Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Prediksi Perubahan Bisnis Kuliner di Era New Normal

Untuk mengantisipasinya, banyak restoran dan kafe yang kini menerapkan konsep pesan antar makanan, take away, hingga drive thru.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengemukakan beberapa cara agar para pelaku bisnis khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) makanan dan minuman dapat bertahan di tengah pandemi.

"Bagaimana kita memasarkan produk ini terjadi perubahan, meng-handling makanan terjadi perubahan, semua harus mengikuti protokol kesehatan," ujar Adhi dalam telekonferensi Krista Exhibitions bertajuk Recovery of the Food & Beverage Industry After Covid-19, Rabu (20/5/2020).

Lebih jelasnya, terdapat empat perubahan yang perlu diantisipasi dengan adanya perubahan pola kehidupan dan bisnis makanan dan minuman.

Pertama, Adhi mengungkapkan soal shifting in sales channels atau pergeseran saluran penjualan. Menurutnya, saluran penjualan makanan kini semuanya harus mengikuti protokol kesehatan Covid-19.

"Saya beberapa kali order makanan dari warung-warung dan mereka ternyata juga mengikuti protokol, mereka mengikat kemasan atau bungkus makanannya dengan plastik dan mengikatnya dengan cable ties," ungkapnya.

Hal tersebut mengartikan bahwa beberapa UMKM makanan dan minuman sudah siap untuk menyambut New Normal yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan.

Kedua, shifting the mindset of earning income and spending. Menurut Adhi, dalam mencari pendapatan dan pengeluaran pun pelaku bisnis perlu berubah.

Ia mencontohkan bahwa pelaku bisnis perlu mengetahui setiap kelas sosial yang memiliki karakter berbeda, akan dipengaruhi oleh Covid-19. Hal inilah yang akan menimbulkan perubahan dalam gaya hidup setiap konsumen.

"Orang tidak mikir beli yang mewah, mahal, tapi lebih mikir bagaimana kehidupannya dengan membeli makanan yang lebih bergizi dan lain sebagainya," contohnya.

Ketiga, shifting in the mindset of food safety and resource. Kata dia, orang akan cenderung memperhatikan bagaimana kebersihan makanan dan keamanan dari produk yang akan dibelinya.

"Mereka akan lebih ingin mengetahui dari mana asal makanan, sehat atau tidak, nutrisinya, dan lainnya," tutur Adhi.

Keempat, berkaitan dengan shifting in brand loyalty. Pada perubahan ini, orang cenderung tidak melihat merek atau brand dari produk makanan minuman.

Menurut Deden, brand akan menempati posisi kedua atau ketiga dalam hal yang dicari konsumen.

"Karena sekarang, konsumen lebih memikirkan ketersediaan. Begitu mereka membeli barang tidak tersedia, mereka tidak mikir merek apa, langsung mencari yang ada saja. Tapi mereka juga akan memikirkan safety, kalau tidak safety, mereka tidak akan membeli," jelasnya.

Hal tersebut, ungkap Deden, akan menjadi tantangan tersendiri bagi brand yang sudah memiliki nama. Namun di sisi lain akan menjadi peluang bagi new comer.

https://travel.kompas.com/read/2020/05/31/070300627/4-prediksi-perubahan-bisnis-kuliner-di-era-new-normal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke