Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bisnis Live on board Dikuasai Asing Jadi Tantangan Pebisnis Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Wisata live on board disebut pula liveaboard  beberapa tahun terakhir semakin populer di Indonesia. Dengan wisata live on board wisatawan dapat berkeliling dari satu titik ke titik lain menggunakan kapal, sekaligus menginap di kapal. 

Kapal live on board banyak menawarkan jasa di daerah timur Indonesia seperti Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Lantaran keindahan laut dan kepulauan di sana yang luar biasa cantik. 

Biasanya wisatawan akan tinggal di atas kapal dan berwisata seperti island hopping, snorkeling, dan diving dalam jangka waktu tertentu saat live on board. Kapal yang digunakan untuk live on board umumnya adalah kapal kayu dalam berbagai ukuran.

Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak pelaku usaha live on board. Salah satunya adalah Kurabesi Explorer yang menyediakan paket wisata live on board di area sekitar Pulau Papua.

Di Indonesia sendiri, sudah ada sekitar 400 kapal live on board yang sebagiannya dinaungi oleh Jaringan Kapal Rekreasi (Jangkar).

“Pelaku usaha live on board yang bergabung di Jangkar ada sekitar 80 member. Sayangnya dari 400 itu sekitar 90 persen kapal-kapal tersebut masih kepemilikan asing,” ujar Rani Bustar, Co-Founder dan Owner dari Kurabesi Explorer.

Menurut Rani, kurangnya pelaku usaha yang berasal dari Indonesia bisa dikarenakan pemikiran bahwa bisnis kapal adalah bisnis yang berat dan padat modal.

Selain itu, kurangnya informasi soal bisnis ini juga jadi kendala bagi orang Indonesia yang baru ingin memulai.

Banyaknya pelaku usaha asing yang punya wawasan lebih luas dibandingkan orang Indonesia disebutkan Rani jadi tantangan yang cukup besar.

Pasalnya, orang Indonesia yang masih awam soal bisnis kapal wisata ini masih perlu banyak belajar sehingga agak sulit bersaing dengan pemilik kapal yang memang sudah bertahun-tahun menjalani bisnis ini.

“Ya wawasan orang asing itu pasti lebih advance. Selain itu memang operasinya lebih complicated  (rumit) daripada hotel yang memang land based (berada di darat).”

Kurangnya informasi dan wawasan pihak Indonesia soal bisnis live on board juga disebutkan berdampak pada regulasi yang terkesan rumit.

Menurut Rani, untuk mengurus berbagai perizinan menjalankan usaha live on board ini dirinya perlu mengurus ke beberapa pihak sekaligus.

“Kita kapal izinnya ke perhubungan laut. Izin badan usahanya ke pariwisata. Terus nanti harus izin safety keselamatan maritim di syahbandar. Masih banyak yang belum tersentral,” ujarnya.

Kini melalui asosiasi Jangkar, para pelaku usaha live on board tengah berdiskusi secara intens dengan pemerintah mengenai pengaturan khusus soal usaha live on board.

Ia mengaku, izinnya memang agak sulit lantaran kapal live on board tak bisa dikategorikan secara spesifik jadi kategori kapal yang biasanya.

“Kapal penumpang, bukan. Kapal barang, bukan. Tapi bentuk kapal ini seperti kapal barang. Kalau kapal penumpang, tapi penumpangnya enggak turun dalam waktu yang lama, seminggu misalnya. Untungnya pemerintah support kita untuk bisa merapikan perizinan supaya lebih memudahkan kita dalam melakukan bisnis.”

Awal mula Rani terjun ke bisnis live on board berawal dari kegelisahannya dalam melihat pariwisata Indonesia yang banyak dikelola oleh pihak asing.

Sebelum terjun di bisnis ini, Rani adalah seorang jurnalis yang sempat bepergian ke beberapa tempat di Indonesia.

“Aku pernah ke Bunaken dulu harus bayar pakai euro. Aku harus bayar per dive (selam) 35 Euro. Pengelolanya orang asing, sedih banget. Orang Indonesia di sana kerjanya hanya jadi supir kapal, angkut tabung," cerita Rani.

Akhirnya ia dan suami menabung agar bisa membeli kapal dan berbisnis wisata live on board. Rani dan suami mempekerjakan orang Indonesia sebagai kru kapal, berkomitmen tidak  mempekerjakan orang asing.

https://travel.kompas.com/read/2019/12/14/220200327/bisnis-live-on-board-dikuasai-asing-jadi-tantangan-pebisnis-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke