KOMPAS.com – Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir bukan hanya sekadar tempat pemakaman saja. Hal ini lantaran pemakaman sudah ditata sedemikian rupa sehingga terlihat indah.
“Sekarang kalau lihat TPU itu sudah tidak lihat pemulung yang bikin bedeng. Kisaran 10 tahun lalu TPU kumuh banget,” kata Pendiri Wisata Kreatif Jakarta Ira Lathief dalam tur virtual Jelajah Makam-makam Pahlawan, Selasa (10/11/2020).
Dia melanjutkan, penataan TPU membaik saat Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Ira menceritakan, pada saat itu Ahok berjalan-jalan ke TPU Menteng Pulo dan dibuat kagum oleh areanya yang tidak terlihat seperti pemakaman melainkan sebuah taman.
“Dia bertanya apada manajemen pemakaman, saat itu diubah birokrasi pemakaman. Pemakaman jadi kayak taman, (untuk) jalan-jalan nyaman,” ungkap Ira.
Makam Bung Hatta
Namun, kawasan TPU Tanah Kusir yang sudah tertata bukanlah satu-satunya hal menarik yang dapat dilihat oleh pengunjung.
Sebab, di sana terdapat makam Wakil Presiden pertama Republik Indonesia Mohammad Hatta yang kerap mendatangkan banyak penziarah.
“Bagian luarnya seperti bangunan sendiri kayak jam gadang karena dia orang Minang. Saat masuk ke bagian dalamnya, nanti lihat bangunan kayak joglo,” tutur Ira.
Menurutnya, terdapat dua versi mengapa bung Hatta menolak untuk disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Kalibata.
Pertama adalah karena beberapa tokoh politik yang tidak disukai oleh bung Hatta berada di sana. Kedua adalah karena dia ingin lebih dekat dengan rakyat.
Makam kakek Anies Baswedan
Selain makam bung Hatta, TPU Tanah Kusir juga merupakan tempat bersemayamnya kakek Anies Baswedan yakni AR Baswedan yang letaknya tidak jauh dari makam bung Hatta.
Adapun, AR Baswedan merupakan salah satu pahlawan nasional dan bagian dari tim diplomat Agus Salim.
“Dia jurnalis tapi berkecimpung di politik. Dia juga penggagas Sumpah Pemuda untuk orang-orang keturunan Arab pada tahun 1934,” kata Ira.
Ira menjelaskan, AR Baswedan berjasa dalam mengkampanyekan kepada orang-orang keturunan Arab di Indonesia pada saat itu bahwa Nusantara adalah Tanah Air mereka.
Sementara saat dirinya menjadi bagian dari tim diplomat Agus Salim, AR Baswedan bertugas dalam membawa dokumen penting yang merupakan keterangan tertulis dari Mesir yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
“Saat ingin kembali ke Indonesia, waktu itu Indonesia didatangi kembali oleh sekutu yang mau merebut kembali kemerdekaan. Indonesia akhirnya waspada dan dalam kondisi sangat genting,” ungkap Ira.
“Dokumen berhasil disembunyikan di dalam lipatan kaos kakinya. Akhirnya bisa dibawa (ke Indonesia) sebagai bukti bahwa Indonesia telah diakui oleh negara lain kemerdekaannya,” tutupnya.
Selain makam bung Hatta dan AR Baswedan, TPU Tanah Kusir juga merupakan tempat bersemayam sastrawan Buya Hamka dan Ali Sadikin yang dipilih oleh Presiden Soekarno untuk menjadi gubernur Jakarta.
https://travel.kompas.com/read/2020/11/12/122300027/apa-yang-menarik-dari-tpu-tanah-kusir