Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wacana Paspor Imunitas Cile yang Dinilai Kontroversial, Apa Itu?

Hal tersebut dimaksudkan sebagai penanda bahwa mereka sudah tidak lagi terjangkit virus tersebut, dan bisa kembali bekerja dan ke kehidupan mereka seperti semula.

Menurut The Straits Times, rencana awal, pemerintah Cile akan mulai mengeluarkan paspor tersebut mulai Senin (20/4/2020). Namun, hingga kini paspor tersebut belum keluar.

Menteri Kesehatan Jaime Manalich mengatakan kepada wartawan pada Kamis (16/4/2020), pemerintah juga akan menetapkan serangkaian kriteria ketat untuk izin terbaru.

Mengutip Bloomberg, Jumat (17/4/2020), langkah pengeluaran kartu tersebut dianggap kontroversial.

Beberapa kartu tersebut akan didasarkan pada adanya antibodi terhadap virus yang mana beberapa negara sudah berjuang untuk memproduksi secara massal tes yang dapat diandalkan.

Manalich menuturkan, pemerintah akan memastikan dengan kemungkinan sangat tinggi, yakni orang-orang yang memiliki paspor imunitas tidak lagi terjangkit virus corona.

“Otoritas kesehatan harus membuat keputusan berdasarkan kemungkinan yang sangat dekat dengan kepastian yang absolut,” kata Manalich.

Pasien yang mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuh, seperti pasien kanker, harus menunggu selama 28 hari tanpa gejala untuk mengajukan permohonan paspor imunitas. Sementara tenaga kesehatan akan diperiksa setiap 15 hari.

Kartu, paspor, aplikasi imunitas, atau bentuk lainnya, mengutip Fox Business, Jumat (10/4/2020), merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang telah dinyatakan positif atau negatif virus corona.

Paspor tersebut digunakan untuk menentukan apakah mereka diperbolehkan untuk masuk kembali ke ruang publik.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk secara bertahap membuka kembali negara setelah diberlakukannya lockdown untuk menahan penyebaran virus corona.

Sebelumnya, mengutip Business Insidier, Sabtu (11/4/2020), Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases Anthony Fauci mengatakan pada Jumat (10/4/2020), orang-orang yang telah sembuh mungkin akan diberikan paspor imunitas yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat (AS).

Fauci mengatakan kepada CNN’s New Day, administrasi Tump tengah mempertimbangkan pengeluaran sertifikat yang menunjukkan bahwa seseorang yang terkena virus corona telah sembuh.

Hal tersebut dilakukan guna membantu mengurangi penularan. Sebab, masyarakat akan kembali bekerja dalam beberapa bulan mendatang.

"Ini adalah salah satu hal yang kami bicarakan. Kami ingin memastikan bahwa kami tahu siapa orang yang rentan dan tidak," tutur Fauci, seperti dikutip Business Insider.

"Ini merupakan sesuatu yang sedang dibahas. Saya pikir ini mungkin memiliki beberapa manfaat dalam keadaan tertentu," lanjutnya.

Pemerintah federal, menurut Fauci, tengah mempersiapkan pengerahan tes antibodi dalam jumlah yang besar dalam seminggu mendatang. Tes antibodi tersebut tengah divalidasi oleh Food and Drug Administration (FDA).

WHO anggap paspor imunitas tidak menjamin keselamatan dari infeksi kedua

Menurut Badan Organisasi Kesehatan (WHO), mengutip Boston Globe, Sabtu (25/4/2020), seseorang bisa terinfeksi virus corona kembali meskipun sudah sembuh.

Penemuan tersebut dapat membahayakan upaya yang memungkinkan orang-orang untuk kembali bekerja.

“Saat ini tidak ada bukti mereka yang sembuh dari Covid-19 dan memiliki antibodi terlindungi dari infeksi kedua,” kata salah satu badan PBB tersebut dalam sebuah pernyataan, Jumat (24/4/2020), mengutip Boston Globe.

Keduanya memungkinkan mereka untuk bepergian atau kembali bekerja berdasarkan asumsi, mereka aman dari terkena infeksi kembali.

Orang-orang yang memiliki hal tersebut memiliki kemungkinan untuk abai terhadap panduan kesehatan masyarat dan meningkatkan risiko penyebaran lebih lanjut.

Pengeluaran kartu imunitas menyebabkan kekhawatiran. Beberapa tes di tempat lain terbukti tidak bisa diandalkan.

Temuan WHO juga ditunjang oleh data yang melaporkan hot spot virus corona pertama di dunia seperti Korea Selatan dan China, mengutip NPR, Sabtu (25/4/2020), menunjukkan semakin banyak orang-orang yang sudah pulih nampaknya mengalami kembali penyakit tersebut.

Pada pertengahan April, otoritas kesehatan Korea Selatan menuturkan, lebih dari 2 persen dari pasien yang sudah pulih kembali dalam isolasi setelah dites positif untuk kedua kalinya.

Sementara di Wuhan, China, data dari beberapa fasilitas karantina di kota tersebut menunjukkan, sekitar 5–10 persen pasien yang sembuh dinyatakan positif setelah dites kembali.

Cile tetap akan mengeluarkan paspor imunitas

Kendati adanya peringatan dari WHO, namun Cile bersikeras akan mengeluarkan paspor imunitas kepada mereka yang telah sembuh dari virus corona.

Mengutip Reuters, Senin (27/4/2020), Sub-Secretary untuk Departemen Kesehatan Cile, Paula Daza, mengatakan kepada wartawan, Minggu (26/4/2020), kendati masih banyak ketidakpastian tentang virus corona, namun bukti menunjukkan adanya pengurangan risiko setelah terjangkit virus pertama kali.

"Salah satu yang kita ketahui adalah mereka yang telah hidup melalui penyakit tersebut memiliki kemungkinan lebih kecil untuk sakit kembali,” kata Daza mengutip Reuters.

Dia juga mengatakan, mensertifikasi status tersebut merupakan tujuan dari kartu imunitas yang sedang disiapkan dan akan segera dikirim ke pasien.

Namun, Daza memberi klarifikasi, sertifikat yang direncanakan untuk dikeluarkan Cile tidak menyatakan kekebalan.

Meski begitu, apa yang dikatakan oleh Daza kepada wartawan bertentangan dengan yang dikatakan oleh Manalich.

Manalich menuturkan, mereka yang telah sembuh dari virus corona merepresentasikan populasi yang kebal terhadap virus tersebut, dan tidak mampu menularkannya kepada orang lain.

https://travel.kompas.com/read/2020/04/29/072500827/wacana-paspor-imunitas-cile-yang-dinilai-kontroversial-apa-itu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke