Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tarian Kolosal Sedamane Meriahkan Festival Literasi Nagekeo

Tarian Sedamane merupakan tarian yang memperagakanan cara menenun oleh kaum perempuan Nagekeo. Panitia Pelaksanaan Festival Literasi mengangkatnya dalam bentuk tarian demi merawat dan menjaga kelangsungan budaya menenun kain tenun Nagekeo.

Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do saat membuka secara resmi Festival Literasi itu menjelaskan produk warisan leluhur orang Nagekeo harus dibangkitkan dan dikembalikan dalam kehidupan sehari-hari yang ramah lingkungan dan sesuai dengan budaua orang Nagekeo.

"Banyak produk plastik digunakan oleh masyarakat seperti tikar plastik yang dipakai masyarakat didalam rumah. Semua itu adalah Produk kapitalis yang sudah merasuk sampai di dalam rumah kita. Produk-produk Kapitalis itu tidak ramah lingkungan. Untuk saya bertekad bersama masyarakat untuk menggiatkan kembali anyaman-anyaman khas Nagekeo yang terbuat dari daun pandan untuk tikar dan kebutuhan lainnya di dalam rumah tangga kita masing-masing," ajaknya.

Don menjelaskan sektor pariwisata sebagai penggerak utama d Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nagekeo khususnya. Banyak potensi kearifan lokal dan budaya orang Nagekeo yang menggaet wisatawan mancanegara dan Nusantara untuk belajar budaya orang Nagekeo serta berwisata di sejumlah obyek wisata.

"Saatnya kita kembali ke anyamanan leluhur orang asli NTT umumnya dan Nagekeo khususnya. Kita mengembalikan produksi itu dalam kehidupan sehari-hari. Budaya menganyam produk asli Nagekeo yang tersebar di pedalaman Nagekeo sudah mulai hilang seperti produksi tenun dan anyaman lokal untuk kebutuhan dalam hidup berumah tangga," tuturnya.

Menurutnya, industri pariwisata memberikan peluang untuk membangkitkan kuliner lokal.

"Hotel dan restaurant harus memakai produk NTT umumnya dan Nagekeo khususnya," tambahnya.



Don menjelaskan, Perpustakaan Nasional memberikan kepercayaan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo menggelar festival literasi pertama tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk membangkitkan kembali budaya literasi serta berbagai budaya seni tari dan musik khas orang Nagekeo.

"Saya berharap Nagekeo akan dikenal luas oleh masyarakat dunia karena budaya dan produk asli yang sangat ramah lingkungan," harapnya.

Musik Ndoto dari Kampung Wajo

Selain tarian kolosal Sedu, pemain musik dari Kampung Wajo juga menampilkan musik Ndoto yang berbahan bambu. Ndoto adalah musik bambu khas orang Nagekeo. Musik Ndoto sudah tampil di kancah musik Nasional yang dilaksanakan di Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah beberapa tahun lalu dalam atraksi musik khas Nusantara.

"Nagekeo sudah terkenal di tingkat Nasional dengan musik bambunya. Musik ini harus dikembangkan dan ditampilkan dalam berbagai festival di Nusa Tenggara Timur," jelasnya.

Selain itu, Don menjelaskan Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo memberikan peluang dan kepercayaan kepada pemuda Nagekeo menjadi penggerak pembangunan dalam berbagai sektor. Setelah diberikan kepercayaan kepada pemuda Nagekeo, berbagai festival budaya dan festival pariwisata dilaksanakan oleh pemuda itu sendiri di tujuh kecamatan.

"Saya lihat sendiri pemuda Nagekeo bangkit dengan menggelar berbagai festival khas budaya dan Pariwisata Nagekeo dalam berbagai berbagai event. Pemerintah terus memberikan dukungan penuh atas kreatif dan inisiatif dari pemuda tersebut," jelasnya.

https://travel.kompas.com/read/2019/09/29/204448927/tarian-kolosal-sedamane-meriahkan-festival-literasi-nagekeo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke