Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Petuah Bugis di Pidato Jokowi, Ini Tempat Wisata Sejarah Bugis di Makassar

Pappaseng tersebut berbunyi: "Pura babbara sompekku, Pura tangkisi’ golikku" yang berarti "Layarku sudah terkembang, kemudiku sudah terpasang".

Bunyi Pappaseng yang utuh adalah, 'Pura babbara sompekku, Pura tangkisi’ golikku, Ulebbirenngi tellenngé natowalié', yang artinya "layarku sudah terkembang, kemudiku sudah terpasang, kupilih tenggelam daripada kembali".

Peribahasa tersebut memiliki pesan yang membakar semangat kebaharian. Nenek moyang Suku Bugis dikenal sebagai pelaut yang ulung.

Tercatat dalam sejarah bahwa Suku Bugis sering kali melakukan hubungan dagang dengan banyak bangsa di seluruh dunia melalui pelayaran.

Jika kamu berkunjung ke Makassar, Sulawesi Selatan, ada baiknya mampir ke beberapa museum untuk mengenal lebih lanjut sejarah Suku Bugis.

Berikut museum di Makassar dan sekitarnya yang menampilkan kisah pelayaran Suku Bugis:

Terdapat miniatur kapal pinisi yang menjadi saksi bagaimana pelaut-pelaut ulung suku Bugis-Makassar pada masa lampau, mengarungi samudera.

Bersandar di atas meja pameran di sudut lantai dua Museum ini. Perahu berwarna putih lengkap dengan dua tiang layar. Warna latar belakang biru langit dan laut mendominasi.

Museum yang berada di Jalan Ujung Pandang No.2, Bulo Gading kota Makassar buka pada hari Selasa hingga Minggu dan tutup pada hari senin. Melayani pengunjung dari jam 8 pagi dan setengah 4 sore waktu setempat.

Setelah berkeliling Museum La Galigo pengunjung juga bisa melanjutkan perjalan ke Benteng Fort Rotterdam. Benteng yang merupakakn peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.



2. Museum Kota Makassar

Museum yang terletak di jantung kota Makassar yang dulunya adalah gedung balaikota, didirikan oleh Drs. HB. Amiruddin Maula, S.H., Msi saat mengawali masa jabatannya sebagai walikota Makassar.

Museum ini melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai identitas dan sejarah. Ada pula kisah Suku Bugis di museum ini.

Koleksi museum ini diantaranya adalah peta bumi yang dibuat untuk kelancaran misi perdagangan dan politik di Indonesia pada masa silam dengan berlaut.

Museum ini berada di Jalan Balaikota No.11, Kota Makassar. Di buka pada jam 08.00 hingga 19.00 di hari Selasa dan Minggu.



3. Museum Balla Lampoa

Museum ini lebih banyak menyimpan sejarah dari Kerajaan Gowa. Namun, museum ini juga tidak kalah dan patut dikunjungi.

Museum Balla Lompoa yang berada di Jalan Sultan Hasanuddin No. 48 Sungguminasa, Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Buka setiap hari dan jam 8 pagi hingga 4 sore.


Pada awalnya museum ini bekas istana raja-raja Gowa yang dibangun pada tahun 1936 telah diubah menjadi bernama Museum Balla Lompoa. Balla Lompoa berarti rumah besar atau rumah kebesaran.

Benda-benda bersejarah lainnya adalah parang besi tua, keris emas yang memakai permata, senjata sakti sebagai atribut raja yang berkuasa, tombak, meriam kuno, pakaian, bendera kebesaran, termasuk sejumlah naskah lontar.

Sementara di tengah-tengah ruangan, ditempatkan singgasana raja.



4. Museum Karaeng Pattingalloang

Museum ini berada di perbatasan Gowa dan kota Makassar. Koleksi-koleksi benda bersejarah bisa dilihat di lantai dua.

Museum yang berada di Abdul Kadir, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan buka pukul 07.00 hingga 17.00 Wita.

https://travel.kompas.com/read/2019/10/21/170244927/petuah-bugis-di-pidato-jokowi-ini-tempat-wisata-sejarah-bugis-di-makassar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke