Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Makanan Khas Purworejo, Tempat Keraton Agung Sejagat yang Viral

Namun, Purworejo tidak hanya berbicara soal itu. Ada banyak hal lain yang bisa kamu temukan di daerah yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta ini, salah satunya makanan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Purworejo Agung Wibowo mengatakan, wisatawan yang hendak atau sedang di Purworejo bisa mencicipi delapan makanan yang ada.

"Ada Dawet Ireng, Geblek, Clorot, Lanting, Kue Lompong, Sate Winong, Soto Pak Rus, dan Kupat Tahu," kata Agung ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (15/1/2020).

Penasaran seperti apa makanan yang ada di Purworejo? Berikut delapan makanan dan minuman Purworejo yang bisa kamu coba:

1. Dawet Ireng

Minuman satu ini tampak seperti es cendol yang biasa kita minum. Namun, berbeda dengan cendol, dawet ireng berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan namanya, yaitu ireng yang dalam bahasa Jawa berarti hitam.

Minuman ini berasal dari daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah. Dawet berwarna hitam itu diperoleh dari abu bakar jerami yang bercampur dengan air sehingga menghasilkan air warna hitam.

Air ini yang lalu digunakan untuk mewarnai dawet. Dalam proses pembuatannya, dawet memiliki keunikan tersendiri. Jumlah dawet lebih banyak dibanding kuahnya yang berupa santan air gula.

Tak hanya itu, santan juga biasa diperas langsung dari bungkusan serabut kelapa.
Sama seperti cendol, dawet ireng dibuat dari bahan-bahan yaitu tepung sagu, santan kelapa gula Jawa, dan daun pandan.

Minuman ini biasa disajikan menggunakan mangkuk dan diberi es untuk menambah kesegaran. Kamu bisa menemukan penjualnya di setiap sudut Purworejo.

2. Geblek

Bukan memaki, tetapi geblek adalah nama salah satu makanan khas Purworejo. Makanan ini terbuat dari tepung singkong yang dibentuk bulat lalu digoreng.

Geblek benar-benar nikmat terlebih dipadukan dengan sambal pecel maupun sambal lainnya.
Makanan berwarna putih dan tampak seperti cireng ini dapat kamu temukan di pasar-pasar tradisional Purworejo, seperti Pasar Baledono dan Pasar Jenar.

Pertama kali menyantapnya, kamu akan merasakan sensasi gurih dari geblek dan rasa pedas manis dari sambal pecel.

Tak hanya di Purworejo, geblek juga biasa ditemui di Kulon Progo, Yogyakarta.

3. Clorot

Hidangan Purworejo satu ini berupa kue yang terbuat dari bahan utama yaitu tepung beras dan gula merah. Clorot biasa dibungkus dengan daun kelapa atau janur dan berbentuk kerucut.

Makanan ini tidak hanya digemari oleh orang Purworejo melainkan wisatawan yang berkunjung. Biasanya, wisatawan akan menjadikan clorot sebagai oleh-oleh khas Purworejo.

Rasa manis dan tekstur kenyal yang ada pada clorot menciptakan cita rasa khas di lidah para penikmatnya.

Proses pembuatan clorot dimulai dari gula merah, garam, pandan, yang dicampur dengan air santan, lalu dimasak sembari diaduk merata.

Kemudian, tuangkan campuran santan ke wadah yang berisi tepung beras, aduk hingga merata. Setelah itu, tuangkan adonan ke dalam bungkus terbuat dari daun kelapa atau janur yang sudah dibentuk mengerucut. Lalu clorot dikukus hingga matang dan dapat dinikmati.

Hidangan ini akan terasa nikmat bila disajikan selagi hangat. Jika kamu baru pertama menyantap clorot, ada cara-caranya. Kamu harus menekan bagian bawah kerucut memakai jari, lalu setelah isinya keluar, kamu baru bisa menyantapnya.

Sama seperti geblek, clorot juga mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional Purworejo, salah satunya di daerah Grabag, Purworejo.

Adonan tersebut lalu dikukus hingga setengah matang dan dicampurkan tepung tapioka, lalu digoreng.

Camilan ini biasa hadir saat bulan Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Salah satu daerah yang membuat makanan ini adalah Desa Wonorejo Kulon, Kecamatan Butuh, Purworejo.

Kamu bisa mencicipi dan membeli lanting dengan harga mulai dari Rp 13.000 hingga Rp 20.000 per kilogramnya.

Lanting juga biasa dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke Purworejo.

5. Kue Lompong

Makanan khas Purworejo yang satu ini terbuat dari tepung ketan. Makanan ini juga biasa ditemukan hanya di daerah sekitar Purworejo, termasuk Kutoarjo.

Nama unik yang tersemat dalam kue ini berasal dari daun talas kering atau lompong yang dulunya dijadikan bahan pewarna hitam pada kue.

Meski dulu lompong terkenal karena dijadikan bahan pewarna, uniknya kue lompong malah tidak menggunakan pewarna dalam membuatnya. Kini penjual banyak yang menggunakan damen atau pohon padi kering.

Rasa dari kue lompong ini manis seperti kue mochi. Terlebih dengan tekstur kenyal yang dimilikinya. Perpaduan manis dan gurih menjadikan kue ini cocok disantap selagi hangat.

Meski begitu, diakui bahwa kue ini termasuk langka di Purworejo. Kamu bisa menemuinya di salah satu tempat yang masih bertahan, yaitu Kelurahan Pangenrejo, Pangen Jurutengah, dan sebagian Kledung Kradenan.

Kue ini juga hanya bertahan selama satu minggu di luar kulkas, maka jika terasa mengeras, sebaiknya kamu mengukus ulang untuk dikonsumsi kembali.

Hal yang membuatnya berbeda adalah penggunaan kecap asli buatan pemilik warung dengan tambahan bumbu lainnya.

Jika kamu ke desa ini setidaknya kamu akan menemukan sekitar 10 warung sate winong.
Ketika dihidangkan, tampilan sate ini berbeda dengan sate kambing lainnya karena ada tambahan daun jeruk yang diiris tipis-tipis hingga tampak seperti helai rumput.

Ada juga potongan bawang merah yang banyak, diiris dalam potongan besar.

Jika kamu penyuka rasa pedas, pemilik warung biasanya menyediakan semangkuk sambal kecap.

Kecap ini terbuat dari bahan baku gula merah yang diolah dengan bawang putih, bawang merah, jahe, lengkuas, dan daun serai.

Soto ini biasa juga dikenal dengan nama Soto Stasiun karena warung ini sebelumnya berada di dalam Stasiun Purworejo.

Soto Pak Rus menghadirkan menu pilihan soto. Jika kamu memesan satu porsi soto, maka kamu akan menemukan mangkuk kecil soto berisi nasi, potongan daging sapi, dan taoge dengan taburan daun seledri serta bawang goreng.

Rasa yang ada ketika kamu seruput kuah soto adalah segar dan gurih. Daging yang disajikan juga empuk dengan potongan kecil-kecil.

Jika kamu suka dengan rasa manis bisa ditambah dengan kecap, dan sebaliknya jika menyukai rasa pedas, jangan sungkan untuk mengambil sambal. Meski tanpa dengan kecap dan sambal pun, rasa soto tetap tidak berubah, yaitu gurih dan nikmat.

Kupat tahu jika dilihat sekilas akan mirip dengan ketoprak atau karedok. Namun, sebenarnya kupat tahu memiliki perbedaan, yaitu pada kuahnya.

Rasa yang dibawa dari kupat tahu ini yaitu pedas, karena memang bahan dasarnya yang berupa tahu berbumbu pedas.

Bahan-bahan dasar membuat kupat tahu selain tahu adalah gula jawa cair, dan sayuran seperti kol dan taoge.

Kamu dapat dengan mudah menemukan makanan ini di setiap sudut Purworejo.

https://travel.kompas.com/read/2020/01/16/072300227/8-makanan-khas-purworejo-tempat-keraton-agung-sejagat-yang-viral

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke