Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkat Batik, Desa Giriloyo Yogya Bangkit Pasca-gempa

JAKARTA, KOMPAS.com - Gempa bumi di Yogykarta pada 2006 sempat membuat hidup banyak orang terpuruk. Tak terkecuali di Desa Giriloyo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Namun tak perlu waktu lama, hanya satu tahun berbenah pasca gempa penduduk Desa Giriloyo gotong royong bangkit dari keterpurukan. Motor penggerak masyarakat tak lain adalah batik, warisan nenek moyang Desa Giriloyo.

"Batik ini mulai dikenalkan oleh kerajaan Mataram lebih dari 300 tahun lalu, jadi pada abad 17 kerajaan Mataram memperkenalkan batik pada warga kami," kata Ketua Harian Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, Nur Ahmadi ditemui Kompas.com dalam perjalanan Merapah Lima Warisan Budaya Batik, Minggu (13/10/2019).

Nur bercerita bahwa orang keraton dahulu selalu mengenakan kain batik baik untuk aktivitas sehari-hari atau dalam acara tertentu. Ketika Kerajaan Mataram membangun makam raja-raja di Imogiri, Desa Giriloyo adalah desa yang terdekat dengan makam raja-raja.

Maka terjadilah interaksi antara orang Keraton dan penduduk Desa Giriloyo. Salah satunya lewat batik, para penduduk Desa Giriloyo dipercaya untuk membuatkan batik bagi orang keraton. Pasalnya batik butuh pengerjaan yang lama dalam hitungan minggu sampai bulan. 

Dari abad ke 17 tersebut, penduduk Desa Giriloyo turun temurun mengerjakan batik. Bahkan sampai saat ini jika berkunjung ke Desa Giriloyo, mudah sekali menemukan aktivitas batik yang dilakukan warga di teras rumah.

Hal yang berbeda menurut Nur dari abad 17 dengan sekarang adalah, penduduk Desa Giriloyo sudah mandiri dalam mengerjakan batik.

"Puluhan tahun penduduk kami jadi buruh batik, mengerjakan batik di kain putihan kemudian langsung dikirimkan ke juragan-juragan yang dahulu adalah keluarga keraton,"

Pada 1980an, penduduk Desa Giriloyo mulai bisa melakukan proses mewarnai kain. Inilah yang membuat mereka bisa menjual kain batik jadi.

Pada 1997 ketika krisis monter terjadi, pembatik Giriloyo juga terkena imbas.

"Namun kami tetap bertahan sampai 2006 terkena gempa. Setengah tahun kami tak ada kegiatan membatik. Kami berusaha memperbaiki rumah tinggal dan fokus dalam penyembuhan trauma pasca gempa," cerita Nur.

Satu tahun pasca gempa, penduduk Desa Giriloyo dibantu Lembaga Sosial Masyarakat yang membantu penyembuhan trauma bangkit dari keterpurukan. Hal ini ditandai dengan pemecahan rekor MURI menggelar selendang batik terpanjang 1.200 meter di jalanan desa.

"Kami memecahkan rekor MURI pada 27 Mei 2007, dan kami bisa dikenal karena itu,"

Desa mandiri karena batik

Jarak Desa Giriloyo dari Tugu Yogyakarta sekitar 18 kilometer butuh waktu berkendara satu jam. Lokasinya terbilang jauh dari pusat kota Yogyakarta, tetapi penduduk desa ini terbilang mandiri dalam perekonomian, tak lain karena batik.

Desa Giriloyo bukan cuma menjual batik, tetapi mengemas batik menjadi program wisata yang edukatif. Pengunjung dapat mengikuti workshop batik dengan paket harga yang bervariasi.

Dalam payung besar Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, ada 600 kepala keluarga yang berasal dari tiga dusun bekerja sama untuk mengelola Desa Wisata Giriloyo.

Peran para pembatik bukan lagi cuma menorehkan malam atau mewarnai kain, mereka diajak untuk memandu wisatawan, memasak konsumsi bagi wisatawan, dan menyewakan kamar di rumah untuk homestay.

Kini Desa Wisata Giriloyo, menerima tamu sekitar 25.000 orang pertahun. Orang-orang ini yang tertarik untuk belajar membatik. 

Jika dikalikan dengan harga paket belajar batik dan makan siang yang dihargai Rp 50.000an, maka dalam setahun Desa Wisata Giriloyo mampu mendatangkan Rp 1,25 miliyar.

Uang tersebut masuk ke khas Paguyuban Batik Tulis Giriloyo kemudian didistribusikan langsung kepada anggota yang terlibat dan bekerja.

Bagi Nur, batik bukan cuma selembar kain. Batik adalah suatu warisan budaya yang hidup dan menghidupi Desa Giriloyo.

"Bukti batik itu hidup dari ratusan tahun lalu, Alhamdullilah masih dapat terus dilestarikan. Bukti batik menghidupi dengan adanya batik, kehidupan warga kami terangkat. Semua sinergi dengan pariwisata dan kerajinan batik tulis di sini," pungkas Nur Ahmadi.

https://travel.kompas.com/read/2019/10/19/140000427/berkat-batik-desa-giriloyo-yogya-bangkit-pasca-gempa

Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke