Pasuruan Masuk Zona Oranye, Tempat Wisata Dibuka Lagi

KOMPAS.com – Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur resmi membuka kembali tempat wisatanya setelah daerah tersebut dinyatakan memasuki zona oranye.

Keputusan itu disampaikan Asisten Ekonomi Pembangunan Pemerintah Kabupaten Pasuruan, merangkap Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasuruan HM Soeharto.

“Iya sudah dibuka kembali setelah ada Surat Edaran (SE) 360/01/COVID-19/X/2020. Dibuka kembali dengan peningkatan protokol kesehatan,” kata dia kepada Kompas.com, Jumat (9/10/2020).

Meski begitu, Soeharto mengatakan bahwa tempat yang dibuka kembali adalah tempat wisata yang telah diberi sertifikasi layak buka.

Adapun, beberapa tempat wisata tersebut antara lain Taman Safari Prigen, Cimory Dairyland and Resto, Kaliandra Sejati, Kebun Pak Budi, dan Saygon Waterpark.

Selanjutnya, ada Kebun Kurma Pasuruan, Telogo Sewu Swimming Pool & Outbound, dan Taman Ria Surapati.

“Sebenarnya dibuka kembali harusnya pada Kamis (8/9/2020), tapi sudah dibuka kembali berdasarkan SE pada Senin (5/10/2020),” ujar Soeharto.

Protokol kesehatan diperketat

Pembukaan kembali saat ini dilakukan dengan meningkatkan protokol kesehatan yang telah diterapkan. Hal tersebut dilakukan agar Kabupaten Pasuruan tidak kembali ke zona merah.

Jumlah pintu tempat wisata yang dibuka akan ditambah untuk mengurangi penumpukkan pengunjung. Selanjutnya, thermo gun juga akan ditambah untuk memadai protokol kesehatan yang ada.

“Bilik disinfektan akan ditambah, tempat cuci tangan, petugas, penyemprotan disinfektan akan diseringkan,” ujar Soeharto.

Ia melanjutkan, penyemprotan diseinfektan akan dilakukan setiap hari. Jumlah pengunjung juga tetap dibatasi 50 persen dari kapasitas notmal.

Adapun, selama pembukaan kembali tempat wisata pihaknya tidak menambahkan syarat kunjungan khusus.

Namun bagi rombongan atau komunitas yang ingin berlibur ke Kabupaten Pasuruan diimbau untuk membawa surat keterangan sehat dari institusi kesehatan setempat.

“Disyaratkan paling tidak ada surat keterangan sehat dari institusi kesehatan atau dokter,” kata Soeharto.