Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bikin Kapok, Tertipu Ulasan Bodong Waktu Memesan Hotel

JAKARTA, KOMPAS.com - Memilih hotel di zaman digital terbilang lebih mudah. Dahulu, tamu hotel harus memesan via telepon atau datang langsung ke hotel tanpa tahu kondisi hotel.

Kini dengan bantuan internet, semakin mudah memesan kamar hotel. Ada banyak agen perjalanan online dan situs penyedia akomodasi yang menjual kamar hotel, sudah lengkap dengan keterangan foto dan ulasan tamu lain.

Namun ada baiknya teliti sebelum memesan kamar hotel. Beberapa kasus tamu hotel tertipu ulasan bodong di agen perjalanan online bisa terjadi.

Seorang tamu hotel, Tri Wahyuni (27) asal Jakarta mengalami pengalaman kurang menyenangkan saat memesan hotel di Bandung lewat agen perjalanan online.

"Waktu itu ke Bandung, keretanya sampai tengah malam. Niatnya cari hotel murah lewat agen perjalanan online. Terus ketemu yang murah, foto hotelnya bagus. Eh waktu sampai sana, buset serem banget. Kirain luarnya saja yang seram," kata Tri dihubungi Kompas.com, Rabu (18/9/2019).

Ternyata bukan cuma bangunan luar hotel yang menyeramkan, Tri bercerita kamar yang dipesannya tak kalah seram. Kamarnya usang, penuh dengan debu sampai ke karpet. Di bagian seprai terdapat noda kekuningan, kamar mandinya juga berdebu.

"Kayak tidak terurus, bau juga semuanya. Pokonya ogah deh nginap di situ lagi. Tidur juga tidak nyaman, terbangun terus. Takut ada setan saking seramnya. Kasurnya juga jorok, jadi tidak berani pakai bantal, selimut juga tidak berani buka," cerita Tri.

Pengalaman hampir serupa dirasakan oleh Jey Nelson asal Jakarta saat berkunjung ke Bangkok, Thailand pada 2017. Ia memesan kamar hotel lewat situs pemesanan akomodasi terkenal.

"Foto kamarnya kelihatan luas dan oke, nilai reviewnya juga bagus. Harga semalam Rp 300.000an, lokasinya cukup strategis di Sukhumvit (pusat kota), ada rooftop bar segala," kata Jey.

Sampai di area dekat hotel, ia mulai ragu lantaran tidak ada papan nama hotel. Jey bertanya pada orang yang sedang menyapu di kawasan hotel dan dibenarkan itu hotel yang ia pesan.

"Plang (papan nama) tulisannya tour and travel. Waktu sampai ternyata ruko, sampai dalam semakin bingung. Tidak ada lobi seperti hotel," jelas Jey.

Justru yang ia lihat adalah kantor agen perjalanan, kafe remang-remang, dan meja resepsionis yang mirip warung rokok. Perasaanya tambah tidak nyaman ketika melihat semua pemandangan itu.

Ketika diantar ke kamar, benar saja yang ia lihat adalah hotel gelap, bau apek dan rokok, serta pintu kayu khas tahun '70an.

"Kamarnya luas sih, tapi lampunya cuma satu. Ada meja kecil, toiletnya airnya super irit. Rooftop barnya waktu dicek seperti warung kopi yang ada di atap gedung," jelas Jey.

Waktu ia keluar dari hotel, ia baru sadar hotelnya berlokasi cukup jauh dari jalan utama dan harus blusukan. Pengalaman itu membuatnya kapok dan ia mengulas hotel tersebut dengan bintang satu di situs pemesanan akomodasi.

Ulasan Bodong Lazim di Dunia Pariwisata

Di dunia pariwisata, ulasan baik di situs pemesanan akomodasi maupun agen perjalanan online memengaruhi kelancaran bisnis. Mayoritas pejalan melihat ulasan dan foto yang tersedia sebelum memutuskan utuk memesan sebuah akomodasi atau berkunjung ke restoran.

Sayanganya foto terbilang mudah dipoles digital sehingga membuat obyek foto jauh lebih baik dari yang asli. Sedangkan ulasan pejalan lain tidak dapat dijamin kebenarannya.

Baru-baru ini situs pengulas perjalanan TripAdvisor merilis '2019 Review Transparency Report'. Temuan TripAdvisor yang dirilis dalam laporan, menyebut ada 1,4 juta ulasan palsu di situsnya, atau 2,1 persen dari 66 juta ulasan yang diajukan pada 2018.

Tercatat satu dari 50 ulasan yang dikirim ke TripAdvisor adalah fiktif alias palsu.

Ulasan palsu ini terdeteksi melalui teknologi analisis otomatis dan penelusuran manual (manusia) yang dilakukan oleh pihak TripAdvisor.

Alhasil ada 34.643 bisnis pariwisata yang diberi sanksi oleh TripAdvisor, dengan mengurangi peringkat bisnis tersebut.

Seorang pegawai hotel di Jakarta yang tak ingin disebut namanya juga berkata, ulasan palsu sering datang dari pegawai hotel sendiri.

Lantaran salah satu target KPI (Key Performance Indicator atau ukuran keberhasilan kinerja) di hotel tempatnya bekerja, divisi front desk harus mendapat ulasan bagus dari tamu.

"Pernah ada karyawan yang ketahuan membuat ulasan palsu, akhirnya bukan lagi diberi surat peringatan tetapi dipecat oleh hotel. Ya, tapi memang bingung, kalau KPInya seperti itu bisa buat orang melakukan segala cara agar nilainya bagus," jelas sumber tersebut.

https://travel.kompas.com/read/2019/09/23/080000127/bikin-kapok-tertipu-ulasan-bodong-waktu-memesan-hotel

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke