Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjajal Frozen Food Laukita, dari Cakalang Mercon sampai Ayam Kecombrang

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberlakukan masa physical distancing sebenarnya membuat orang yang tidak bisa memasak jadi harus memutar otak.

Pilihan makanan di rumah untuk orang tak pandai memasak cuma mi instan, pesan makanan di ojek online, dan makanan kaleng.

Nah, hal ini sebenarnya terjadi pada saya yang punya skill masak pas-pasan.

Ketika ditawarkan oleh pihak Laukita untuk mencoba makanan beku khas Indonesia tentu saya dengan senang hati menerima.

Laukita ini adalah merek makanan beku yang masih satu naungan dengan Umara Catering. Kebetulan jasa boga ini memang terkenal dengan makanan khas Indonesia.

Singkat cerita saya mendapat empat porsi Laukita yang semuanya beda rasa. Ada Daging Balado Limau, Cakalang Mercon, Rendang Paru, dan Ayam Kecombrang.

Buat saya ini seperti penyelamat di kala, "Entah apa yang harus ku makan," 

Untuk memanaskan Laukita terbilang mudah. Ada empat cara menghangatkan, dengan microwave, kukus, rebus, atau tumis.

Nah karena tidak punya microwave di rumah dan ingin bereksperimen, saya memilih cara menghangatkan lauk yang tak biasa dengan cara direbus.

Lantaran saya penasaran, instruksi yang tertera di bungkus bertuliskan hanya perlu mecemplung kemasan Laukita (tentu saja lepas kemasan karton mereknya) ke air mendidih.

Jadi mangkuk hitam tertutup plastik itu dicebur ke air panas mendidih selama delapan menit. Saya penasaran, masa sih kemasannya tidak bocor. Apakah air tidak masuk ke dalam lauk?

Setelah delapan menit dihangatkan, saya angkat kemasan tersebut dan betul saja tidak bocor. Tidak ada setetes air rebusan yang masuk ke dalam kemasan.

"Leh uga nih," kata saya mencontoh anak zaman now.

Saya perhatikan cabai Daging Balado Limau ini tampaknya 'serius' sekali. Ada banyak potongan cabai merah besar bersanding dengan daging sapi potong dadu.

Langsung saja saya eksekusi, maksudnya makan.

Wuah ternyata walau wanginya tidak terlalu harum (karena saya rebus bungkusnya sepertinya) ternyata rasanya mirip persis daging balado di rumah makan padang.

Saya menduga daging yang dipakai adalah daging sengkel. Sebab teksturnya kenyal, tetapi tidak alot. Jadi bukan seperti daging sapi yang sudah terlalu hancur ketika digigit.

Bumbunya juga pas. Pedas dan gurihnya sesuai. Hanya saja mungkin satu-satunya yang disayangkan limaunya kurang beraroma.

Untuk saya satu porsi Daging Balado Limau dari Laukita ini bisa untuk dua kali makan.

Namun kalau sedang lapar sekali dan tidak memikirkan jumlah kalori dalam sekali makan (iya saya sedang diet) habis juga satu porsi yang tidak terlalu besar itu.

Lauk kedua yang saya jajal adalah Cakalang Mercon.

Kebetulan saya bosan makan nasi (lagi-lagi ini alasan karena saya sedang diet) akhirnya saya memutuskan lauk ini jadi topping pizza.

Berbekal video tutorial Rahasia Pizza Teflon Sukses Anti Gagal No Gosong dari Puguh Kristanto di Youtube, saya berhasil membuat pizza.

Itupun butuh berkali kali menonton dan dua kali percobaan agar pizza sukses dibuat. Percobaan pertama pizzanya menempel di plat besi tanpa bisa dilepas.

Terbayang kan jawaban saya ketika ibu Sisca Soewitomo dulu di televisi setelah masak selalu bilang, "Bagaimana pemirsa, mudah bukan membuatnya?"

Nah ide membuat pizza dengan toping Cakalang Mercon ini sebenarnya saya dapat setelah makan pizza toping ikan sambal matah di Hotel Indonesia Kempinski (tentu saja dalam rangka liputan).

Ternyata pizza dengan topping Cakalang Mercon ini tak kalah dengan pizza di restoran, tetapi masih kalah dengan pizza ikan sambal matah buatan chef hotel bintang lima.

Bukan karena ingin memuji diri sendiri, tetapi tekstur garing pizza dipadukan dengan daging ikan cakalang tebal dan sambal super pedas ini memang cocok.

Saya juga menambahkan keju feta, satu-satunya keju yang ada di kulkas. Padahal penampakannya akan lebih seronok jika pakai keju mozzarella, seperti di iklan pizza asli.

Namun catatatan penting, Cakalang Mercon dari Laukita ini sangat pedas. Saya rasa tak aman dikonsumsi anak-anak dan orang yang intoleran pedas.

Lauk Laukita yang tidak pedas dan dicoba anak-anak

Masakan Indonesia tanpa cabai terkesan tak lengkap. Namun, ada banyak orang yang tidak bisa menikmati makanan pedas, misalnya anak-anak.

Asyiknya, Laukita menyediakan pilihan hidangan bercita rasa khas Indonesia tetapi tidak menggunakan cabai. Salah satunya adalah Ayam Kecombrang. Ini favorit saya, daging ayam dengan sentuhan bunga kecombrang yang wangi.

Saat dipanaskan, aroma kecombrang yang khas langsung merebak, membangkitkan selera makan.

Daging ayam yang lengas dan mudah digigit, berpadu dengan bumbu yang terbilang sederhana.

Bumbunya menggunakan bumbu dasar putih. Namun aroma dan rasa semakin menggoda dengan tambahan sereh dan kemangi.

Selain tidak pedas, hidangan ini cocok dinikmati anak-anak yang senang tekstur lembut dari daging ayam. Tak hanya ayam, di dalamnya juga ada kacang panjang.

Sementara itu, pilihan lain yang patut dicoba adalah Rendang Paru.

Walau disebut rendang, bumbunya tidak menggunakan cabai, sehingga ini cara aman untuk mengenalkan rasa rendang ke anak-anak yang belum terbiasa makan cabai.

Rasa yang dominan adalah penggunaan lada, tetapi tidak nyelekit lidah. Selain paru, di dalamnya ada kentang baby.

Poin plus ada paru sapi yang digunakan, begitu lembut dan seakan lumer di mulut. Tekstur ini sangat cocok untuk anak-anak.

Apalagi, walau frozen food, tetapi tidak tercium aroma amis dari paru.

Penasaran mencoba aneka hidangan dari Laukita? di Laukita bisa didapatkan melalui agen Laukita dan supermarket terdekat.

Bisa juga melalui e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, JDID, Blibli dan BukaLapak. Harga satu lauk  Laukita mulai Rp 55.000.  

https://travel.kompas.com/read/2020/04/24/220300527/menjajal-frozen-food-laukita-dari-cakalang-mercon-sampai-ayam-kecombrang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke