Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bubur Cikini H.R. Suleman, Kedai Bubur Legendaris Jakarta Sejak 1960-an

JAKARTA. KOMPAS.com - Aroma bubur yang sedap dengan rasanya yang khas membuat Bubur Ayam Cikini H.R. Suleman punya banyak penggemar.

Kedai bubur yang akrab disebut Bubur Cikini ini berdiri sejak tahun 1960-an. Sampai saat ini resep yang digunakan masih sama tanpa ada perubahan. 

"Dulunya bukan jual bubur, tetapi martabak," jelas Jhony salah satu karyawan Bubur Cikini, ditemui di Bubur Ayam Cikini H.R. Suleman, Jakarta, Minggu (29/2/2020).

Jhony menyebutkan H.R. Suleman pendiri kedai Bubur Cikini ada keturunan India sehingga berbisnis martabak.

H.R. Sulaeman mulai berjualan bubur pada 1960-an. Saat itu ia ingin berinovasi dan menjual bubur lantaran bubur tengah digandrungi oleh masyarakat.

Tren bubur yang disukai saat itu adalah bubur dengan cita rasa China. Ciri khasnya bubur tidak memiliki kuah, dicampur dengan kuning telur, cakue, dan suiran ayam.

Uniknya H.R. Suleman melihat ada peluang bisnis di bubur dengan cita rasa China tersebut. 

Pada umumnya bubur cita rasa China menggunakan kaldu babi, dan tidak dapat dinikmati semua orang.

H.R. Suleman mengkreasikan bubur bergaya China dengan bahan halal dan cita rasa Indonesia.

"Jadi inspirasinya dari bubur chinese itu, tapi Bubur Cikini pakai ayam kampung, kaldu ayam, emping, kuning telur terus tongcai," jelas Jhony yang sudah bekerja di Bubur Cikini sejak 2014.

Ciri khas lain dari Bubur Cikini adalah tidak menggunakan bahan pengawet, perasa, dan msg.

Bahkan pada saat meracik bubur tidak mencampurkan garam, minyak ataupun lada. Bubur sudah ditanak bersama kaldu ayam sehingga gurih dan aromanya sangat wangi.

Rasa bubur tidak begitu tajam, tetapi rasanya cenderung tawar dan gurih dari kaldu ayam masih terlintas dilidah.

Selain itu ayamnya juga ayam kampung sehingga dagingnya masih memiliki serat dan tidak hancur.

Lalu aroma ayam yang pekat sangat tercium saat dihidangkan. Tekstur bubur tidak encer tetapi kental dan padat. Kuning telur saat dipecah seakan lumer menyelimuti seluruh bagian bubur.

Sama sekali tak ada bau amis dari telur mentah, sebab telur yang digunakan adalah telur ayam kampung.

Pengalaman menyantap bubur semakin asyik ketika harus meracik saus, sambal dan kecap asin sesuai selera.

Kecap asin dari Bubur Ayam Cikini H.R. Suleman memang tidak diragukan lagi kenikmatannya. Kecap asin tidak hanya sekedar asin tetapi terasa gurih dari kacang kedelai.

Bagi yang suka sambal bisa mencampurkan sedikit sambal dalam buburnya.

Selain itu juga ada beberapa aneka sate untuk makanan pendamping. Ada sate hati, ampela, usus yang ditusuk jadi satu.

Banyak pelanggan yang sudah menjadi penikmat Bubur Cikini dari lama menganggap bubur nikmat karena rasanya yang khas.

"Banyak orang baru yang kaget karena buburnya rasanya tawar, tapi kalau orang lama pasti tau ciri khas dari bubur cikini ya seperti ini," jelasnya.

Jhony menyebutkan resep bubur turun temurun tidak pernah diubah hingga kini. 

Bubur Cikini dimasak sejak pukul 00.00, kemudian siap dijual pukul 06.00.

Jika ingin menikmati bubur Cikini, kamu bisa langsung menuju Bubur Ayam Cikini H.R. Suleman, yang berada di Jalan Cisadane Nomor 121, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.

Kedai bubur ini buka dari pukul 06.00 hingga 23.00 WIB.

Untuk mencicipi semangkuk bubur telur kamu harus mengeluarkan uang sebesar Rp 27.500 dan untuk bubur biasa Rp 24.200.

Untuk sate usus, ati, dan ampela, dihargai Rp 7.000 pertusuk. Selain bubur kedai ini juga menjual nasi goreng, mi godog, mi goreng, canai dan martabak.

Bubur Cikini H.R. Suleman merupakan rumah makan keempat dari liputan khusus bersambung "50 Tempat Makan Legendaris di Jakarta".

Artikel rekomendasi tempat makan legendaris di Jakarta ini akan tayang setiap Jumat selama 50 pekan ke depan. Nantikan kisah para perintis kuliner Jakarta berikutnya di Kompas.com

https://travel.kompas.com/read/2020/03/13/102900727/bubur-cikini-hr-suleman-kedai-bubur-legendaris-jakarta-sejak-1960-an

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke