Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jelang Imlek Orang Tionghoa Melaksanakan Dua Sembahyang, Apa Saja?

DEPOK, KOMPAS.com - Jelang Imlek, orang Tionghoa dengan kepercayaan Konghucu dan Buddha biasanya akan melaksanakan sembahyang pergantian tahun.

“Sembahyang adalah bentuk dari terima kasih mereka kepada Thien (Tuhan). Ucapan tersebut juga harus dilambangkan dengan makanan,” kata Guru Besar Program Studi China Universitas Indonesia Hermina Sutami saat ditemui Kompas.com di Gedung III Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Selasa (21/1/2020).

Hermina mengatakan bahwa makanan yang dihidangkan sebagai persembahan terdiri dari tiga jenis yaitu lauk, kue manis, dan buah-buahan.

Akan tetapi, penyajian persembahan dilakukan tergantung dengan kondisi ekonomi keluarga yang merayakan.

Apabila orang dengan ekonomi berkecukupan, Hermina mengatakan biasanya lauk yang dihidangkan akan mencapai 12 macam. Sementara jumlah kue dan buah-buahan tentu akan lebih banyak dari yang biasanya.

Akan tetapi untuk yang tidak berkecukupan, menurut Hermina penyajian hidangan hingga sebegitu banyaknya tidak perlu dilakukan. Bahkan, persembahan seperti nasi dan sayur yang berkuah dirasa sudah cukup dan tidak masalah.

“Karena sembahyang merupakan tanda terima kasih (manusia kepada Tuhan), maka hal terpenting dari sembahyang adalah rasa terima kasih mereka. Itu yang utama,” kata Hermina.

Selain berterima kasih kepada Tuhan, mereka juga turut berterima kasih kepada leluhur. Biasanya, di rumah orang Tionghoa beragama Konghucu akan ada sebuah altar sembahyang yang dinamakan meja abu.

Selain itu, terdapat juga altar yang digunakan untuk sembahyang kepada Tuhan. Letak dari kedua meja tersebut biasanya berdampingan. Hanya saja, letak meja sembahyang untuk Tuhan akan lebih tinggi dibandingkan letak meja abu.

Di atas meja abu, biasanya kamu akan melihat beberapa papan kayu bertuliskan nama para leluhur yang telah tiada dalam karakter China (aksara Han). Terkadang, di depan papan kayu terdapat foto dari leluhur mereka.

“Itu untuk membantu mereka yang tidak bisa membaca karakter China. Namun seharusnya sebagai seseorang keturunan Tionghoa mereka dapat membaca karakter tersebut,” kata Hermina.

Terkait hidangan yang dipersembahkan saat sembahyang, Hermina mengatakan bahwa kini hidangan telah mengalami akulturasi budaya China dengan budaya Indonesia. Meski begitu, menu utama harus tetap menggunakan daging babi, ayam, dan ikan.

Sementara hidangan lainnya untuk persembahan kepada leluhur, menurut Hermina semuanya berdasarkan apa yang disukai oleh leluhur mereka. Apa yang disukai leluhur maka makanan tersebut harus dihidangkan.

“Kalau leluhurnya suka memakan mi pakai pete, ya keluarganya harus memasak itu untuk ditaruh sebagai persembahan,” ujar Hermina.

https://travel.kompas.com/read/2020/01/22/181100727/jelang-imlek-orang-tionghoa-melaksanakan-dua-sembahyang-apa-saja-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke