Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Makan Daging Anjing di China, Bukan Tradisi?

JAKARTA, KOMPAS.com - Terdapat kesalahpahaman di antara beberapa orang bahwa China selalu menjadi negara pemakan daging anjing.

Melansir China Dialogue, kepopuleran tersebut disinyalir berasal dari adegan film Shaolin Temple dan sebuah acara televisi populer tentang seorang biksu yang dibantu promosi oleh beberapa pemilik restoran dan pemerintah daerah.

Lalu bagaimana sejarah konsumsi daging anjing di China?

Sejarah makan anjing di China: awalnya anjing dipelihara untuk berburu

Jauh sebelum adanya praktik mengonsumsi daging anjing, China telah menjadikan hewan tersebut sebagai bagian dari rumah tangga setidaknya selama 7.000 tahun.

Penguasa mitologis Fu Xi dikatakan memelihara enam hewan liar yaitu babi, sapi, kambing, kuda, unggas dan anjing. Hal ini mengatakan bahwa anjing nyatanya sudah dipelihara sejak zaman kuno.

Catatan menunjukkan bahwa kala itu anjing dipelihara untuk membantu berburu. Anjing pun juga dinilai setia kepada pemiliknya. Hal ini menjadikan anjing dihargai dengan perannya sebagai penjaga.

Konsumsi daging anjing di China diduga berasal dari mereka yang mengklaim dokumen sejarah tentang tukang daging anjing.

Sementara itu, lainnya mengutip dari karya-karya pendiri dinasti Han Liu Bang dan pelukis dinasti Qing Zheng Banqiao sebagai bukti bahwa orang China selalu menikmati daging anjing.

Namun, hal tersebut tidak cukup membuktikan bahwa ini adalah sebuah tradisi atau kebiasaan.

Dokumen lainnya yang ditemukan adalah San Zi Jing, sebuah teks yang digunakan untuk mengajar anak-anak sejak abad ke-13.

Teks ini menggambarkan anjing sebagai salah satu dari enam hewan yang dipelihara manusia.

Ini berarti bahwa enam hewan tersebut adalah sumber daging. Namun, ketika pertanian berkembang dan mengubah kebiasaan makan menjadi mengonsumsi daging sapi, domba, ayam, maupun babi.

Lantas, anjing pun bertahap dihentikan untuk dikonsumsi.

Sejarah lain juga mengatakan bahwa sebelum dinasti Qin dan Han, telah terjadi kekacauan perang terus menerus dan menyebabkan standar hidup menjadi rendah serta kesulitan mendapat daging.

Kemudian, binatang buangan dan anjing penjaga yang mati karena penyakit atau usia tua tidak disia-siakan. Nenek moyang pun menggunakannya sebagai bahan masakan.

Daging anjing hampir tidak pernah digunakan untuk persembahan para dewa

Daging anjing juga bukanlah makanan yang penting bagi manusia, termasuk persembahan kurban.

Melansir China Dialogue, persembahan kepada para dewa dan leluhur mereka serta upacara kerajaan mewah pun biasanya menggunakan daging seekor sapi atau kuda.

Sementara itu, untuk upacara yang kurang penting menggunakan seekor babi atau domba, sedangkan orang biasa akan memberikan daging babi, ayam atau ikan.

Anjing hampir tidak pernah digunakan, dan dianggap tidak sopan jika diberikan kepada roh. Hal itu pun masih terjadi hingga sekarang bahwa daging anjing tidak cocok untuk para roh bahkan para tamu.

Perlahan, anjing pun tidak disukai setelah dinasti Han. Filosofis Taoisme yang naik takhta pada akhir dinasti Han melihat anjing sebagai haram dan diyakini merusak upaya untuk menjalani kehidupan sederhana.

Selama dinasti Tang dan Song, konsumsi daging anjing menurun lebih jauh karena pilihan daging lain banyak tersedia.

Selain itu, cerita tentang anjing yang setia dan gagasan Buddha tentang reinkarnasi pun menyebar.

Festival daging anjing di Yulin

Kontroversi muncul mengenai festival "daging anjing" di Yulin. Para pejabat dikatakan menimbulkan debat dalam mempromosikan festival ini.

Mereka mengklaim festival dapat mendukung budaya lokal sembari meningkatkan perekonomian.

Namun, pemerintah setempat tidak pernah mengetahui bahwa kegiatan tersebut akan mendapat tekanan dari pencinta anjing di seluruh negeri.

Konsumsi daging anjing di China nyatanya bukan sebuah tradisi. Namun, hal ini populer dengan munculnya Festival Daging Anjing di Yulin, sebuah kota di barat daya China, Provinsi Guangxi.

Seorang penulis dalam laman China Dialogue, Hu Yifu mengatakan mengonsumsi daging anjing bukan tradisi China.

Hal ini didukung oleh survey Asosiasi Kesejahteraan Hewan Ibu Kota Beijing dan Asosiasi Perlindungan Hewan Vshine yang mengatakan sebanyak 72 persen penduduk Yulin, China bukan konsumen reguler daging anjing.

Survey ini dilakukan pada Mei 2017 yang dikutip dari situs resmi Humane Society International (HSI).

Survey tersebut menunjukkan bahwa makan daging anjing bukan bagian dari arus utama kuliner di Yulin.

Data tersebut juga menambahkan hanya 28 persen warga Yulin yang mengonsumsi daging tersebut secara reguler, dengan 12 persen memakannya setiap pekan.

China memiliki banyak etnis

China diketahui memiliki multi etnis dalam artian banyak kebiasaan atau tradisi hingga makanan tersendiri.

Namun dari semua etnis tersebut, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa disebut makan daging anjing.

Muslim di China menganggap anjing sebagai najis dan haram untuk dikonsumsi. Orang Mongol secara tradisional nomaden dan melihat anjing sebagai penjaga serta sahabat yang setia.

Bagi Manchus, makan anjing adalah hal yang tabu karena legenda mengatakan bahwa seekor anjing menyelamatkan hidup nenek moyang.

Orang-orang Tibet beragama Buddha tidak akan membunuh hewan yang tidak perlu, dan melihat anjing sebagai sahabat setia. Oleh karenanya, daging anjing tidak dimakan.

Orang-orang Zhuang di Guangxi, tempat festival daging anjing Yulin berlangsung pun tidak tercatat dalam dokumen sejarah sebagai pemakan anjing.

Kota Shenzhen larang konsumsi daging anjing dan kucing

Konon, festival daging anjing tersebut berasal dari pejabat pemerintah daerah yang ingin meningkatkan perekonomian lokal yang tengah berada dalam tekanan besar.

Yulin, yang terletak di Provinsi Guangxi, perbatasan barat daya China tidak pernah menjadi bagian dari budaya China dalam konsumsi daging anjing.

Melansir China Dialogue, orang-orang Yulin yang datang dan mengikuti festival tersebut tidak mengetahui hal ini dan murni untuk menarik wisatawan serta mendatangkan investasi.

Perdebatan konsumsi daging anjing atau tidak, masih menyeruak hingga kini. Bagi mereka pemakan daging anjing akan memiliki beragam alasan salah satunya tidak adanya larangan makan hewan tersebut.

Namun, di tengah perdebatan tersebut, ada kabar gembira bagi pencinta anjing.

Pasalnya, Kota Shenzhen di China Selatan mengeluarkan kebijakan larangan mengonsumsi daging anjing dan kucing yang berlaku mulai 1 Mei 2020.

Kebijakan ini dikeluarkan oleh pemerintah setempat dan dikeluarkan karena adanya dugaan hubungan munculnya wabah virus corona dengan konsumsi daging hewan liar.

Dengan adanya kebijakan tersebut, menjadikan Shenzhen sebagai kota pertama di China yang berlakukan larangan mengonsumsi daging anjing dan kucing.

https://travel.kompas.com/read/2020/04/07/140823927/sejarah-makan-daging-anjing-di-china-bukan-tradisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke