Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tahapan Singapura Sambut Kembali Turis Asing, Seperti Apa?

KOMPAS.com – Singapura sudah menyambut kembali pelancong bisnis dari beberapa negara di bawah aturan Reciprocal Green Lane (RGL).

Mengutip situs resmi Safe Travel milik Singapura, RGL merupakan skema perjalanan jangka pendek yang memungkinkan penduduk sejumlah negara berkunjung ke Singapura melakukan bisnis dan tujuan resmi.

Kendati sudah dibuka secara terbatas untuk pelancong bisnis, Assistant Manager Singapore Tourism Board (STB) Indonesia Johanes Stevano Rahardjo mengatakan, kegiatan wisata lokal sudah mulai berjalan.

“Sudah ada pembukaan ulang untuk aktivitas sosial dan ekonomi, termasuk staycation. Pembukaan untuk atraksi wisata, tur, dan hotel,” kata Johanes.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam webinar STB Indonesia MICE Forum bertajuk "Towards the Safe Resumption of Business Events in Singapore", Rabu (7/10/2020).

Langkah Singapura cegah naiknya kasus Covid-19

Sebelum dan selama pembukaan kembali secara terbatas, perlahan, dan bertahap bagi pelancong bisnis, Johanes mengatakan bahwa Singapura menerapkan SafeEntry dan TraceTogether.

SafeEntry merupakan sistem check-in digital yang mencatat masuknya individu ke suatu tempat. Sementara TraceTogether adalah aplikasi yang menggunakan sinyal Bluetooth untuk mempermudah pelacakan.

“Strategi yang diambil STB sebagai badan pemerintahan untuk membuka perbatasan Singapura lebih cepat, tapi tetap kelola risiko, adalah melakukan tiga tahap,” tutur Johanes.

Tahap pertama, pihak STB bekerja sama dengan Kementerian Transportasi dan Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS) dalam penerapan Safe Travel Pattern.

“Ini untuk pulihkan kembali konektivitas udara dengan aman, tetapi tetap meminimalkan terjadinya kasus Covid-19 impor,” tutur Johanes.

Berdasarkan informasi yang tertera dalam situs https://www.gov.sg, Singapura mengonfirmasi empat kasus Covid-19 impor pada Selasa (6/10/2020).

Sementara itu, tahap kedua adalah adanya Safe Travel Itinerary yang dimaksudkan bagi pelancong dalam grup kecil.

Tahapan tersebut dilakukan dengan bekerja sama dengan sejumlah agen perjalanan lokal, serta pegiat industri pariwisata lokal seperti perhotelan dan pemandu wisata.

“Juga dengan percepatan program non-RGL Safe Travel Bubble dengan beberapa negara yang kalau nantinya sukses, juga akan dijalankan dengan negara lainnya dan mungkin juga termasuk Indonesia,” kata Johanes.

Ada sertifikasi kebersihan

Selain langkah-langkah yang telah disebutkan, Johanes menambahkan bahwa Singapura juga memiliki sertifikasi SG Clean.

“Kami juga sudah menjalankan inisiatif SG Clean, sebuah sertifikasi untuk badan usaha termasuk sektor pariwisata untuk meningkatkan kebersihan dan menerapkan protokol keamanan,” ucap Johanes.

Sertifikasih tersebut dilakukan oleh auditor ketiga untuk memeriksa seluruh aspek. Saat ini, sebanyak 7.000 tempat termasuk 800 yang bergerak di bidang pariwisata telah mendapatkan SG Clean Quality Mark.

Kegiatan MICE dapat dimulai kembali

Untuk tahapan terakhir, Johanes mengungkapkan bahwa melalui Safe Business Events, kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) dapat mulai berjalan kembali.

Johanes mengungkapkan, STB telah membentuk Satgas untuk mempercepat pemulihan pariwisata termasuk perjalanan bisnis yang menargetkan kembalinya setidaknya 50 persen kunjungan internasional.

“Kami juga telah mengidentifikasi beberapa acara yang akan menjadi pilot project termasuk ITB Asia,” tutur Johanes.

Berdasarkan keterangan pers yang Kompas.com terima, STB berencana untuk menggelar acara MICE percontohan pada November 2020 yakni TravelRevive yang didukung oleh ITB Asia dan STB.

“TravelRevive akan menarget pengunjung dari negara-negara yang telah bekerja sama dengan Singapura dalam perjanjian lintas perbatasan,” seperti yang tertera dalam keterangan pers tersebut.

Executive Director Southeast Asia STB John Gregory Conceicao mengatakan bahwa wisatawan Indonesia, terlebih wisatawan MICE, merupakan pasar penting dalam pariwisata Singapura.

“Pada 2019 sendiri, sekitar 3,1 juta wisatawan Indonesia berkunjung ke Singapura. Sekitar 12 persen dari 3,1 juta adalah wisatawan MICE,” kata Conceicao dalam kesempatan yang sama.

Dia melanjutkan, Indonesia merupakan wisatawan terbanyak kedua yang kerap berlibur ke Singapura. Terlebih, para pelancong bisnis yang kerap menghabiskan banyak uang saat liburan.

Singapura sudah dibuka secara terbatas

Melansir Kompas.com, beberapa negara yang sudah penduduknya sudah bisa melancong untuk bisnis ke Singapura adalah Brunei Darussalam, Selandia Baru, dan Australia kecuali negara bagian Victoria.

Ada juga Makau, daratan China, Taiwan, Vietnam, dan Malaysia. Kendati demikian, para pelancong bisnis harus mengajukan permohonan Air Travel Pass (ATP) sebelum terbang ke Negeri Singa.

Johanes menegaskan, saat ini masih belum ada kejelasan terkait kedatangan wisatawan Indonesia ke Singapura baik berada di bawah aturan RGL.

Kendati demikian, pihaknya akan terus memperhatikan situasi dan memberi informasi lebih lanjut jika kesepakatan antara Indonesia dan Singapura sudah terjadi.

https://travel.kompas.com/read/2020/10/08/101000027/tahapan-singapura-sambut-kembali-turis-asing-seperti-apa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke