Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengalaman Tour Leader Indonesia di Tengah Kebiasaan Orang Jepang, China, Korea Pakai Masker

JAKARTA, KOMPAS.com – Terlepas dari adanya pandemi global virus corona ( Covid-19 ), sebagian masyarakat Jepang, China, dan Korea Selatan kerap terlihat menggunakan masker jauh sebelum merebaknya virus tersebut.

Baik itu masker bedah atau masker kain. Bahkan, terdapat juga beberapa masker kain bermotif lucu dan unik.

Melansir Quartz, fenomena penggunaan masker di negara-negara Asia Timur tersebut merupakan hal yang biasa.

Sejak adanya wabah SARS pada 2002 dan kepanikan flu burung pada 2006, penggunaan masker juga beralih pada imigran di Asia.

Hal ini menyebabkan penggunaan masker tidak hanya digunakan oleh masyarakat di benua Asia, tetapi juga masyarakat Asia di negara lain.

Lantas, bagaimana pengalaman tour leader dari Indonesia terkait kebiasaan masyarakat Jepang, China, dan Korea Selatan dalam menggunakan masker?

Jepang: hindari alergi serbuk bunga sampai lindungi lingkungan

Tour leader Martinus Erwin, mengatakan kepada Kompas.com bahwa penggunaan masker di Jepang terbawa oleh kepedulian mereka terhadap lingkungan.

“Orang Jepang itu kesehatannya cukup sensitif. Makanya mereka proteksi diri sendiri. Selain mereka peduli dengan diri sendiri, mereka juga peduli dengan lingkungannya,” tutur Erwin, Kamis (2/4/2020).

Terlebih lagi saat musim semi, masyarakat Jepang banyak yang alergi terhadap serbuk bunga yang baru tumbuh. Ketika mereka terkena serbuk bunga akibat hembusan angin, sebagian dari mereka terkena flu.

Sementara di musim dingin, Erwin mengatakan bahwa mereka juga cukup rentan terhadap influenza.

“Di Jepang udaranya bersih. Mereka pakai masker lebih ke soal virus. Negara mereka kan kecil. Kalau ada satu orang sakit lalu menular, cepat sekali penularan di satu negara,” kata Erwin.

Selain itu, masker juga sering digunakan oleh mereka yang tinggal di perkotaan dan menggunakan transportasi publik. Baik itu kereta maupun bus.

Sebagai gambaran, Erwin memberikan contoh masyarakat Indonesia yang mengenakan masker saat mengendarai kereta.

“Itu kan dalam satu gerbong campur aduk manusianya. Nafas orang bercampur sana sini, kita kan tidak tahu mana yang sakit atau sehat. Sehingga lambat laun, kebiasaan pakai masker sudah jadi suatu kebutuhan primer orang jepang,” ujar Erwin.

Tidak hanya itu, mereka juga mengenakan masker karena mereka tidak suka lingkungannya terganggu.

Pemandangan masyarakat Jepang mengenakan masker, memakai headset, dan membaca buku di transportasi publik merupakan sesuatu yang sudah biasa.

Terkait masker sebagai kebutuhan primer, Erwin mengatakan saat ini di Jepang banyak terlihat masker yang telah dimodifikasi dan memiliki desain lucu nan unik untuk menarik perhatian orang.

“Masker yang ada wewangian sudah banyak. Biasanya di jual di apotek atau toko-toko pinggir jalan. Di Apotek itu tidak hanya masker medis, tapi juga masker medis yang sudah didesain fashionable,” tutur Erwin.

Penggunaan masker merata di setiap kalangan masyarakat Jepang, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Kendati demikian, Erwin mengatakan bahwa masker lebih banyak digunakan di daerah perkotaan saja ketimbang perkotaan kecil maupun pedesaan.

China: hindari angin musim dingin sampai polusi

Sama halnya dengan di Jepang, tour leader China bernama Tony Tjia mengatakan bahwa penggunaan masker di China lebih ke arah kesehatan.

“Mereka biasa menggunakan masker ketika sakit atau flu. Itu sudah dari zaman dulu. Sekarang sudah merupakan pola kebiasaan dari kehidupan mereka sehari-hari untuk menggunakan masker,” tutur Tony.

Selain masyarakat China yang sedang sakit, Tony mengatakan bahwa di sana jarang sekali masyarakat dalam keadaan sehat yang menggunakan masker.

Dia menuturkan bahwa sangat jarang untuk menemukan masyarakat China yang sedang batuk atau flu tanpa menggunakan masker.

“Di negara empat musim, mereka takut flu walaupun flu ringan. Mereka takut karena saat musim dingin lalu mereka terkena flu, risikonya nyawa,” kata Tony.

Penggunaan masker akan marak terlihat saat menjelang musim dingin, saat musim dingin, dan setelah musim dingin untuk melawan terpaan angin dingin.

Selain musim dingin, mereka juga mengenakan masker di musim semi sebagai langkah mencegah alergi serbuk bunga.

Tidak hanya untuk kesehatan, masker juga digunakan di keseharian mereka oleh para pekerja bangunan dan masyarakat yang berkendara mengenakan motor.

Masker banyak digunakan oleh berbagai kalangan di China, terutama masker kain ketika masker medis mulai habis. Baik di perkotaan maupun pedesaan.

“Tingkat kesadaran masyarakat China untuk mengenakan masker lebih tinggi. Sebab di beberapa kota besar seperti Beijing polusinya tinggi. Dalam satu tahun, kalau mau lihat langit biru mungkin hanya bisa 3 atau 4 hari,” tutur Tony.

Kendati demikian, bagi orang yang dalam keadaan sehat, mereka jarang terlihat menggunakan masker di China.

Tony mengatakan bahwa di China kamu akan dengan mudah mendapatkan masker karena banyak yang menjualnya.

Untuk masker kain, mereka bisa didapatkan di toko kecil yang menjual masker untuk pengendara motor. Sementara masker medis hanya ada di toko farmasi.

Korea Selatan: menahan batuk sampai terpaan angin

Tidak jauh berbeda dengan di Jepang dan China, masyarakat Korea Selatan hanya menggunakan masker saat mereka sedang sakit saja.

“Mereka tidak banyak yang menggunakan masker. Masker sebenarnya lebih ke arah untuk menahan batuk dan pilek saja,” kata outbound tour leader Jimmy S. Tjendraputro.

Jimmy menuturkan bahwa masyarakat di sana lebih sering menggunakan masker kain, bukan masker medis.

Sebagian besar pria di Korea Selatan cenderung lebih sering menggunakan masker berwarna hitam atau biru tua. Sementara wanita menggunakan masker warna-warni.

“Mereka juga banyak pakai masker di musim dingin untuk mencegah angin dingin. Kalau di musim biasa hanya mereka yang sedang batuk atau pilek saja yang menggunakan masker,” tutur Jimmy.

Mayoritas penduduk di beberapa kota besar di Korea Selatan lebih sering terlihat menggunakan masker, salah satunya di Seoul.

Sementara di daerah lain seperti Jeju dan Gwangju tidak terlalu terlihat. Sementara beberapa penduduk di sekitar Gunung Seorak menggunakan masker karena udaranya dingin.

“Untuk di perkotaan, anak muda mayoritas pakai masker, orang tua biasa saja. Tapi semua akan pakai masker saat musim dingin,” tutur Jimmy.

Masker kain banyak dijual di beberapa toko pinggir jalan yang juga menjual aksesori. Sementara masker medis hanya ada di toko farmasi.

Penggunaan masker di tengah wabah virus corona

Tony menuturkan bahwa di tengah wabah virus corona, masyarakat China tidak ada yang berbondong-bondong pergi ke farmasi untuk membeli masker bedah. Mereka secara tertib membeli sesuai kebutuhan saja.

Kendati demikian saat kota Wuhan mulai ditutup, Tony mengatakan bahwa masker mulai dicari.

Hal ini dilakukan agar yang sehat juga bisa mengenakannya guna mencegah penyebaran virus corona.

“Walaupun masker medis mulai habis di beberapa toko, tetapi masker non-medis masih dijual. Tapi masker medis habis karena dibeli masyarakat untuk diberi kepada rumah sakit,” kata Tony.

“Sementara masyarakat menggunakan masker kain untuk dipakai dalam keseharian saat keluar rumah. Tidak hanya yang sakit tapi juga yang sehat,” tambahnya.

Sementara itu, Erwin mengatakan bahwa penggunaan masker baik di Jepang maupun Korea juga mengalami perubahan.

Sebelumnya, masker hanya digunakan oleh mereka yang sakit atau yang alergi serbuk bunga. Namun saat ini orang yang sehat turut mengenakan masker.

“Penjualan masker pun tidak ada yang mendadak harganya menjadi 10 kali lipat dan banyak pedagang dadakan. Sejak awal muncul corona di Jepang, pemerintah langsung melakukan proteksi terhadap penjualan masker. Maksimal seorang hanya boleh beli dua,” tutur Erwin.

Sebagian masyarakat dunia mengenakan masker bedah, masker kain, dan masker n95 guna mencegah virus corona.

Untuk masker kain sendiri, masker tersebut cukup efektif untuk digunakan selama pola jahitannya menutupi hidung dan mulut. Penggunaan bahannya juga harus bahan kaus atau kain yang tebal.

Meski begitu, kamu tetap harus menjaga jarak aman 1 – 2 meter saat mengenakan masker kain.

Sementara masker bedah bisa digunakan jika kamu memiliki gejala gangguan pernapasan seperti bersin, batuk, dan nyeri tenggorokan.

Petugas medis yang tidak berkontak erat dan berhadapan dengan pasien yang sakit sangat menular juga menggunakan masker tersebut.

Untuk masker n95, mereka hanya diperuntukkan bagi tenaga medis yang harus kontak langsung, erat, dan dekat dengan pasien yang memiliki tingkat infeksi yang sangat tinggi seperti virus corona.

https://travel.kompas.com/read/2020/04/05/193014827/pengalaman-tour-leader-indonesia-di-tengah-kebiasaan-orang-jepang-china-korea

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke