Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ade Irma Suryani dan Kecintaannya pada Sang Ayah, Jenderal AH Nasution

Nasution berhasil melarikan diri saat pasukan Tjakrabirawa mengendap ke dalam rumahnya yang terletak di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Kini, rumah yang merupakan saksi bisu peristiwa tersebut menjadi Museum Sasmitaloka Jenderal Besar Dr. A. H. Nasution.

Pengunjung bebas memasuki museum tanpa dipungut biaya, dan bisa melihat diorama dan melihat barang-barang peninggalan Jenderal Nasution dan keluarga.

Kompas.com berkesempatan ikut virtual tour ke museum tersebut bersama Wisata Kreatif Jakarta, Selasa (29/9/2020).

Dalam virtual tour tersebut, ada kisah menarik tentang Jenderal Nasution yang disampaikan Ira Lathief, pemandu wisata sekaligus pendiri Wisata Kreatif Jakarta.

Salah satu kisah yang menarik dari Jenderal Nasution adalah kedekatannya mendiang sang putri--Ade Irma Nasution.

Berikut kisah kedekatan Jenderal Nasution dengan Ade Irma, seperti yang diceritakan Ira:

Kedekatan Jenderal Nasution, dapat dilihat ketika pasukan Tjakrabirawa menyerbu rumahnya pada 30 September 1965.

Saat itu, Ade Irma yang belum genap berusia lima tahun tengah tidur bersama Nasution dan istri, Johana Soenarti, di kamarnya.

Sebenarnya, cerita Ira, Ade Irma memiliki kamar sendiri, terpisah dari Jenderal Nasution dan Johana--tetapi malam itu mereka tidur bersama.

Johana dan Jenderal Nasution tiba-tiba mendengar ada pergerakan dalam rumahnya.

Johana segera bangun dan membuka pintu kamar secara perlahan, lalu meminta Pak Nas, panggilan Jenderal Nasution, untuk kabur lewat dinding belakang.

Ade Irma terbangun dan langsung memeluk kaki Johana. Adik Jenderal Nasution, Mardiah, bergegas menggendong Ade Irma dan menyelamatkannya ke kamar lain.

Sayangnya, Mardiah salah membuka pintu, dan Ade Irma terkena tembakan.

Ketegangan ini tergambar dalam museum dengan diorama pasukan Tjakrabhirawa yang sedang dalam posisi mengendap ke depan kamar Jenderal Nasution.

Dalam pelukan Johana, Ade Irma berlumuran darah, tetapi tidak menangis.

Ade Irma juga sempat bertatap mata dengan sang Ayah sesaat sebelum Jenderal Nasution melarikan diri melewati dinding pembatas rumahnya.

Dengan tegar, cerita Ira, Ade Irma tidak menangis.

Setelah itu, dalam keadaan tegang, Johana mengatakan kepada Tjakrabirawa, Jenderal Nasution tidak berada di rumah, dan kedatangan mereka hanya untuk melukai Ade Irma.

Pengunjung museum masih bisa merasakan haru dan ketegangan momen tersebut dalam museum yang menampilkan diorama Johana menggendong Ade Irma dengan kondisi Ade Irma berlumuran darah.

Jenderal Nasution yang diidolakan

Ade Irma sangat mengidolakan ayahnya. Salah satu buktinya, ia pernah memakai baju dan topi seperti jenderal, meniru gaya Nasution.

Ade Irma juga menyukai lagu Gugur Bunga yang dijadikan soundtrack dari film G 30 S PKI.

Sempat menjalani perawatan setelah tertembak, Ade Irma tidak pernah menangis atau pun mengeluh. Sebaliknya, kata Ira, Ade Irma sempat bertanya kenapa ayahnya ingin dibunuh.

Ketegaran Ade Irma dan kecintaannya terhadap sang ayah itu lah yang menjadikan namanya harum dan dikenang banyak pihak.

Hingga kini, kamar Ade Irma juga masih tertata beserta boneka terakhir yang dipeluknya saat tidur bersama Nasution dan Johana.

https://travel.kompas.com/read/2020/09/30/114900027/ade-irma-suryani-dan-kecintaannya-pada-sang-ayah-jenderal-ah-nasution

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke