BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Saking terkenalnya Bakso Sony, jaringan restoran satu ini punya lebih dari 10 cabang yang tersebar di Kota Bandar Lampung. KompasTravel beserta rombongan Merapah Trans Sumatera 2019 menyambangi salah satu gerainya yang berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi untuk mencicipi semangkuk bakso legendaris ini. Serta mencari jawaban, mengapa semangkuk Bakso Sony bisa sangat digandrungi warga lokal dan wisatawan.
Kami tiba di gerai Bakso Sony sekitar pukul 19.00 WIB, satu jam menuju tutupnya seluruh gerai bakso tersebut. Di cabang Jalan Wolter Mongisidi ini, area restoran cukup luas dengan bangku-bangku panjang berderet rapi. Begitu duduk, salah satu pelayan langsung menghampiri.
"Mau bakso mie, atau mie ayam bakso?" tanyanya.
Kami bingung. Rupanya dari banyak menu yang tertulis di kertas, rupanya hanya dua itu yang bisa dimakan di tempat. Sisanya adalah untuk oleh-oleh. Kami juga sempat bertanya-tanya, apa perbedaan dari keduanya?
"Bakso mie, ya bakso kuah pakai mie. Mie ayam (disajikan) kering, pakai bakso dipisah (mangkuknya)," jawab pelayan tersebut.
Sesuai rekomendasi para warganet, saya memilih bakso mie. Beberapa anggota tim Merapah Trans Sumatera 2019 memilih mie ayam bakso. Sekitar 10 menit menunggu, pesanan pun datang.
Bakso mie datang dalam porsi yang tidak terlalu royal: tujuh buah bakso ukuran sedang ditemani mie bihun. Sementara itu, mie ayam bakso hadir dengan potongan olahan ayam berbumbu kari dan acar. Sungguh topping yang tidak biasa didapati pada mie ayam di kota-kota lainnya.
Kuah bakso mie bening dan sedikit berlemak. Rasanya gurih dengan aroma kaldu yang kental. Begitu ingin mencicipi baksonya, saya sedikit kaget karena bakso ini sangat padat. Jelas terlihat bahwa daging yang digunakan pada Bakso Sony lebih banyak dari tepungnya.
Benar saja, begitu digigit, saya jatuh cinta pada rasa bakso ini. Tanpa kuah pun, bakso memiliki rasa gurih dan kenyal daging yang pas di lidah. Tidak ada aftertaste lengket di langit-langit layaknya bakso dengan banyak lemak. Sekarang saya paham, mengapa Bakso Sony sangat digandrungi warga lokal dan wisatawan.
Sementara itu, menurut saya, mie ayam bakso yang disajikan di tempat ini ditujukan untuk orang berlidah selektif. Mienya hadir tanpa bumbu, sehingga bercita rasa hambar. Potongan ayam yang biasanya dibumbui kecap, kali ini dibumbu kari meski tidak terlalu mendhok. Acar yang ditabur langsung di atas mie memberikan warna dan rasa tersendiri untuk seluruh komponen menu ini.
Ada anggota tim yang suka, ada juga yang tidak suka. Luthfi Kurniawan selaku tim Social Media tidak merasa cocok dengan cita rasa mie yang anti-mainstream itu. Sebaliknya, Roderick Adrian selaku tim multimedia mengatakan mie ayam bakso di tempat ini cocok dengan lidahnya.
"Harus ditambah kecap sedikit saja, baru keluar rasanya," tutur Roderick.
Namun kami semua sepakat, bakso di tempat ini memang juaranya. Hal ini semakin meyakinkan kami untuk kembali lagi ke gerai Bakso Sony ketika mengunjungi Bandar Lampung. Lagipula harganya cukup bersahabat, bakso mie Rp 17.000 dan mie ayam bakso Rp 12.000 per porsi.
https://travel.kompas.com/read/2019/08/28/102936427/bakso-sony-satu-lagi-kuliner-legendaris-di-bandar-lampung