Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengulik Profesi Penjaja Burjo di Yogyakarta, Rata-rata Bersaudara

Hal ini dikarenakan memang mereka berasal dari satu daerah di Jawa Barat yaitu Kuningan.

Kendati hidup merantau, para penjaja burjo sejatinya tidak pernah sebatang kara di Yogyakarta.

"Karena kami ini semuanya saudara. Biasanya burjo ini sepupunya burjo itu. Gitu aja terus, turun temurun," kata pedagang burjo di Sleman, Yogyakarta, Anggi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/4/2020).

Anggi merintis usaha burjo di Yogyakarta sejak 2009.

Pria asal Kuningan ini lalu mengajak tiga sepupunya untuk bekerja di warung burjo miliknya. 

Anggi menjelaskan bahwa hampir semua pedagang burjo yang datang ke Yogyakarta atau daerah lainnya seperti Solo, Semarang, dan Jakarta, karena direkrut saudaranya.

"Contohnya saya, dulu merantau ke Yogyakarta tahun 2009 abis lulus SMA di Kuningan. Itu karena diajak akang (kakak laki-laki Bahasa Sunda) saya suruh lanjutin warung burjo," ceritanya.

Sebelas tahun merantau, Anggi sukses membuka tiga cabang warung burjo di Kota Gudeg.

Warung Burjo pertamanya adalah Burjo Pink. Nama tersebut ia sematkan menyesuaikan warna cat pada dinding warung.

Burjo Pink milik Anggi berada di Jalan Kutu Patran, Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tepatnya di belakang pusat perbelanjaan Jogja City Mall (JCM).

Terkait tempat tinggal, Anggi mengatakan karena rata-rata penjaja merupakan saudara, maka mereka memiliki satu tempat tinggal yang sama.

Anggi sendiri tinggal di sebuah kos-kosan bersama dengan tiga sepupunya yang bekerja di Burjo Pink.

Uniknya penjaja ia burjo memiliki jadwal kerja bergilir (shift).

"Jadi kita ada yang kerja shift pagi, siang, sama malam. Nah yang belum mulai shiftnya biasanya pada tidur di kosan dulu. Nanti pas mau pergantian shift baru dia ke mari (warung)," katanya.

Dari mana para penjaja burjo belajar memasak? 

Ada satu cerita menarik dari Anggi saar ia baru pertama merantau ke Yogyakarta.

Ia diajak saudaranya berjualan makanan di warung burjo, meski begitu Anggi mengaku sama sekali tidak punya keahlian memasak. 

"Kan saya ini lulusan teknik kendaraan ringan, mobil. Sebelum di burjo mah saya enggak bisa masak," kenang Anggi sambil tertawa.

Anggi belajar memasak otodidak. Ia langsung terjun memasak makanan andalan di burjo, tak lain magelangan dan mi dok dok.

Kedua makanan tersebut dikenal sebagai makanan favorit dari anak kos atau mahasiswa di Yogyakarta kala sedang makan di Burjo.

"Ya makanya itu, saya senang, udah sekarang bisa masak, terus dapat teman juga dari mahasiswa sama anak kos sini," katanya.

Beda dengan warmindo atau warkop di Jakarta, warung burjo di Yogyakarta juga menjual nasi dan lauk dengan harga terjangkau.

Justru sekarang banyak warung burjo tak lagi menjual bubur kacang hijau. 

https://travel.kompas.com/read/2020/04/15/201200127/mengulik-profesi-penjaja-burjo-di-yogyakarta-rata-rata-bersaudara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke