Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Pengalaman WNI Puasa di Australia, Rindu Kumandang Azan Masjid

Indonesia sendiri memiliki waktu puasa setiap harinya 13 jam. Bagaimana dengan negara lainnya?

Dunia mencatat waktu terlama puasa berada di negara kawasan utara atau Skandinavia seperti Islandia, Finlandia, Norwegia dan lainnya. Sementara untuk negara paling singkat waktu puasanya yaitu Chili, Australia, Selandia Baru, dan lainnya.

Salah satu negara tetangga Indonesia yaitu Australia mengalami waktu puasa yang lebih cepat sekitar dua jam, yaitu kurang lebih 11 jam.

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) di Australia, Andi Reni Delilah, berbagi cerita dengan Kompas.com terkait pengalamannya berpuasa di Australia.

"Untuk lama puasanya cuma beda sedikit dari Indonesia. Tahun ini puasa 12 jam, awal-awal 12 jam 30 menit, tapi nanti mendekati lebaran menjadi 11 jam 40 menit," kata Delilah saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/5/2020).

Ia mengaku puasa kali ini merupakan tahun ketiganya berpuasa di Australia.

Menurutnya, puasa tahun ini terbilang lebih lama dari biasanya, karena Australia masih dalam musim gugur.

"Dua tahun lalu sih "diskon" puasanya enak banget, karena sudah masuk winter atau musim dingin. Sekarang masih autumn jadi diskonnya tipis-tipis," ujarnya.

Bagi dirinya, puasa di Australia sungguh berbeda dengan Tanah Air, terlebih di saat pandemi virus corona.

Hal yang membuat berbeda adalah tidak adanya kumandang azan di tempatnya. Alhasil, ia bahkan sampai memasang kumandang azan sendiri yang diputar melalui Youtube.

"Saya kan engga tinggal di daerah yang mayoritas muslim, jadi benar-benar engga pernah dengar azan," kata Delilah.

"Kadang-kadang ya masang azan sendiri dari Youtube, kangen tarawih ramai-ramai juga, karena masjid paling dekat dari rumah juga jauh," jelasnya.

Tambahnya, momen mudik Lebaran yang sudah menjadi tradisi di Indonesia pun juga dirindukan.

Namun, Delilah mengaku tak biasa mudik di pertengahan tahun seperti lebaran tahun ini. Biasanya, ia mudik ke Tanah Air pada bulan Desember atau akhir tahun.

"Saya sendiri biasanya mudik Desember. Selain karena keluarga besar kumpul-kumpulnya pas Desember, kantor di sini shut down periode atau libur dua minggu," kata Delilah.

"Tapi karena mudik selalu Desember, jadi kangen banget puasa atau lebaran di Indonesia, pergi cari kolak sore-sore, buru-buru makan biar engga telah tarawih di masjid," kenangnya.

Suasana Ramadhan yang berbeda juga ditambah lagi dengan wabah virus corona. Delilah menjelaskan, jika Ramadhan sebelumnya, ia bersama temannya terbiasa pergi ke toko Asian atau Indonesia untuk menyetok bahan-bahan minuman khas Ramadhan seperti sirup Marjan hingga bubuk cincau.

Namun, tahun ini ia berbelanja bahan makanan dan minuman tidak bersama teman-temannya lantaran social distancing untuk cegah penyebaran virus.

Hal lain yang membedakan yakni, tahun-tahun sebelumnya pada April-Mei, Sydney selalu punya acara atau festival menarik, salah satunya Vivid Sydney.

"Vivid Sydney itu seperti festival lampu gitu, jadi banyak wilayah di Sydney dihias pakai lampu yang dibentuk-bentuk sesuai tema, atau lampu ditembak/diproyeksikan ke gedung-gedung di tengah kota," terangnya.

Tahun lalu, Vivid Sydney berlangsung kala bulan Ramadhan. Alhasil, ia bersama teman-teman terbiasa berkeliling kota melihat festival itu, selepas buka bersama di restoran kota.

"Ya tahun ini jelas, engga ada bukber, jadi engga bisa ke festival itu. Nanti pas lebaran juga katanya engga akan ada open house di KJRI atau komunitas. Sedih aja sih," lanjutnya.

Alasannya adalah karena ia tinggal bersama dengan teman-temannya yang sama-sama dari Indonesia.

"Hampir setahun tinggal di Australia, ini puasa pertama sih kebetulan. Di sini karena kebetulan serumah sama orang-orang Indonesia juga jadi masih berasa sih suasana puasanya," kata Farraz saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/5/2020).

Namun, sama seperti Delilah, ia merindukan kumandang azan seperti di Indonesia. Hasilnya, ia mengobati rasa rindu suara azan dengan mendengarkannya melalui gadget.

Momen Ramadhan di Australia yang pertama bagi Farraz, juga menjadi suatu hal yang baru terlebih selama masa pandemi.

Selain tidak bisa ibadah di masjid karena pemerintah telah menutup tempat ibadah sejak pertengahan Maret guna mencegah virus corona, ia juga mengaku hanya lebih banyak di rumah, termasuk dalam menempuh pendidikannya.

"Saya kuliah di University of Melbourne. Nah sekarang kuliah semuanya sudah online, jadi sehari-hari ya di rumah saja. Sebenarnya malah enak sih, karena jadi engga berasa puasanya," ujarnya sembari tertawa.

Lanjutnya, Australia juga sedang memasuki musim dingin yang membuat ibadah puasa tidak begitu terasa melelahkan.

Sementara itu, kata dia, Pemerintah Australia tidak menerapkan kebijakan lockdown namun tetap memberlakukan social distancing yang ketat.

Menurut informasinya, untuk di Melbourne sendiri maksimal kegiatan di luar rumah hanya boleh dua orang.

Wabah virus corona juga membuat Farraz menunda untuk mudik ke Tanah Air lantaran close border yang diterapkan Australia.

"Tahun lalu sih rencananya pas winter break sekitar Juni sampai Agustus mau pulang, tapi karena pandemi, mau enggaK mau tertunda dulu," kata Farraz.

"Soalnya kan Australia close border ya, jadi kalau mau pulang ke Indonesia belum tentu bisa balik lagi ke sini. Takutnya jadi engga bisa lanjut kuliah semester depan," terangnya.

https://travel.kompas.com/read/2020/05/05/081500527/pengalaman-wni-puasa-di-australia-rindu-kumandang-azan-masjid

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

11 Tempat Ngabuburit Murah di Tangerang Raya, Ada yang Gratis

11 Tempat Ngabuburit Murah di Tangerang Raya, Ada yang Gratis

Jalan Jalan
Okupansi Turun, Hotel di Yogya Jual Paket Bukber untuk Tutup Biaya Operasional

Okupansi Turun, Hotel di Yogya Jual Paket Bukber untuk Tutup Biaya Operasional

Hotel Story
Garuda Indonesia Tambah Frekuensi Penerbangan, Surabaya-Singapura 5 Kali Seminggu

Garuda Indonesia Tambah Frekuensi Penerbangan, Surabaya-Singapura 5 Kali Seminggu

Travel Update
3 Tips agar Tidak Kena Biaya Tambahan Bagasi Pesawat

3 Tips agar Tidak Kena Biaya Tambahan Bagasi Pesawat

Travel Tips
Bali Jadi Tujuan Pertama Penerbangan Emirates A380 di Indonesia

Bali Jadi Tujuan Pertama Penerbangan Emirates A380 di Indonesia

Travel Update
Panduan Lengkap Main ke Taman Pejatian Pasar Minggu

Panduan Lengkap Main ke Taman Pejatian Pasar Minggu

Travel Tips
Agenda Ramadhan 2023 di Masjid Syeikh Zayed, Ada Pembagian Takjil Buka Puasa

Agenda Ramadhan 2023 di Masjid Syeikh Zayed, Ada Pembagian Takjil Buka Puasa

Travel Update
Bus Dilarang Parkir Sekitar Masjid Sheikh Zayed, Ini Lokasi Parkirnya

Bus Dilarang Parkir Sekitar Masjid Sheikh Zayed, Ini Lokasi Parkirnya

Travel Tips
Tips Shalat Tarawih di Masjid Sheikh Zayed, Ingat Lokasi Sandal

Tips Shalat Tarawih di Masjid Sheikh Zayed, Ingat Lokasi Sandal

Travel Tips
Bakal Ada Bandara Bernama Surabaya di NTT, Dibangun di Bekas Bandara Jepang

Bakal Ada Bandara Bernama Surabaya di NTT, Dibangun di Bekas Bandara Jepang

Travel Update
3 Julukan Inggris, Pengaruh Revolusi Industri hingga Sepak Bola

3 Julukan Inggris, Pengaruh Revolusi Industri hingga Sepak Bola

Travel Update
Bagasi Penumpang Pesawat Kelebihan, Bagaimana Cara Hitung Biayanya?

Bagasi Penumpang Pesawat Kelebihan, Bagaimana Cara Hitung Biayanya?

Travel Tips
Jelajah Danau Rana Loba di Manggarai Timur, Bisa Lihat Burung Bangau

Jelajah Danau Rana Loba di Manggarai Timur, Bisa Lihat Burung Bangau

Jalan Jalan
Batik Air Terbang ke India dari 6 Kota di Indonesia Ini

Batik Air Terbang ke India dari 6 Kota di Indonesia Ini

Travel Update
Hujan Es di Puncak Gunung Merbabu, Fenomena Langka

Hujan Es di Puncak Gunung Merbabu, Fenomena Langka

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+