding gunung di wilayah Jawa Timur lain seperti Gunung Arjuno, Gunung Semeru ataupun Gunung Ijen.

Meski begitu, Gunung Panderman juga merupakan tempat yang kerap digunakan oleh para pecinta gunung untuk melakukan hobinya.

Tak heran jika saat kebakaran kemarin beberapa pendaki dikhawatirkan terjebak saat kebakaran. Meskipun pada akhirnya pendaki terakhir dilaporkan berhasil turun dengan selamat.

Mengenal lebih jauh Gunung Panderman, KompasTravel mencoba menanyai Rifqy Faiza Rahman, pendaki sekaligus Travel Blogger asal Jawa Timur, yang pernah mendaki ke Gunung Panderman sekitar tahun 2013 silam.

Meski sudah cukup lama, namun Rifqy masih bisa mengingat tentang pengalamannya ke Gunung Panderman.

“Istimewanya Panderman yang pertama jelas faktor lokasi. Mudah dijangkau dari kota Malang apalagi Batu. Bahkan cocok juga buat one day trip alias tektok pergi-pulang,” ujarnya.

Gunung Panderman juga disebut Rifki sebagai lokasi yang cocok didaki untuk pemanasan atau latihan fisik, sebelum mendaki ke gunung-gunung yang lebih berat atau lebih tinggi serta gunung yang memiliki jalur  lebih ekstrem.

Medan Gunung Panderman disebutnya mirip dengan Gunung Penanggungan, sehingga gunung ini kerap digunakan untuk latihan fisik.

Menurutnya, Gunung Panderman juga merupakan lokasi yang pas untuk bersantai di akhir pekan dengan melakukan kegiatan berkemah lantaran kemari tak perlu terlalu ngoyo.

“Kangen pengin ngalas tapi tak ingin terlalu ngoyo, ya larinya ke Panderman atau Penanggungan,” tuturnya.

Bicara pemandangan, Rifki menyebut, lokasi ideal untuk menikmati pemandangan adalah di puncak dan Camp 1 Latar Ombo.

Pemandangan yang ditawarkan di Gunung Panderman adalah view Gunung Arjuno Welirang yang tampak dari lokasi ini, serta pemandangan Kota Batu dan sekitarnya

“Pemandangan yang cukup leluasa untuk dilihat adalah di camp 1 Latar Ombo dan puncaknya, meskipun memang gak selepas di puncak-puncak gunung yang tinggi karena tanpa vegetasi,” katanya.

Hal lain yang terkenang di benak Rifqy saat mendaki adalah pengalamannya menjadi ‘korban palak’ oleh para monyet di Gunung Panderman.

“Monyetnya kadang-kadang ganas, cukup jeli lihat dan mengambil makanan-minuman milik pendaki yang lengah, karena ditaruh atau dikreseki di luar. Nah karena monyet ini pula sebenarnya jadi alasan juga saya sudah sangat jarang ke Panderman, sering jadi 'korban palak'” kenangnya disertai ekspresi tertawa melalui pesan tertulis yang ia kirim.

Melansir dari Kompas.com, Rabu (24/7/2019) Kepala Adm Perhutani KPH Malang Hengki Herwanto menyebut Hutan Panderman adalah habitat Elang Jawa. Satwa lain yang menghuni kawasan hutan ini adalah monyet, ayam hutan, babi hutan dan ular. Monyet dilaporkan terdengar turun saat pertama kali kebakaran terjadi.

Sepengetahuan Rifqy, Gunung Panderman, serta Gunung Butak dan Gunung Kawi yang  berada satu gugusan memang kadang terbakar jika puncak musim kering.

Saat ditanya pendapatnya tentang berita kebakaran yang menimpa Gunung Panderman, Rifqy mengaku ikut sedih. Ia mendoakan kebakaran yang terjadi bisa segera teratasi. 

Informasi yang diterima KompasTravel dari Oman Suherman pada Senin (22/7/2019), kebakaran yang terjadi di Gunung Panderman diduga karena faktor alam dilihat dari sebaran titik apinya.

https://travel.kompas.com/read/2019/07/25/092600827/mengenal-gunung-panderman-dari-kacamata-seorang-pendaki

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke