Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wisata ke Pantai Glagah Wangi Istambul, Naik Perahu hingga Lihat Sunset

Jika biasanya wisata pantai diisi oleh kegiatan bermain pasir, berenang, snorkeling atau pun diving, salah satu pantai di Demak menghadirkan daya tarik wisata yang berbeda.

Nama pantai ini adalah pantai Glagah Wangi Istambul. Baru-baru ini, pantai Glagah Wangi Istambul masuk dalam 10 nominasi destinasi wisata baru yang dihelat Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020.

Pantai ini menawarkan keindahan berwisata hutan mangrove yang bisa terlihat di sepanjang sungai, sebelum wisatawan sampai di ujung pantai.

Ahmad Zamroni, selaku Seksi Humas Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Istambul Karya yang merupakan pengelola pantai Glagah Wangi mendeskripsikan bagaimana daya tarik wisata pantai ini sehingga bisa masuk dalam nominasi tersebut.

"Pantai ini menawarkan panorama alam berupa hutan mangrove di sepanjang sungai menuju pantai Glagah Wangi. Kemudian pengunjung akan disuguhi pantai dengan garis yang luas dan panjang serta kondisi pasir yang halus menjadi arena bagi pengunjung untuk menikmati dan bermain air di pantai dengan nyaman," kata Ahmad saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/7/2020).

Hutan Mangrove jadi andalan wisata Pantai Glagah Wangi Istambul

Jika wisata pantai lainnya menawarkan kegiatan snorkeling dan diving, hal ini tidak terjadi di pantai Glagah Wangi Istambul.

Ahmad mengakui jika kegiatan snorkeling dan diving belum ada di pantai Glagah Wangi. Namun, pihaknya punya cara lain dengan membawa program wisata alam yaitu mengunjungi "Laboratorium Mangrove" untuk menarik wisatawan.

Laboratorium yang dimaksud bukan sebuah tempat di dalam ruangan, melainkan di luar ruangan yang berisikan jenis-jenis pohon mangrove.

"Kita sudah membuat program Laboratorium Mangrove yang mempunyai jenis-jenis Mangrove terlengkap di Indonesia bahkan dunia," ujarnya.

Berdasarkan kiriman foto-foto yang dijepret langsung olehnya, terlihat bagaimana hutan mangrove terlihat masih hijau dan asri.

Terdapat lorong-lorong jembatan kayu yang mengantarkan wisatawan membelah hutan mangrove.

Pengalaman ini yang akan dirasakan wisatawan sebelum menuju pantai.

"Sesampainya di dermaga menuju pantai, terdapat jalur jembatan kayu yang membelah hutan mangrove dengan sinar matahari yang menyelinap di antara dedaunan pohon mangrove. Bahkan kepiting bakau yang bermunculan di antara akar mangrove dapat terlihat," jelasnya.

Ia pun mengungkapkan bahwa lokasi jalur jembatan kayu ini adalah salah satu spot favorit wisatawan untuk mengambil foto.

Tak habis di situ, ketika hendak sampai pantai Glagah Wangi, terdapat sebuah jalur jembatan kayu lagi yang menjorok ke lautan, kata dia.

"Ini menjadi salah satu daya tarik pengunjung untuk mengambil foto seakan-akan berada di tengah-tengah lautan," tambahnya.

Lihat Sunset Pantai Glagah Wangi pakai ojek perahu

Ahmad melanjutkan, pantai Glagah Wangi juga menawarkan keindahan melihat matahari terbenam atau sunset, sama seperti pantai lainnya.

Namun yang lebih menarik adalah, kata dia, wisatawan dapat merasakan pengalaman berbeda melihat sunset dengan menggunakan ojek perahu menyusuri hutan mangrove.

"Situasi area pantai berlatar belakang hijau rimbun dan teduh tanaman mangrove," katanya.

Selain itu, pengunjung akan menikmati perjalanan menuju pantai Glagah Wangi menggunakan ojek perahu menyusuri hutan mangrove sehingga memberikan kesan tersendiri bagi wisatawan selama perjalanan menuju pantai," ungkapnya.

Tingginya antusiasme wisatawan ke pantai Glagah Wangi

Keindahan pantai Glagah Wangi yang menawarkan susur hutan mangrove, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung.

Ahmad mengaku sudah banyak wisatawan yang datang ke pantai ini karena ingin menikmati panorama pantai yang indah dengan berlatarkan rimbunan mangrove.

Bahkan di masa pandemi, sudah banyak wisatawan yang bertanya, kapan pantai ini kembali buka.

"Saat pandemi pun para wisatawan menanyakan kapan wisata Glagah Wangi dibuka kembali. Pada dasarnya Bumdes belum membuka secara resmi tapi pihak masyarakat sudah mulai membuka sendiri satu mingguan. Kita hanya membantu dengan protokol kesehatan," tuturnya.

Antusiasme wisatawan yang tinggi itulah membuat Pantai Glagah Wangi membuka kunjungan kembali, namun belum secara resmi.

Ia menyebut pembukaan wisata pantai ini dengan kalimat "buka tipis-tipis atau bertahap". Pembukaan pantai sudah dilakukan sejak Minggu (19/7/2020).

"Dengan area yang cukup luas maka tidak ada pembatasan pengunjung. Dari kita mulai buka tipis-tipis hari Minggu kemarin, terbanyak sudah ada sekitar 1.000 pengunjung," terangnya.

Namun, jumlah tersebut diakui Ahmad masih belum sebanyak ketika wisata pantai dibuka resmi, sebelum pandemi.

"Biasanya kalau buka resmi hari Minggu itu bisa sampai 3.000-4.000 orang," tambahnya.

Persiapan sebagai destinasi wisata baru

Pantai Glagah Wangi tengah berbenah dan meningkatkan fasilitasnya sebagai destinasi wisata baru.

Menurut Ahmad, saat ini pihaknya tengah berusaha menyediakan berbagai fasilitas penunjang pariwisata, serta mengoptimalkan sarana dan prasarana sebagai wisata berbasis eco-eduwisata.

"Di mana pembelajaran dilakukan melalui pengenalan jenis-jenis mangrove yang ada di sepanjang perjalanan menuju pantai Glagah Wangi," urainya.

Lanjutnya, wisatawan dapat belajar jenis-jenis pohon mangrove yang ada di hutan mangrove pantai Glagah Wangi dengan cara melihat papan kayu yang tersebar di hutan.

Tertarik berkunjung ke pantai ini, kamu cukup arahkan kendaraan ke jalur pantura menuju Demak, jika kamu dari kota Semarang.

Lakukan perjalanan sejauh 15 kilometer, kemudian kamu akan sampai di jembatan pos Wonokerto.

"Arahkan ke utara sejauh 8 kilometer dan tiba di Desa Tambakbulusan. Kemudian melewati jembatan Bongsari sejauh 1 kilometer dan akan sampai di dermaga," jelas Ahmad.

Jika kamu sudah sampai dermaga, maka akan ada ojek perahu yang siap mengantarkanmu ke dermaga dekat dengan Glagah Wangi.

Kemudian, kamu akan merasakan sensasi susur sungai sejauh 300 meter.

Lalu berapa harga tiket masuk pantai Glagah Wangi? Jika kamu mengira harga tiket masuk pantai berbeda dengan hutan mangrove, jawabannya adalah tidak.

Ahmad menjelaskan, wisatawan hanya perlu membayar tiket integrasi sebesar Rp 15.000 per orang.

"Tiket integrasi di mana tiket masuk pengunjung juga berlaku untuk parkir kendaraan kemudian naik perahu pulang pergi dari dermaga parkir sampai dermaga track mangrove. Satu paketnya Rp 15.000," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2020/07/22/114000527/wisata-ke-pantai-glagah-wangi-istambul-naik-perahu-hingga-lihat-sunset

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke