Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sering Dibilang Angker, Ini Sejarah Gedung Kuno di Kawasan Glodok

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah rumah kuno disebut Candra Naya, sering dikaitkan dengan hal mistis. Alasannya sederhana, di tengah apartmen dan hotel mewah rumah kuno ini masih tegak berdiri. 

Gosip simpang siur mengenai Candra Naya santer terdengar sejak pembangunan hotel di komplek tersebut. Gosip paling terdengar adalah rumah ini tidak bisa dirobohkan, sampai 'penunggunya' yang kerap menggangu pembangunan.

Padahal gedung ini masih berdiri tegak lantaran menjadi saksi bisu sejarah Tionghoa Indonesia, khususnya di Jakarta. 

Candra Naya berlokasi di Jalan Gajah Mada Nomor 188, Jakarta Barat. Bangunannya tampak kontras dengan kondisi disekelilingnya yang mengikuti arus modernisasi dan pembangunan.

Bangunan bernuansa oriental ini merupakan peninggalan mayor Khouw Kim An, petinggi di zaman Hindia Belanda dulu saat Jakarta masih disebut Batavia.

Pada zaman tersebut, setiap etnis memiliki perwakilan yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda. Mayor Khow memilki karir cemerlang.

Ia diangkat sebagai lieutenant di tahun 1905, dan setelah tiga tahun dipromosikan menjadi kapitan, akhirnya pada tahun 1910 beliau dapat menduduki pangkat mayor.

Mayor Khow dikenal sebagai sosok yang kaya raya, pemilik bank dan sebuah toko beras. Tidak hanya materil, ia juga diketahui memiliki 14 istri dan 24 orang anak.

Walaupun terlihat luas, bangunan Candra Naya yang berdiri sekarang hanyalah satu per tiga luas asli rumah terdahulu.

 

Bukan sekadar rumah tinggal

Candra Naya bukan sekadar bekas kediaman Mayor Khow. Seiring zaman, rumah ini difungsikan menjadi pusat kegiatan Tionghoa Jakarta atau saat itu Batavia. 

Mertua Mayor Khow adalah Poa Keng Hek, pelopor Tiong Hwa Hwe Kan, organisasi Tionghoa modern pertama di Hindia Belanda.


Ketika Indonesia dijajah Jepang, kawasan ini pernah dijadikan kantor Sing Ming Hui atau yang dikenal dengan nama Candra Naya kini, sebuah wadah untuk orang Tionghoa yang memiliki tujuan sosial.

Perkumpulan Candra Naya mencetak banyak sejarah untuk kaum Tionghoa di Indonesia.

Menjadi pencetus Univesitas Tarumanegara dan pernah dijadikan lokasi perkuliahan, cagar budaya ini juga pernah menjadi tuan rumah perhelatan olahraga Indonesia Open, pertandingan bulu tangkis tingkat internasional yang pertama kali diadakan di Indonesia.

Saat ini Candra Naya termasuk dalam komplek hunian superblok PT Modernland Realty Tbk. Namun Candra Naya berada di bawah pengawasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

Bila kamu tertarik untuk mengunjungi tempat ini tidak berbayar, tetapi tidak diperkenankan memotret dengan kamera beresolusi tinggi.

Tetapi bila tetap ingin mengabadikan momen dan keindahan arsitektur khas Tionghoa, kamu dapat menggunakan kamera handphone.

https://travel.kompas.com/read/2019/10/30/190000427/sering-dibilang-angker-ini-sejarah-gedung-kuno-di-kawasan-glodok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke