Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli Epidemiologi: Piknik Bukan Kebutuhan Primer

KOMPAS.com – Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Hermawan Saputra mengimbau agar masyarakat tahan dulu keinginan untuk melakukan piknik di tengah pandemi Covid-19.

“Semua orang patut refreshing, tapi kondisi sedang pandemi. Piknik itu kebutuhan tresier, bukan primer. Selayaknya memang sabar dan bertahan,” kata dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (3/11/2020).

Hermawan tidak menampik bahwa semua orang saat ini memang butuh piknik. Namun menurut dia, pandemi belum usai. Bahkan Indonesia masih belum melewati puncak krisis Covid-19.

Dia mengungkapkan, saat cuti bersama pada Mei 2020, masyarakat yang melakukan kegiatan wisata menyebabkan adanya kenaikan kasus 63–90 persen.

“Sekarang dari data, kemarin dari DKI Jakarta sebanyak 655.365 kendaraan keluar untuk berwisata selama cuti bersama,” kata Hermawan.

Jika dalam satu mobil terdiri dari minimal tiga orang, artinya sudah ada sekitar dua juta orang keluar dari Ibu Kota untuk berlibur.

“Kalau rata-rata populasi positive rate adalah 10 persen minimal, walau keadaan nasional lebih dari itu yakni 13-14 persen, itu berarti ada 20.000 orang population at risk, berisiko tertular,” lanjut Hermawan.

Melihat 10-14 hari ke depan, Hermawan mengatakan bahwa Pemprov DKI Jakarta harus menyiapkan sebanyak mungkin kapasitas pemeriksaan Covid-19, serta pelayanan untuk isolasi mandiri dan perawatan.

Adapun, penyediaan fasilitas tambahan tersebut dirasa akan menambah beban pemerintah. Terlebih, saat ini kasus Covid-19 di Indonesia masih tinggi.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Rabu (4/11/2020), data dari Covid19.go.id menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 418.375 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi per 3 November 2020.

Dari 34 provinsi, DKI Jakarta memiliki jumlah tertinggi yakni 107.846 kasus Covid-19. Sementara itu, Jawa Timur memiliki 53.274 kasus dan Jawa Barat 37.408 kasus Covid-19.

Pilih tempat piknik yang tepat

Oktober memasuki November hingga Desember merupakan puncak musim penghujan. Hermawan menuturkan, transisi cuaca akan menyebabkan transisi epidemiologi.

“Akan banyak kasus-kasus orang pilek, flu, demam, infeksi bakteri cacing, dan lain-lain yang mungkin samar dengan Covid-19,” ujar dia.

Menurut Hermawan, gejala penyakit tersebut berpotensi menurunkan daya tahan tubuh yang dapat membuat seseorang terinfeksi Covid-19.

Selain risiko cuaca dan lingkungan, keramaian pun memainkan faktor dalam potensi seseorang terjangkit virus tersebut.

Jika terpaksa berlibur atau benar-benar sudah penat di rumah saja, Hermawan mengatakan bahwa tempat piknik yang disarankan adalah area yang hanya ditempati oleh keluarga calon wisatawan.

“Bukan di pusat keramaian, hiburan publik, atau pariwisata publik. Kalau harus piknik, ya tempat terdekat,” kata dia.

Protokol kesehatan juga tetap harus dipatuhi, seperti memakai masker dan jaga jarak. Minimalkan juga penggunaan fasilitas umum, seperti mainan anak-anak yang berpotensi menularkan virus Covid-19.

Tempat piknik yang disarankan pun adalah tempat wisata alam yang terbuka. Jika sulit mencarinya dan terpaksa ke tempat wisata yang ramai, sebisa mungkin hindari berinteraksi dengan orang lain.

Permainan yang ada di tempat piknik, seperti bianglala atau ayunan pun tidak direkomendasikan dinaiki.

“Itu bergantian penggunaannya. Dalam waktu yang dekat tanpa ada waktu untuk dibersihkan, walau wisatawan dibatasi. Sulit dijaga karena ada potensi droplet yang sangat tinggi,” kata Hermawan.

https://travel.kompas.com/read/2020/11/05/101000027/ahli-epidemiologi--piknik-bukan-kebutuhan-primer

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke