Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Liburan Natal, Wisata Religi 6 Gereja Kuno di Jakarta

Salah satu yang bisa dilakukan untuk menghabiskan liburan Natal adalah wisata religi di gereja-gereja kuno di Jakarta. Kamu akan menemukan semangat Natal yang kental dan khas.

Kamu bisa menghabiskan waktumu dalam suasana Natal yang erat dari ornamen-ornamen Natal dalam gereja. Ada pula sejarah gereja tua yang unik dan menarik.

Pengunjung juga dapat menikmati kemegahan gedung gereja tua yang masih berdiri tegak di Jakarta.

Berikut daftar enam gereja yang bisa menjadi wisata religi saat liburan Natal:

Gereja ini memiliki nama resmi yaitu Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga, De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming.

Eksterior gereja memiliki gaya arsitektur Neo Gotik. Gereja Katedral diresmikan pada tanggal 1901. Di dalam gereja terdapat monumen granit hitam buatan Belgia.

Monumen itu untuk mengenang Komisaris Jenderal Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Gisignies. Ia dianggap berjasa dalam memperoleh tanah dan bangunan Gereja.

Di sisi kanan gereja terdapt mimbar gotik. Mimbar tersebut merupakan buatan Firma Te Poel & Stoltefusz, Den Haag, dipasang pada tahun 1905 sebagai peringatan pesta perak Imamat Mgr.Luypen SJ.

Lalu ada 14 lukisan Jalan Salib yang mengelilingi dinding gereja lantai bawah. Lukisan tersebut dilukis di atas ubin oleh seniman grafis Theo Molkenboer.

Lukisan dipasang di dinding Gereja Katedral pada tahun 1912 sebagai peringatan pesta emas Imamat Pastor Carolus Wenneker SJ.

Gereja ini juga memiliki museum yang berada di samping kiri gereja dan dekat dengan Gua Maria. Dalam Museum Katedral menyimpan benda bersejarah yang menceritakan perjalanan gereja.

Museum tersebut terbuka oleh masyarakat umum. Gereja Katedral berada di Jalan Katedral No.7B, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Gereja ini dibangun atas dasar inisiatif mencari tempat baru, pengganti Kota Tua yang dulu sudah sesa. Para elit Hindia Belanda memutuskan kawasan Gambir karena suasana tenang.

Gereja GPIB Immanuel dibangun untuk memenuhi kebutuhan rohani umat protestan dari Hindia Belanda yang pindah dari Kota Tua.

Saat masuk ke gereja ini, pengunjung seakan dibawa kembali ke zaman kolonial. Tempat ibadah umat protestan itu memiliki atap berbentuk kubah.

Di puncak kubah ada menara bundar yang pendek berbentuk kubus, dihiasi plesteran bunga teratai dengan enam helai daun.

Bangunan ini dilengkapi dengan jendela yang besar-besar khas bangunan Belanda. Di bagian lantai dua juga terapat kursi kayu yang melingkar.

Di lantai dua juga terdapat sebuah organ pipa tua buatan Jonathan Batz pada tahun 1843. Hingga kini masih digunakan untuk mengiringi lagu pujian saat kebaktian.

Organ menghasilkan suara yang yang berasal dari alat pompa dan tanpa listrik. Gereja GPIB Immanuel berada di Jalan Medan Merdeka Tim., Gambir, Jakarta Pusat.

Pada tahun 1930 kota Batavia diperluas dengan mengembangkan kawasan Menteng dan Gondangdia. Umat Katolik yang tinggal di dua kawasan itu harus berjalan kaki cukup jauh bila akan mengikuti misa di Gereja Katedral.

Pengurus Gereja Katedral lalu mencari lahan sampai akhirnya ditemukan sebidang tanah di Jl. Soendaweg (sekarang Jl. Gereja Theresia) untuk dibangun Gereja Katolik.

Tahun 1933, arsitek J. Th. Van Oyen ditugaskan pengurus Gereja Katedral Jakarta untuk membangun gedung gereja St.Theresian. Gereja tersebut dibangun tanpa tiang penyangga di tengah-tengah agar altar dapat terlihat dari segala arah.

Gereja bergaya Eropa ini selesai dibangun pada tahun 1934. Gereja dengan atap yang tinggi dan tidak memiliki penyangga menambah sejuk area dalam gereja.

Dalam gereja dihiasi dengan jendela kaca yang warna-warni, sehingga saat cahaya menembus masuk akan menghasilkan cahaya berbeda-beda.

Gereja Theresia mempunyai 3 pintu. Di atas setiap pintu terdapat jendela besar. Jendela besar di atas pintu utama menggambarkan St.Theresia.

Sementara di atas pintu samping menggambarkan St.Ignatius de Loyola (pendiri Serikat Jesus) dan St. Fransiscus Xaverius (pelindung Misi).

Di belakang altar pun terdapat jendela yang ukurannya lebih kecil dari jendela-jendela yang disebutkan di atas.

Jendela-jendela ini berjumlah 13 di mana yang ditengah menggambarkan Yesus dan kanan kirinya menggambarkan ke dua belas Rasul.

Dua patung macan yang khas dengan ornamen vihara berjejer di depan pintu masuk gereja. Gereja dengan atmosfer oriental ini berdiri di kawasan Glodok, Jakarta Barat.

Kawasan tersebut dikenal sebagai salah satu kawasan pecinan atau China Town di Jakarta.

Gereja Santa Maria de Fatima adalah sebuah gereja Katolik yang mempertahankan gaya bangunan khas Fukien atau Tiongkok Selatan. Gereja unik ini termasuk sebagai Cagar Budaya pada tahun 1972.

Konstruksi kayu, ukiran, warna merah dan emas, yang merupakan simbol warna khas Tionghoa mendominasi setiap sudut gereja, tak terkecuali pada altar gereja.

Empat pilar kayu yang berwarna merah berdiri menopang bagian altar. Di atasnya terdapat ukiran lukisan dari kayu yang mempelihatkan peristiwa Yesus disalib di Gunung Golgota.

Bagian mimbar untuk romo memimpin misa juga terdapat ukiran kayu yang khas Tionghoa.

Peletakan batu pertama pada 19 Oktober 1693 dan selesai dibangun 23 Oktober 1695. Pada zaman itu dikenal dengan nama Portugese Buitenkerk yang artinya “Gereja Portugis di Luar”.

Dulunya, di luar tembok itu para tawanan VOC yang merupakan orang-orang Portugis merasa membutuhkan gereja untuk tempat beribadah.

Pieter Van Hoorn, anak dari Gubenur Jenderal Hindia Belanda saat itu memutuskan untuk membangun Gereja tersebut.

Ketika memasuki gereja, pengunjung seakan dibawa ke masa lampau. Sebelah kiri gereja terdapat organ tua dan sebelah kanan terdapat mimbar megah.

Kemudian chandelier dari tembaga kuning yang dilengkapi pemantul cahaya berbentuk perisai dihiasi lambang Batavia.

Mimbar gereja bergaya Barok karya H. Bruiyn juga termasuk perabotan asli Gereja. Kanopi yang menaungi mimbar ditopang dua tiang ulir dengan gaya ikonik, serta tiga tonggak perunggu dari mimbar.

Selain mimbar dan kubah, orgel juga menjadi daya tarik Gereja Sion. Diletakkan di balkon seberang altar, orgel pemberian putri Pendeta Maurits Mohr pada tahun 1800-an itu masih terpelihara dengan baik.

Tepat di bawah balkon orgel terdapat tiga deret bangku gubernur jenderal dari pertengahan abad ke-17. Bangku itu berasal dari Gereja Salib.

Bangku tersebut digunakan para elit politik Hindia Belanda saat beribadah di Gereja Salib.

6. Gereja Tugu

Gereja Tugu berdiri kokoh di kawasan Semper, Jakarta Utara. Gereja Tugu merupakan gereja yang dibangun oleh Belanda sebagai tempat ibadah di Kampung Tugu.

Dulunya Kampung ini adalah kawasan untuk menampung masyarakat Portugis yang diasingkan oleh Belanda dari Batavia. Mereka adalah tawanan yang dibawa dari Malaka ke Batavia setelah daerah itu ditaklukan oleh Belanda.

Di tahun 1600-an mereka akhirnya menetap dan menikah dengan warga sekitar.

Percampuran budaya dari Portugis dan Betawi menimbulkan budaya baru.

Orang Portugis yang gemar bernyanyi dan berpesta tetap mempertahankan budayanya itu. Konon Kampung Tugu dikelilingi dengan hutan yang lebat.

Mereka menciptakan alat musik dari kayu hutan yang hasil bunyinya "crong...crong...crong".

Musik itu yang kini dikenal dengan musik keroncong. Hingga saat ini musik Keroncong masing mengisi acara-acara besar seperti Natal.

Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Musik kronsong akan digunakan dalam perayaan hari besar seperti Natal.

Wisata Religi keliling gereja kuno direalisasikan dalam tur Wisata Bhineka Spesiap Natal, Jelajah Gereja Kuno.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Wisata Krestif Jakarta dan diikuti oleh 21 rombongan. Kegiatan ini diadakan pada hari Sabtu (21/21/2019).

Ira Lathief, sebagai pemandu dan pendiri komunitas Jakarta Food Travel (JFT) menjelaskan, acara ini diadakan untuk menjunjung tingkat toleransi umat beragama.

"Saya senang sekali yang ikut tur ini orangnya sangat beragam dari Protestan, Katolik, dan Muslim. Tur keliling Gereja kuno ini bertujuan untuk menjujung toleransi antar umat beragama," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2019/12/25/145000227/liburan-natal-wisata-religi-6-gereja-kuno-di-jakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke