Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mayoritas Hotel di Bali Tutup Operasional, Sisanya Mencoba Bertahan

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali, I Made Ramia mengatakan sebagian besar hotel di Bali sudah tutup dari awal April 2020.

"Walau ada beberapa yang masih beroperasi karena masih ada tamu yang dilayani terutama airlines crews (kru maskapai)," kata I Made Ramia saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/4/2020).

Lanjut Made, bagi hotel yang masih buka melakukan beragam cara agar dapat bertahan.

Umumnya ada tiga strategi yang dilakukan hotel di Bali agar dapat mempertahankan operasional.

Pertama berusaha mendapat suntikan dana atau capital fund, kemudian melakukan pemasaran secara kreatif, dan terakhir menjual voucer yang bisa diambil kapan pun berlaku hingga satu tahun ke depan.

Untuk pemasaran secara kreatif, Made mengatakan hotel-hotel melakukan cara menjual kamar dengan tambahan keuntungan, sehingga menarik calon pelanggan.

Sementara itu, terkait kondisi pegawai hotel yang masih ditugaskan, menurut Made disesuaikan dengan kebutuhan operasional hotel.

"Karyawan yang lainnya dipersilakan mengambil hak cuti, extra off, day in lieu, dan juga ada yang dikasih unpaid leave (cuti tanpa digaji) untuk membantu keuangan dari perusahaan," jelasnya.

Lanjutnya, ada beberapa usaha yang dilakukan oleh pengusaha dan manajemen hotel untuk membantu tenaga kerjanya yaitu dengan memberlakukan 50 persen masuk dan dibayar penuh.

Selain itu, ada juga yang memberlakukan unpaid leave selama dua minggu, jadi gaji dibayar hanya 50 persen.

"Bahkan ada juga yang memberlakukan unpaid leave selama dua bulan. Namun mereka mengajukan permohonan sendiri atau atas kesadaran sendiri," lanjutnya.

Kendati demikian, IHGMA Bali tetap berusaha meminta bantuan pada pemerintah guna meringankan beban pihak hotel.

"Kami tetap meminta bantuan pemerintah, seperti keringanan atau cara penjadwalan pembayaran pajak hotel dan restoran, PPh 21, 25, BPJS Kesehatan, PDAM, listrik," jelas Made.

Namun sampai saat ini usulan IHGMA belum mendapat tanggapan dari pemerintah.

Respon positif baru ditunjukkan oleh OJK dengan diterbitkannya POJK Nomor 11 tahun 2020 tentang keringanan cicilan dan restrukturisasi hutang.

"Kami menjerit dan berdarah-darah akibat dampak Covid-19 ini," ujarnya.

Tepat satu bulan lalu, Made melaporkan Bali sebagai salah satu destinasi yang memiliki pasar wisatawan China cukup besar.

Kata dia, jumlah pasar China untuk Bali sekitar 19 persen dari total pasar wisatawan.

Namun, adanya pembatasan perjalanan dari berbagai negara di dunia, khususnya China, sangat berdampak pada industri hotel di Bali.

Terutama bagi hotel yang memang menargetkan pasar China sebagai pasar utama mereka.

“Hotel dan travel agent yang handle tamu China pasti drop," jelas Made saat dihubungi Kompas.com, Selasa (25/2/2020).

Made menjelaskan, okupansi atau tingkat hunian kamar rata-rata hotel di Bali pada Februari 2020 antara 50-55 persen.

Padahal, periode Februari tahun-tahun sebelumnya tingkat hunian kamar mencapai di atas 65-75 persen. Berarti terjadi penurunan tingkat hunian kamar di Bali 15-25 persen.

Menurut dia, jumlah tersebut sangat menurun. Pasalnya, periode Februari setiap tahunnya merupakan periode low season Bali.

Kini pemerintah Indonesia menutup pintu masuk bagi turis asing ke Indonesia dan memberlakukan physical distancing bagi masyarakat Indonesia untuk pencegahan pandemi virus corona.

Dalam artian, hampir tak ada pemasukan bagi hotel saat ini. 

https://travel.kompas.com/read/2020/04/07/200600727/mayoritas-hotel-di-bali-tutup-operasional-sisanya-mencoba-bertahan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke