Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Manusia Patung di Kota Tua Jakarta, Penuh Suka dan Duka

Terkadang mereka juga mengunakan kostum unik atau berdandan seperti karakter pahlawan. Tujuannya berdandan seperti itu agar wisatawan mau berfoto dengan mereka dan membayar setelah berfoto bersama.

Layaknya patung, manusia patung tidak akan berbicara atau bergerak saat wisatawan berfoto bersama mereka. Namun menjadi seorang patung hidup memiliki cerita tersendiri dalam menghibur pengunjung.

“Suka dikelitikin kenapa kok tidak gerak-gerak, atau dicubit-cubit biar bergerak , ada yang sampai histeris ketakutan biasanya cewek-cewek itu. Apa lagi pas kita baru dandan, lalu jalan dari rumah ke Kota Tua. Itukan jalan nih lalu ada ewek di depan, kita lewat dari belakangnya itu pasti teriak,” jelas salah satu manusia patung Richak di Kota Tua, Jakarta Rabu (27/11/2019).

Hari itu Richak memeragakan karakter monumen batu penjual buah. Ia harus mengecat sekujur tubuhnya dengan warna silver. 

“Suka dukanya ya pasti merasa capek, pegel gitu berdiri tiap hari panas-panasan, kalau hujan kehujanan. Tapi ya harus bertahan terus diposisi yang sama,” jelas Richak yang telah menekuni bidang tersebut selama empat tahun.

Lalu juga ada cerita dari Yusuf yang saat ditemui ia menjelma menjadi patung tentara Belanda. Dengan kostum dan wajah diberi warna emas ia menceritakan ketika seorang anak menangis memintanya dibawa pulang ke rumah sebagai buah tangan.

“Ada anak kecil yang nangis minta saya buat dibawa pulang ke Medan, katanya saya lucu ‘mami mami ini omnya dibawa pulang’ gitu,”jelas Yusuf.

Yusuf juga piawai dalam menirukan suara layaknya bunyi tembakan yang unik dan melakukan aksi pantomim jika ada orang yang ingin berfoto dengannya.

Ia juga terkadang tergerak hatinya jika melihat pengunjung yang ingin berfoto tetapi tidak bisa memberikan upah kepadanya.

“Ada kadang anaknya kepengen foto tapi tidak punya uang jadi orang tuanya tidak biarin foto. Tapi akhirnya saya bilang ‘sudah tidak apa-apa bu, saya juga tidak harus dibayar’ lalu anaknya bisa foto,” paparnya.

“Dukanya kalau sudah makeup lalu hujan dan pengunjung banyak yang pulang, ya saya nikmati saja kan memang ini pekerjaan seni juga. Kita harus bisa belajar menikmati,” jelasnya.

Cerita lain juga datang dari Haryat, pemeran tentara bambu runcing ini pernah diledek oleh anak-anak yang berkunjung. Ia menerapkan prinsip ketika berperilaku ramah dengan pengunjung, pengunjung akan sering berkunjung lagi ke Kota Tua.

"Kita memperlakukan tamu dengan sopan santun, kita juga berharap dengan perlakuan baik mereka bisa ke Kota Tua lagi dan berkunjung ke sini lagi. Jadi mereka akan senang, jelasnya.

Di balik pekerjaan sebagai manusia patung atau patung hidup terdapat harapan mulia dari para pekerja seni ini. Salah satunya agar pengunjung dapat terhibur dan bisa berkunjung ke Kota Tua untuk mempelajari sejarah Tanah Air.

Richak dan kawan-kawan berharap Kota Tua Jakarta semakin banyak dikunjungi wisatawan. Tak cuma datang untuk berwisata tetapi juga mau belajar sejarah Indonesia. Di saat itu juga, mereka bisa menghibur wisatawan. 

“Harapannya kota tua ini bisa dikunjungi lebih banyak orang, lebih banyak pengunjung yang datang dan bermain sekaligus belajar Indonesia,” jelas Richak si manusia silver.

“Saya kalau lihat pengunjung terhibur iya juga ikut senang,” pungkas Yusuf. 

https://travel.kompas.com/read/2019/11/28/064626227/kisah-manusia-patung-di-kota-tua-jakarta-penuh-suka-dan-duka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke