Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wisata Virtual ke 8 Kedai Kopi Legendaris di Jakarta, Ada yang Berdiri Sejak 1878

JAKARTA, KOMPAS.com - Kopi bisa dikatakan sebagai minuman yang menemani hari-harimu selama di rumah. Bagi para pencinta kopi, tentu memiliki kedai kopi yang asyik dengan keunikannya tersendiri.

Demi menarik pencinta kopi untuk tetap berwisata meski hanya di rumah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama komunitas JKT Good Guide (JGG) melangsungkan acara "Virtual Community Trip" bertemakan Ngabuburit Wisata Kopi di Jakarta, Jumat (8/5/2020) pukul 16.00 WIB.

Kompas.com berkesempatan mengikuti acara jalan-jalan virtual ini, bersama dengan lebih dari 100 peserta tur yang hadir pada aplikasi Zoom.

Jalan-jalan ini dipandu oleh pemandu wisata dari JKT Good Guide bernama Cindy Tan. Ia pun mengawali memandu dengan menceritakan sejarah kopi di dunia dan di Indonesia.

Setelah itu, ia mulai memandu ke beberapat tempat kopi di Jakarta yang sarat sejarah dan unik di antaranya Kopi Es Tak Kie, Warung Tinggi PD, Kopi Kong Djie, Bakoel Koffie, Toko Kopi Luwak Gondangdia, Phoenam Coffee Shop, Toko Sedap Djaja atau Kopi Bis Kota, dan terakhir Kopi Johny.

"Tempat kopi legend di Jakarta, saya rangkum ada tiga toko kopi yang legend, terus ada toko kopi lainnya. Kalau dihitung perjalanan biasanya menempuh 35 kilometer, tapi karena virtual jadi kita hanya bisa lihat-lihat saja sementara," kata Cindy.

Dari virtual tur ini, banyak ditemukan kedai kopi hidden gems atau tersembunyi di tengah Jakarta.

Berikut 8 kedai kopi legendaris dan tersembunyi di Jakarta:

1. Kopi Es Tak Kie

Kedai kopi pertama yang dikunjungi adalah Kopi Es Tak Kie. Kedai kopi ini termasuk legendaris di Jakarta karena sudah  ada sejak 1927.

Banyak pula dikunjungi pejabat dari berbagai periode pemerintahan, hingga selebriti.

Dulunya, pendiri toko kopi yang bernama Liong Kwie Tjong merupakan pedagang kopi kaki lima.

Singkat cerita, dagangan kopi tersebut laku keras, hingga ia memutuskan untuk sewa kios kecil di suatu rumah Belanda. Bangunan itu lah yang masih berdiri hingga sekarang.

Minuman kopi andalannya adalah Kopi O atau kopi hitam original. Cindy merekomendasikan agar memesan kopi O dingin karena ketika perjalanan ke kedai kopi suasana terasa panas.

"Lokasinya di situ kan gang, jadi kalau datang mending pesan Kopi O yang dingin, karena di sana lokasinya panas," kata Cindy.

Selain itu, kamu juga bisa memesan makanan karena tempat kopi ini juga menjual nasi tim, siomay, dan lainnya.

Kopi ini tepatnya berada di Gang Gloria, Glodok, Jalan Pintu Besar Selatan, Taman Sari, Jakarta Barat.

Kopi ini posisinya berada tak jauh dari Kopi Es Tak Kie. Cukup sulit mencari toko ini karena merupakan salah satu toko kopi yang tersembunyi di Jakarta.

Kopi yang dulunya bernama Tek Sun Ho ini berada di Jalan Tangki Sekolah Nomor 6 Mangga Besar, Taman Sari, Jakarta Barat.

Pada orde baru, Presiden Soeharto yang mengharuskan semua orang keturunan China menggunakan nama Indonesia. Oleh karena itu, nama Tek Sun Ho pun diganti menjadi Warung Tinggi.

Cindy menjelaskan, toko kopi ini lah yang tertua di Indonesia. Berdiri sejak 1878, toko kopi ini telah berusia lebih kurang 142 tahun.

Warung kopi ini didirikan oleh seorang bernama Tek Sun, yang lalu diteruskan oleh anak angkatnya, Liaw Tek Siong.

Keunikan warung kopi ini adalah dari konsep warung yang tadinya merupakan warung nasi. Namun ternyata, pelanggan lebih banyak yang memesan kopi buatan Tek Sun ketimbang nasi.

Singkat cerita warung nasi pun ditutup dan kedai kopi pertama dibuka. Hingga kini, kedai kopi memiliki lebih dari 200 jenis kopi racikan, salah satunya kopi luwak original.

Selain itu, tempat ini merupakan toko kopinya saja yang berarti hanya menjual biji kopi dan tidak menyajikannya.


3. Kong Djie Coffee, Cideng

Warung kopi ketiga yang dikunjungi adalah Kong Djie Coffee Cideng. Lokasinya berada di Jalan Biak, Cideng, Jakarta Pusat.

Warung kopi ini merupakan kedai kopi pertama Kong Djie Coffee di Jakarta.

Sekadar informasi, kedai kopi Kong Djie sendiri berasal dari Manggar, Belitung yang telah berdiri sejak 1943.

Warung kopi Kong Djie hingga kini telah berada di hampir seluruh wilayah Jakarta. Namun, jika kamu ingin mencari yang pertama berdiri, kedai kopi di Cideng inilah yang bisa dikunjungi.

Kopi yang populer dan wajib dicoba tentu saja Kopi O dan kopi susu panasnya. Jenis kopi yang ada yaitu arabika dan robusta.

Warung kopi ini masih memiliki hubungan dengan Warung Tinggi PD, karena didirikan oleh pendiri yang sama yaitu Tek Sun Ho.

Bisa dikatakan, Warung Tinggi merupakan toko penjual biji kopinya, dan Bakoel Koffie adalah kedai kopinya atau kafe.

Adalah generasi keempat dari Tek Sun Ho, pada tahun 2003 meluncurkan kembali toko kopi Tek Sun Ho dalam bentuk kafe yang dinamakan Bakoel Koffie. Pertama kali berdiri di Cikini, Jakarta Pusat.

Pada rentang waktu antara 2001-2010, sudah terdapat delapan kafe Bakoel Koffie di Jakarta seperti di Barito, Pondok Indah Mall, Cikini, Juanda, Senopati, Bellagio, La Piazza Kelapa Gading, Bintaro Sektor 3, dan Bintaro Sektor 7.

Nama Bakoel Koffie sendiri diambil dari ikon seorang pedagang wanita atau penjaja kopi di masa lalu, yang memikul bakul di atas kepalanya.

Konon, ini adalah cikal bakal dari hadirnya Bakoel Koffie yang didirikan Tek Sun Ho.

"Wanita ini pemasok kopinya. Ibu-ibu di atas kepalanya membawa bakul. Suatu hari, ibu-ibu penjual ini yang biasanya menawarkan sayur, justru menawarkan biji kopi yang baru dipetik kepada Tek Sun. Ia pun kaget mengapa bisa ada biji kopi karena kopi sangat langka dijajakan kala itu. Singkat cerita Tek Sun mengolah biji kopi tersebut hingga seperti sekarang," jelas Cindy.

Lambang ikonik ini bisa kamu temukan di setiap gerai Bakoel Koffie.

5. Toko Kopi Luwak Gondangdia

Kedai yang merupakan toko kopi ini telah melegenda. Meski demikian, letaknya cukup tersembunyi dan tak jauh dari pasar dan Stasiun Gondangdia.

Kopi Luwak Gondangdia tepatnya berada di Jalan Srikaya I Nomor 25, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat.

Toko kopi ini begitu populer sejak berdiri pada 1930. Bahkan, toko ini sempat menjadi langganan Presiden Soeharto menikmati secangkir kopi.

"Toko kopinya kecil banget, ada di dekat Stasiun Gondangdia, dan toko roti Lauw. Mengapa legend, karena sempat ada satu masa menjadi kopi kesukaannya Presiden Soeharto," kata CIndy.

Jenis kopi yang dijual tidak banyak, hanya arabica dan robusta. Dulunya, toko kopi ini bernama Toko Kopi Cap Burung Kenari karena dahulu, daerah tersebut semua toko kopi memakai nama burung.

Saat ini, toko dikelola oleh Yulin yang merupakan generasi ketiga Toko Kopi Luwak Gondangdia.

Pada tahun 2012, toko ini berubah nama menjadi Kopi Luwak Gondangdia karena meminjam kepopuleran kopi Luwak pada masa itu. Hal tersebut sekaligus menjawab mengapa toko kopi Luwak tidak satu pun menjual kopi Luwak.

Ada banyak stok kopi yang dijual di sini. Pelanggan bisa membeli per kilogram, atau bahkan masih dalam bentuk biji maupun sudah digiling.

Berlokasi tak jauh dari toko Kopi Luwak Gondangdia, ada satu tempat kopi yang sebenarnya berasal dari Makassar.

Phoenam sendiri singkatan dari phoe dan nam yang berarti sebelah selatan sungai. Toko ini di Makassar sudah ada sejak 1946.

Kemudian, warung kopi ini juga membuka cabang di Jakarta dengan tetap menghadirkan kopi khasnya yaitu kopi Toraja.

Pelanggan bisa menikmati secangkir kopi hitam atau kopi susu di sini ditemani satu piring kecil berisi pisang goreng, dan roti panggang.

7. Toko Sedap Djaja Wong Hin atau Kopi Bis Kota

Toko Sedap Djaja Wong Hin ini berada di pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Toko kopi ini sudah ada sejak tahun 1943 dan kini telah dikelola oleh generasi ketiga.

Jenis kopi yang dijual yaitu arabika, robusta, dan satu yang unik yaitu WB. Keunikan kopi WB yang berasal dari tanah Jawa itu terletak pada biji kopi yang belum matang, dan sengaja dipetik.

"Kalau misalnya biji kopi yang diolah itu kan warnanya merah, kalau ini dipetik ada yang kuning, hijau. Lalu disangrai, dan digiling. Kafeinnya kencang dan bisa bikin orang susah tidur, rasanya unik dibandingkan kopi lainnya," kata Cindy.

Toko kopi ini juga bergabung dengan toko sembako. Tak heran, jika berkunjung ke sana, kamu akan menemukan beras, dan bahan sembako lainnya berjejeran di tengah dagangan kopi.

Toko kopi Bis Kota juga memiliki keunikan lain dari kemasan kopi klasik berwarna cokelat lengkap dengan tulisan ejaan lama.

Dinamakan bis kota karena pada masa itu, orang Jakarta kerap menggunakan bus kota sebagai alat transportasi.

Jika kamu turun di halte Transjakarta Jatinegara, cukup berjalan sekitar satu kilometer ke arah pasar, dan kamu akan menemukan satu toko kopi yang bergabung dengan toko sembako.

Siapa sangka, kedai kopi yang dikenal dengan kopi Johny ini asalnya bernama Kwang Koan. Namun karena orang lebih mengenal si pemilik warung kopi yaitu Johny, maka nama warung pun berganti menjadi Kopi Johny.

Pemilik warung yaitu Johny berasal dari Manado, dan ia terinspirasi menamakan Kwang Koan dari satu kampung kopi di Manado, tepatnya dekat dengan Bukit Kasih.

Pilihan kopi yang dapat dinikmati di sini adalah kopi hitam dan kopi susu. Selain itu, pelanggan juga bisa memesan menu camilan lain untuk menemani kopi yaitu bakpao.

Hal yang spesial dari kopi yang disajikan terletak pada proses pembuatannya. Biji kopi di Kopi Johny tidak digiling hancur lalu diseduh, melainkan difermentasikan beberapa tahun kemudian direbus.

Jika kamu sudah sering ke sini, cukup duduk dan diam sejenak, tanpa perlu memesan ke pemilik warung yaitu Johny. Hal ini karena biasanya, Johny sudah hafal siapa saja pelanggannya.

"Koh Johny nanti bakal bikinin langsung kalau sudah lihat pelanggannya. Kita tinggal diam duduk saja. Nanti kopi dan pesanan kita datang. Dia sudah tahu pasti kita mau pesan apa," ujar Cindy.

https://travel.kompas.com/read/2020/05/08/225200227/wisata-virtual-ke-8-kedai-kopi-legendaris-di-jakarta-ada-yang-berdiri-sejak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke