Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Itinerary Kulineran di Banjarmasin 4 Hari 3 Malam, Bisa Secara Virtual

Kali ini, Kompas.com berkesempatan mengikuti virtual tour ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Virtual tur yang diadakan penyedia jasa wisata, Atourin ini dilaksanakan pada Kamis (28/5/2020) malam.

Selama kurang lebih dua jam, peserta tur diajak berkeliling tempat wisata di Banjarmasin, yang ternyata lebih banyak wisata kulinernya.

Sekitar 40 orang peserta diajak berkeliling Banjarmasin dengan itinerary 4 hari 3 malam seperti ketika berwisata langsung.

Wisata pun dipandu langsung oleh pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Banjarmasin, Arie.

Berikut tempat-tempat yang dikunjungi dalam wisata virtual tur Banjarmasin


Hari pertama

Tiba di bandara Syamsudin Noor International Airport

Peserta akan tiba di Banjarmasin malam hari. Seolah-olah menggunakan pesawat, visualisasi yang ditampilkan pun adalah situasi di bandara Syamsudin Noor, tempat meeting point peserta.

Kami pun disambut oleh pemandu wisata yaitu Arie di bandara.

"Selamat datang teman-teman semuanya di Banjarmasin," sapa Arie ke para peserta virtual tour.

Arie pun menjelaskan bandara ini direnovasi menjadi delapan kali lebih luas dibandingkan sebelumnya. Pembangunan renovasi bandara diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Desember 2019.

Rumah Makan Lontong Orari Banjarmasin

Tujuan pertama wisata virtual adalah menikmati makan malam di salah satu tempat makan khas dan favorit Banjarmasin, yaitu Rumah Makan Lontong Orari.

Tempat makan ini dikenal dengan nama Orari karena dulunya menjadi tempat berkumpul anak muda penyiar radio ORARI atau Organisasi Amatir Radio Indonesia di Banjarmasin.

Tempat makan ini sudah buka sejak tahun 1980an. Menu makanan khasnya yaitu lontong dengan bentuk segitiga.

"Jadi bukan lontong bulat, tapi bentuknya segitiga. Terus kuahnya juga kental banget. Lauknya paling favorit itu ikan haruan, kalau di Jawa namanya ikan gabus. Itu khasnya karena rasanya gurih dan tekstur dagingnya lembut," jelas Arie.

Satu porsi piring lontong orari dibandrol seharga Rp 40.000. Menurut Arie harga tersebut sudah cocok karena ukuran lontongnya yang besar.

Efa Hotel Banjarmasin

Usai makan malam virtual, peserta diajak langsung beristirahat di Efa Hotel Banjarmasin. Lokasinya berada di Kabupaten Banjar perbatasan dengan kota Banjarmasin.

Arie merekomendasikan hotel ini ke wisatawan jika datang ke Banjarmasin, alasannya karena menurut dia suasana masih asri dan tidak jauh dari kota Banjarmasin.

Untuk harga sewa kamar per malam Rp 300.000.

Lok Baintan Floating Market

Usai istirahat malam, kami diajak untuk bangun pagi dan bergegas berangkat ke Lok Baintan Floating Market atau pasar terapung Lok Baintan.

Sekitar pukul 05.30 WIB kami diharuskan berangkat menuju pasar tersebut untuk melihat pemandangan pasar perahu.

"Kita akan naik perahu klotok. Sebuah perahu bermesin yang bisa muat sampai 25 orang. Kita harus pergi pagi karena pasarnya buka dari jam 6 pagi sampai jam 9 pagi sudah bubar. Nah, nama perahu klotok itu karena bunyinya terdengar seperti klotok klotok klotok..." terang Arie.

Visualisasi yang kami lihat pun banyak pedagang yang didominasi ibu-ibu di atas perahu. Mereka banyak berjualan mulai dari nasi kuning, buah-buahan, lauk pauk dan lainnya.

Keunikan pasar ini adalah semua transaksinya benar-benar dilakukan di atas perahu yang mengapung di atas sungai.

Mereka berjualan di atas sungai Martapura yang panjangnya sekitar 80 kilometer.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarmasin, Ikhsan Alhaq yang mengikuti virtual tur menambahkan, pasar terapung memang sudah menjadi tradisi dari masyarakat Kalimantan Selatan.

"Sudah hampir setengah milenium pasar terapung ini berlangsung. Sudah lama sebenarnya eksistensi pasar terapung. Karena dahulu Banjarmasin ini jalan-jalan darat tidak terlalu banyak atau hampir tidak ada, akses penduduknya ya dari sungai," kata Ikhsan.

Soto Bang Amat Banjarmasin

Setelah puas melihat tampilan virtual kondisi pasar terapung, kami pun diajak sarapan soto Banjarmasin, tepatnya yang favorit di Soto Bang Amat.

Lokasinya berada di Benua Anyar, Banjarmasin. Tampilan foto dari soto Banjarmasin ini benar menggugah selera peserta virtual tur.

Bentuk irisan ketupat bercampur soto dengan lauk telur bebek, suiran ayam kampung, serta kuah begitu menyegarkan pandangan mata kami.

Soto Banjar dikenal memiliki kuah yang bening dan lengkap dengan irisan jeruk nipis, dan bawang goreng.

Satu porsinya dihargai Rp 18.000 hingga Rp 25.000. Apabila corona sudah usai, kamu bisa mengunjungi warung makan soto ini pada pagi hingga siang hari. Sore hari warung ini sudah tutup.

Pendulangan Intan Cempaka

Banjarmasin dikenal juga dengan kota pendulang intan. Kami pun diajak langsung melihat visualisasi di tempat pendulangan intan cempaka.

Kualitas intan Banjarmasin, dikatakan Arie memiliki kualitas dengan daya saing dunia.

Kami pun melihat visualisasi para pekerja pendulang intan menggunakan alat tradisional bernama Linggang.

"Bentuknya seperti kerucut, terbuat dari kayu," kata Arie.

Jika berkunjung langsung ke sini, kata Arie, wisatawan dapat mencoba langsung mendulang intan.

Pendulangan intan cempaka ini sudah ada sejak masa Kerajaan Banjar tahun 1700an.

Cahaya Bumi Selamat Pasar Permata

Puas melihat cara mendulang intan di Cempaka, kami diajak melihat visualisasi pasar Permata, tempat penjualan intan, dan bahan alam lainnya seperti permata.

Lokasinya berada di Cindai Alus, Banjar. Pasar ini adalah pusat tempat menjual dan membeli barang-barang logam mulia.

Pasar ini juga menjual suvenir khas Dayak Banjar seperti manik-manik, aksesoris dan lainnya. Pasar ini buka hingga sore sekitar pukul 16.00 WIB.

Arie memberikan tips untuk tidak berkunjung pada hari Jumat, karena sebagian besar toko akan tutup di hari tersebut. Para pedagang akan beribadah di hari Jumat, oleh karenanya toko akan tutup.

Depot Simpangan

Setelah melihat pasar Permata, kami kembali diajak menikmati kulineran di Depot Simpangan. Lokasinya berada di Jalan Ahmad Yani, Mentaos, Banjar.

Tempat makan ini menjadi tempat favorit bagi wisatawan penggemar ikan bakar atau ikan goreng.

"Makanan khas Banjar di sini ada ikan nila goreng, ikan haruan bakar, dan ikan seluang. Ada juga udang galah yang mantap. Tempat ini recommended banget buat makan siang," ujar Arie.

Meratus Resort

Perjalanan selanjutnya, kami bergeser 130 kilometer dari Martapura tepatnya di Meratus Resort, Desa Loklahung, Kalimantan Selatan, untuk beristirahat malam.

Penginapannya masih terasa tradisional dengan rumah-rumah kamarnya terbuat dari kayu ulin, kayu khas Kalimantan.

Harga menginapnya Rp 300.000 per malam.

Loksado

Pagi harinya, kami diajak mengunjungi Loksado yang merupakan dermaga bambu rafting atau rakit bambu.

Peserta diajak rafting dengan menggunakan semacam perahu terbuat dari bambu. Dulunya, kata Arie, orang memanfaatkan bambu untuk dijual di sungai. Lama kelamaan, justru hal ini menjadi daya tarik wisatawan.

"Bambu-bambu tersebut diikat menjadi satu, dan dapat kuat diisi oleh maksimal tiga orang," kata Arie.

Jika berkunjung ke sini, wisatawan akan didampingi satu orang pemandu atau operator agar rafting bambu dapat berjalan.

Loksado ini begitu unik karena wisatawan diajak menikmati pengalaman wisata rafting tidak dengan perahu karet, melainkan perahu bambu.

Harga sewa rafting bambu ini mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 300.000 untuk satu bambu.

Balai Malaris

Tempat wisata selanjutnya adalah Balai Malaris. Kami diajak melihat balai adat dari suku Dayak Meratus, Kalimantan Selatan.

Tampak sebuah rumah adat dari suku Dayak Meratus menyapa kami dari layar laptop. Bentuknya yaitu seperti rumah panjang.

Rumah-rumah adat Dayak Meratus juga sama seperti suku Dayak lainnya yang dapat dihuni hingga kurang lebih 15 keluarga.

Sementara itu, untuk Balai Malaris sendiri kosong dan hanya digunakan pada saat acara adat seperti upacara ritual aruh adat.

Danau Panggang

Kami diajak berwisata melihat kerbau rawa di Danau Pnaggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.

Arie mengatakan kerbau rawa di sini sangat khas dengan warna abu-abu dan tanduknya lebih panjang dari kerbau biasa.

Namun, kabar kurang menyenangkan karena populasi kerbau rawa sendiri saat ini tinggal 800 ekor. Sebelumnya kerbau rawa bisa mencapai jumlah 2000 ekor.

Hal ini kata Arie karena bahan pangan yang berkurang. Adapun makanan kerbau rawa seperti daun-daun rawa.

Jika berkunjung langsung ke sini, wisatawan tidak perlu membayar biaya kunjungan.

Ketupat Kandangan Haji Irus

Wisatawan virtual diajak makan malam di hari ketiga, tepatnya makan malam di Ketupat Kandangan Haji Irus, Hamalau, Kalimantan Selatan.

Menu satu porsi ketupatnya sangat khas dengan kuah yang sangat kental. Lauknya pun juga khas yaitu ikan haruan.

Ikan haruan di Kandangan, Kalimantan Selatan biasa dimasak dengan dibakar atau diasapkan.
Daerah Kandangan juga dikenal dengan menu kuliner dengan banyak santan, hal ini karena buah kelapa yang berlimpah di daerah tersebut.

Harga satu porsinya Rp 20.000 hingga Rp 25.000.

Swiss-Belhotel Borneo Banjarmasin

Kami pun mengakhiri hari ketiga dengan menginap di Swiss-Belhotel Borneo Banjarmasin. Lokasinya sangat strategis karena berada di pusat kota Banjarmasin.

Patung Bekantan

Hari terakhir, kami menuju destinasi pertama yaitu Patung Bekantan, Jalan Kapten Piere Tendean, Kota Banjarmasin.

Patung ini setinggi 6,5 meter dan berada di pinggir sungai Martapura. Bekantan sendiri memang merupakan binatang khas yang ada di Banjarmasin dan menjadi simbol provinsi Kalimantan Selatan.

Biasanya, wisatawan akan berfoto di depan patung Bekantan ini lalu berwisata sungai menggunakan perahu klotok.

Masjid Sultan Suriansyah

Selanjutnya, kami diajak berwisata sejarah ke bangunan tempat ibadah yaitu Masjid Sultan Suriansyah, Jalan Kuin Utara, Banjarmasin Utara.

Kekhasannya yaitu masjid ini merupakan masjid tertua di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan. Masjid ini didirikan oleh Sultan Suriansyah, sesuai dengan nama masjid.

Melihat tampilan visualnya, masjid ini didominasi oleh warna hijau karena warna klasik khas Banjarmasin. Selain itu arsitekturnya dipengaruhi oleh budaya Banjar dan Jawa.

Hal ini karena Kerajaan Islam Banjar dipengaruhi oleh Kerajaan Demak di Jawa Tengah.

"Kerajaan Banjar itu sejarahnya Raja Banjar atau Sultan Suriansyah masuk Islam dibawa oleh pemuka agama dari Kerajaan Demak," jelas Arie.

Irma Sasirangan

Setelah puas berwisata, tiba saatnya kami membeli oleh-oleh khas Banjarmasin, tepatnya di Irma Sasirangan.

Peserta juga diajak membeli oleh-oleh secara nyata. Oleh-oleh Banjarmasin yang ditawarkan yaitu Amplang Ikan Tenggiri seharga Rp 129.000 satu kilogramnya.

Irma Sasirangan sendiri merupakan nama dari sebuah batik khas Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Selain bisa membeli batik Irma Sasirangan, wisatawan juga bisa melihat langsung cara pembuatan batik tersebut di sini.

Tempat ini, satu kampungnya merupakan penjual batik.

Rumah Makan Haji Fauzan

Kami pun mengakhiri wisata dengan wisata kuliner di Rumah Makan Haji Fauzan, Jalan Sultan Adam, kota Banjarmasin.

Menu makanannya masih sama khas di Kota Banjarmasin, yaitu ikan bakar dan ikan goreng.

https://travel.kompas.com/read/2020/05/31/121000327/itinerary-kulineran-di-banjarmasin-4-hari-3-malam-bisa-secara-virtual

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke